Prosa Baper : Merindukanmu Itu Memang Mengasyikkan
Kumpulan Prosa Baper untuk Pacar, Kekasih dan Pasangan
Jangan kau tanyakan apa yang paling menyiksaku? Adalah hadirnya bayangan wajahmu yang sangat menyebalkan, memenuhi mata, dada tak terkendali menjadi mimpi. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak, hatiku benar-benar terserak.
Aku tengah memikirkanmu malam ini, sebab itulah aku sangat merindukanmu. Jangan paksa aku untuk melupakanmu, sungguh itu aku tak mampu.
Baca Juga;
Prosa Baper : Demikian selalu menyukai menata aksara prosa seperti romansa yang begitu jelas, aku juga menyukai senyumanmu. Melukiskan lebih indah dengan rangkaian kata-kata.
Begitulah dari pada bingung bagaimana mengungkapkan rasa pada pacar, kekasih dan pasangan. Kenapa tidak sampaikan lewat prosa?
Seperti biasa, sebelum melanjutkan jangan lupa pantengin forum prosa agar lebih berwarna. Tidak perlu dibuat lama-lama agar mendapatkan banyak kata, cekidot!
Merindukanmu Memang Anu
Aku tengah memikirkanmu malam ini, sebab itulah aku sangat merindukanmu. Jangan paksa aku untuk melupakanmu, sungguh itu aku tak mampu.
Baca Juga;
Entah sampai kapan semua ini akan berakhir? Hati ini sudah terbelenggu oleh rindu. Mungkinkah kau juga merindukanku? Tanya dan tanpa ini memenuhi isi minda.
Apakah benar sebuah kecemasan hanya kesunyiaan? Adalah menyakitkan merasa sepi dalam keramaian, nyiksa batin lukai jiwa.
Apa kau tidak melihat aku sedikit saja di sini? Yang masih saja bodoh menunggumu seperti orang gila. Ya aku tau kau masih kecewa padaku, terluka akan sikapku yang tidak menentu.
Pastikan terjawab oleh waktu, siapa yang setia hatinya selama ini. Bukan kenangan yang aku impikan. Bukan pula kesedihan apalagi perpisahan yang aku dambakan. Namun hanyalah masa depan untuk bisa bersamamu hingga maut menjemput. Ahh tidak, pada akhirnya kini kau tinggalkan aku dalam kerinduan yang menyiksa.
Menggelepar jiwaku, terdampar sepi tanpa ujung. Entah sampai kapan semuai ini akan berakhir? Entahlah.
Kenapa selalu saja wajahmu yang muncul memenuhi mada, dada dan tidak terkendali. Kini hatiku meneteskan darah yang membakar perih setiap waktu dan setiap kumemalingkan wajah, hanya ada senyumanmu. Iya kamu! Kamu yang merasa aja.
Wahai angin senja sebening udara tanpa warna yang menerpa, kau bernyanyi dengan merdu dan lembut. Mendesah dan meratap dalam kesunyian hari.
Sampaikanlah pesan rasa ini padanya . Aku percaya padamu, duhai angin senja bahwa kau yang tidak terdengar namun terasa. Akan mampu memanggil hatinya untuku.
Jemariku ini tak akan berhenti merangkai aksara manja, halaman demi halaman tak berkesudahan. Hanya untuknya dan untuknya.
Aku tak mengharapkan cinta yang berlimpah ruah, asal ia bahagia itu sudah cukup. Itu saja. Paham?
Sudah berapa banyak para penulis dan penyair berusaha memahami kebenaran tentang hati. Namun apa? Sampai detik ini, mereka tidak satupun memahaminya, karena hanya memandang melalui selubung hasrat nafsu saja. Mereka tidak melihat apa-apa kecuali selaksa kata bualan saja.
Begitu juga dengan cinta, kapan saja ia memangil dengan rasa, akal pasti meranggas, logikapun lumpuh. Seperti halnya aku yang tidak pernah menang di hadapanmu. Kapan saja air matamu tertumpah, aku seketika pasti luluh. Menyebalkan bukan?
Seperti halnya mentari selalu bersinar dipagi hari. Ia tidak perlu bertanya pada bumi. Begitulah cinta tanpa sarat, apapun di manapun dan kapanpun. Saat rasa memanggil manja hati, ia akan menjadi lentera dalam dalam gelap, menerangimu tanpa mengenal waktu.
Biarkan saja hati menjaga kalbu yang tidak terpenjara diantara dunia sukma yang menyatu.
Cinta kasih sayang yang terlahir dari hati, ia tidak akan berubah, meski begulirnya waktu dan berganti musim.
Masih ingatkah kamu hari itu? Saat lingkaran roh berputar mengitari jiwa lewat rangkaian diksi pada suatu platform literasi.
Kau dan aku, sama-sama tau, bahwa aksara hanyalah permainan saja.
Jangan tanya tentang hatiku, sebab aku memang tidak punya hati.
Jika kecemasanmu adalah rindu dalam kesunyian, maka lebih baik tutup itu dan buang ke laut untuk makan hiu.
Namun bila rindumu adalah keindahan tanpa persepsi, maka meleburlah dalam daku lewat guratan frase dan frasa hingga kata.
Begitulah aku, seperti cinta yang memberimu sebuah mahkota, demikian juga ia akan memporak-porandakanya.
Aku tidak ingin menjadi pujaan siapa saja, sama sekali tidak. Kau pun tau betul tentang itu dari dulu, dari pertama kita jumpa.
Aku hanya ingin bebas berekspresi tampa persepsi, tanpa prasangka dan tanpa tedeng aling-aling
Iya, jujur, hingga detik ini, hanya kaulah satu-satunya sahabatku yang terhebat, menerimaku apa adanya dan bukan adanya apa.
Aku bahkan sama sekali tidak ingin dikagumi, apalagi diikuti. Karena bagiku hidupku adalah kesendirian. Sedangkan cintaku hanya pada Sang Maha Cinta
Mencari sahabat yang tetap berprasangka baik dalam keadaan apapun juga itu bukan perkara mudah.
Semua orang yang mendekatiku selalu berharap lebih. Itulah kenapa aku selalu memilih menjauh.
Apa aku salah jika ingin menjadi diriku sendiri? Menjadi cahaya dalam gelap sekaligus menjadi api yang membakar menjadi abu.
Apakah benar sebuah kecemasan hanya kesunyiaan? Adalah menyakitkan merasa sepi dalam keramaian, nyiksa batin lukai jiwa.
Apa kau tidak melihat aku sedikit saja di sini? Yang masih saja bodoh menunggumu seperti orang gila. Ya aku tau kau masih kecewa padaku, terluka akan sikapku yang tidak menentu.
Pastikan terjawab oleh waktu, siapa yang setia hatinya selama ini. Bukan kenangan yang aku impikan. Bukan pula kesedihan apalagi perpisahan yang aku dambakan. Namun hanyalah masa depan untuk bisa bersamamu hingga maut menjemput. Ahh tidak, pada akhirnya kini kau tinggalkan aku dalam kerinduan yang menyiksa.
Menggelepar jiwaku, terdampar sepi tanpa ujung. Entah sampai kapan semuai ini akan berakhir? Entahlah.
Kenapa selalu saja wajahmu yang muncul memenuhi mada, dada dan tidak terkendali. Kini hatiku meneteskan darah yang membakar perih setiap waktu dan setiap kumemalingkan wajah, hanya ada senyumanmu. Iya kamu! Kamu yang merasa aja.
Sampaikan Rasa Ini Padanya
Wahai angin senja sebening udara tanpa warna yang menerpa, kau bernyanyi dengan merdu dan lembut. Mendesah dan meratap dalam kesunyian hari.
Sampaikanlah pesan rasa ini padanya . Aku percaya padamu, duhai angin senja bahwa kau yang tidak terdengar namun terasa. Akan mampu memanggil hatinya untuku.
Jemariku ini tak akan berhenti merangkai aksara manja, halaman demi halaman tak berkesudahan. Hanya untuknya dan untuknya.
Aku tak mengharapkan cinta yang berlimpah ruah, asal ia bahagia itu sudah cukup. Itu saja. Paham?
Saat Rasa Memanggil Hati
Begitu juga dengan cinta, kapan saja ia memangil dengan rasa, akal pasti meranggas, logikapun lumpuh. Seperti halnya aku yang tidak pernah menang di hadapanmu. Kapan saja air matamu tertumpah, aku seketika pasti luluh. Menyebalkan bukan?
Seperti halnya mentari selalu bersinar dipagi hari. Ia tidak perlu bertanya pada bumi. Begitulah cinta tanpa sarat, apapun di manapun dan kapanpun. Saat rasa memanggil manja hati, ia akan menjadi lentera dalam dalam gelap, menerangimu tanpa mengenal waktu.
Biarkan saja hati menjaga kalbu yang tidak terpenjara diantara dunia sukma yang menyatu.
Cinta kasih sayang yang terlahir dari hati, ia tidak akan berubah, meski begulirnya waktu dan berganti musim.
Apa Kamu Masih Mengingat Tentangku?
Kau dan aku, sama-sama tau, bahwa aksara hanyalah permainan saja.
Jangan tanya tentang hatiku, sebab aku memang tidak punya hati.
Jika kecemasanmu adalah rindu dalam kesunyian, maka lebih baik tutup itu dan buang ke laut untuk makan hiu.
Namun bila rindumu adalah keindahan tanpa persepsi, maka meleburlah dalam daku lewat guratan frase dan frasa hingga kata.
Begitulah aku, seperti cinta yang memberimu sebuah mahkota, demikian juga ia akan memporak-porandakanya.
Aku tidak ingin menjadi pujaan siapa saja, sama sekali tidak. Kau pun tau betul tentang itu dari dulu, dari pertama kita jumpa.
Aku hanya ingin bebas berekspresi tampa persepsi, tanpa prasangka dan tanpa tedeng aling-aling
Iya, jujur, hingga detik ini, hanya kaulah satu-satunya sahabatku yang terhebat, menerimaku apa adanya dan bukan adanya apa.
Aku bahkan sama sekali tidak ingin dikagumi, apalagi diikuti. Karena bagiku hidupku adalah kesendirian. Sedangkan cintaku hanya pada Sang Maha Cinta
Mencari sahabat yang tetap berprasangka baik dalam keadaan apapun juga itu bukan perkara mudah.
Semua orang yang mendekatiku selalu berharap lebih. Itulah kenapa aku selalu memilih menjauh.
Apa aku salah jika ingin menjadi diriku sendiri? Menjadi cahaya dalam gelap sekaligus menjadi api yang membakar menjadi abu.
Daftar Isi Prosa
Kumpulan Prosa INDEKS Link
Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Belajar Bersama Bisa dan Terimakasih.
Keren
ReplyDeleteMakasih
ReplyDeleteyang nulis digampar baper, yang baca senyam senyum laper 😅😅
ReplyDeleteKalo laper makan, Kak
DeleteðŸ¤ðŸ¤ðŸ¤
yang nulis digampar baper, yang baca senyam senyum laper 😅😅
ReplyDelete