Kesempatan Kedua Bidadari Surga Dunia, Bagian 33, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa Siapa?
Kesempatan Bidadari Pasundan, Episode 33, Novel Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa?
Kehamilan Eva Puspita Sari yang Ditinggal Pergi Suaminya
Cinta Terlarang -Sebuah kerejap kilat di langit menyentak lamunan, Eva membuka matanya, tetapi dapur telah kembali gelap karena kilat itu cuma sepersekian-detik saja memberikan terang.
Perlahan-lahan Eva bangkit menuju jendela. Disibaknya gorden, dalam temaram di lihatnya semak-semak yang bergerombol di halaman belakang. Daun-daun pisang berjuntaian dari pohonnya, melambai-lambai pelan disepoi angin.
"Mama akan menyayangimu, Nak. Kamu hidup mama." Eva mengelus-elus perutnya yang sudah membuncit. Darah daging Urya itu mulai menendang-nendang.
Betapa mesranya hubungan daun dengan angin, pikir Eva
Teringat kembali tentang saat bersama suaminya. Adalah ia angin yang membelai Urya, membuatnya bergetar-getar halus.
Teringat kembali tingkah menyebalkan suaminya, dalam ketidaktahuan dan keterpanaannya.
Ah, siapa yang sebenarnya menjadi daun dan siapa yang menjadi angin? Atau mungkin mereka berdua telah menjadi badai yang mengamuk di masing-masing batin, kemudian menghempaskan mereka dalam kepuasan yang meragukan dan keputusasaan-kesetian
Keraguan yang memuaskan.
Eva menempelkan wajahnya pada kaca jendela. Hembusan nafasnya menciptakan buram memutih, sehingga terlihatlah pantulan wajahnya sendiri.
"Bagaimana caraku menjelaskan pada anak kelak kita nanti, Mas? Aku kangen. Apa Mas Urya masih hidup atau damai di atas sana? Aku gak tau harus berbuat apa, apa yang harus aku lakukan?"
Mata itu, bisik Eva dalam hati, … mataku itu pernah terpejam dalam buaian nikmat melintasi sembilan samudera yang tercipta belaian mesra Urya, kini tersenyum dalam diam, pernah menjadi telaga bagi gelisah-gundah.
Kapan kah terakhir kali suaminya berenang di sana? Atau kapankah Eva terakhir kali membiarkan deru nafasnya memenuhi leher dan wajah, membuatnya berenang-renang dalam remang asmara?
Eva meninggalkan jendela. Duduk lagi dalam gelap. Memejamkan lagi matanya dan membiarkan episode-episode lama terpampang bergantian di pelupuk mata.
***
Sunyi senyap tidak berbekas kala bayang-bayang pengharapan mulai memudar tanpa tujuan. Sebagai wanita ternoda, dianggap sampah masyarakat apa yang bisa dilakukan kecuali tenggelam dalam luka rara itu sendiri?
Sebanyak apapun Celline hendak berbuat baik tetap saja dianggap sampah. Cacian dan makian menjadi makanan setiap hari bagi peri-peri malam sepertinya, wanita ternoda terbuang jalan. Urya laki-laki asing pertama yang mampu mengetarkan jiwa kesadaran Celline untuk bisa merasakan cinta.
"Ma, Ini Bayu." Ia mengenalkan pria yang duduk di sebelahnya.
"Ini Mama, Aa!" Pertama kali gadis pasundan itu membawa seorang pria ke rumah. Sesuatu yang sangat diimpikan oleh seseorang mama pada putrinya ketika dewasa.
Bagitu takzim Bayu menciumi tangan wanita berusia setengah abad lebih yang duduk di atas kursi roda. Matanya berbinar, ada sesuatu kebahagiaan tersembunyi di sana.
Bagitu takzim Bayu menciumi tangan wanita berusia setengah abad lebih yang duduk di atas kursi roda. Matanya berbinar, ada sesuatu kebahagiaan tersembunyi di sana.
Terlihat semburat cerah pada wajah orang yang telah melahirkan wanita cantik asal sunda itu. Impiannya agar putri semata wayangnya segera menikah akan segera terwujud.
"Maafkan aku Urya telah merubah namamu hanya untuk kebahaiaanku sendiri. Tidak ... Ini semua hanya untuk mama satu-satu manusia yang bisa menerimaku apa adanya."
"Maafkan aku Urya telah merubah namamu hanya untuk kebahaiaanku sendiri. Tidak ... Ini semua hanya untuk mama satu-satu manusia yang bisa menerimaku apa adanya."
Urya setelah kecelakaan mengalami tidur panjang, keajaiban membawanya kembali melihat dunia dan mengalami hilang ingatan. Celline mengambil kesempatan itu dengan merubah namanya menjadi Bayu.
"Di mana keluarga nak Bayu?" Mama Gina mempersilahkan Urya duduk di Sofa ruang tamu tengah.
"Dia yatim piayu, Ma," balas Celline segera untuk mengalihkan pembicaraan itu. "Mama gak kangen gitu ama Gina?"
Bayu hanya tersenyum bingung tidak tau harus berkata apa? Setiap ia berusaha mengingat sesuatu, kepala terasa sakit luar biasa.
Segera Celline ceritakan tentang Bayu pada mamanya. Ia menjelaskan bahwa calon suaminya baru saja sembuh dari kecelakaan dan hilang ingatan pada mamanya agar tidak bertanya lebih jauh lagi.
Banyak hal menjadi pertanyaan saat perkenalan, akan tetapi mamanya Gina menelan semua pertanyaan itu karena putrinya pulang dengan membawa calon suami itu sudah membuatnya lega.
Celline dengan nama asli Gina Aulia telah melakukan konspirasi kecil untuk menjadikan Urya sebagai Bayu, calon suaminya.
Bukan tanpa resiko jika ingatan Bayu pulih sebagai Urya, kapan saja Gina bisa didepak bahkan ditinggalkan. Tidak peduli dunia nanti berkata apa? Keputusan Gina untuk menikah dengan Bayu sudah bulat.
Lembaran-lembaran usang telah Gina buang bersama seiringnya waktu. Biarlah seperti itu, kini akan ia isi lembaran baru yang lebih indah.
"Aa istrirahat di kamar gi!" pinta Gina manja, memegang erat tangan Bayu.
"Kenapa aku tak ingat apapun? Sudah berapa lama kita kenal?" Bayu masih mencoba mencari tau apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.
"Udah lah, Aa. Nanti juga Aa Bayu akan ingat sendiri. Jangan dipaksaain. Aa belum sembuh beneran."
"Tapi...."
"Udah. Gak ada tapi-tapian. Istirahat sana!"
Gina menarik Bayu ke kamar tengah, mendorong tubuhnya di atas ranjang. Pria itu hanya menurut saja, bukan karena tidak memiliki tenaga, Bayu sudah sangat sehat secara fisik hanya entah kenapa selalu takluk dengan kecantikan Gina, terutama senyumnya.
"Mumpung ingatan Aa masih kosong, aku akan isi ingatan Aa yang baru." Gina naik di atas tubuh Bayu yang terlentang. Duduk di perutnya, menatap tajam.
"Jangan! Jangan hentikan, Sayang."
"Isss dasar Aa. Maunya...." Gina memeluk Bayu dengan erat dan seolah tidak mau untuk melepaskan.
Gina membenamkan kepala Bayu dalam dadanya, memeluk kuat-kuat lagi erat. Gina ingin membuat Bayu merasa seperti bayi kecil yang kamu ninabobokan.
Betapa melenakan dan memabukkan lagi menentramkan, Gina tidak akan membiarkan Bayu lepas dari pelukanya hingga senja tiba.
Betapa melenakan dan memabukkan lagi menentramkan, Gina tidak akan membiarkan Bayu lepas dari pelukanya hingga senja tiba.
Apakah memeluk orang yang disayangi harus sakit seperti itu? Rintik belum saja mengering, air mata bahagia membasahi pipinya.
"Sayang, maafin Aa. Jangan nangis. Tidak peduli seperti apa masa lalu kita, biarlah hilang ingatan. Bagiku kamu masa depanku." Bayu memegang kepala Gina dengan kedua tangannya, kemudian mengusap air mata itu dengan lembut.
"Sayang, maafin Aa. Jangan nangis. Tidak peduli seperti apa masa lalu kita, biarlah hilang ingatan. Bagiku kamu masa depanku." Bayu memegang kepala Gina dengan kedua tangannya, kemudian mengusap air mata itu dengan lembut.
"Apa yang aku dengar itu benar, Aa?"
Bayu bukan memberikan jawaban dengan kata-kata melainkan dengan lumatan yang entah berapa kali. Keduanya sudah saling beguling dengan pelukan paling erat.
"I love you. I miss you...."
Tangan Bayu mulai bergerilya, melepaskan kancing-kancing, satu persatu.
"Aa Bayu mau yang itu? Emm... jangan sekarang ya. Halalin Neng dulu atuh, Aa."
Gina sudah melakukan operasi dan mengeluarkan biaya tidak murah agar kembali seperti perawan. Semua itu hanya akan dipersembahkan untuk suaminya nanti di malam pertama pernikahan.
Sejak di Surabaya dan peristiwa kecelakaan, Gina tidak bergaul rapat dengan lelaki manapun juga. Keputusan meninggalkan dunia malam dan ingin menjadi wanita seperti pada umumnya, sudah tidak bisa diganggu gugat.
Tepat satu bulan berikutnya seperti hari, tanggal dan waktu yang sudah dipersiapkan. Mereka menjalankan prosesi pernikahan dengan sederhana. Tentu saja setelah menyelesaiakan segala adminitrasi persyaratan nikah dan beruntungnya ada yang membantu meski dengan sedikit data dimanipulasi.
Gina masih mematut diri di depan cermin, sebelum bersiap-siap menuju altar. Riasan wajah bersinar, rambutnya digelung manja dengan mengenakan kebaya putih berkilau, lambang kesakralan pernikahan.
"Gina..!" Sebuah suara dibalik pintu kamar yang sama sekali tidak asing.
"Ma... Mama... Maafin Gina," ucapnya dengan menghamburkan ke pelukan mamanya.
"Putri Mama akhirnya bisa menikah. Jika ada Papamu, pasti akan bangga. Lihat putrinya hari ini seperti bidadari. Cantik sekali."
Tidak ada banyak keluarga jauh yang datang hanya beberapa tamu dari tetangga dan kerabat dekat. Tidak lupa Gina juga memberikan surat
Hari Terindah Kesempatan Kedua
Tepat satu bulan berikutnya seperti hari, tanggal dan waktu yang sudah dipersiapkan. Mereka menjalankan prosesi pernikahan dengan sederhana. Tentu saja setelah menyelesaiakan segala adminitrasi persyaratan nikah dan beruntungnya ada yang membantu meski dengan sedikit data dimanipulasi.
Gina masih mematut diri di depan cermin, sebelum bersiap-siap menuju altar. Riasan wajah bersinar, rambutnya digelung manja dengan mengenakan kebaya putih berkilau, lambang kesakralan pernikahan.
"Gina..!" Sebuah suara dibalik pintu kamar yang sama sekali tidak asing.
"Ma... Mama... Maafin Gina," ucapnya dengan menghamburkan ke pelukan mamanya.
"Putri Mama akhirnya bisa menikah. Jika ada Papamu, pasti akan bangga. Lihat putrinya hari ini seperti bidadari. Cantik sekali."
Apa yang paling membahagiakan bagi seorang mama? Adalah saat darah dagingnya menikah. Butiran bening jatuh membasahi pipi, bahagia dan sedih menjadi satu.
"Maafin Gina, Ma. Maafin udah selalu membuat mama sedih." Sekuat hati Gina menahan rintik di pelupuk mata, akhinya melompat juga.
"Bedakmu luntur lho kalau nangis. Mama bahagia banget akhirnya putri mama menikah."
"Maafin Gina, Ma. Maafin udah selalu membuat mama sedih." Sekuat hati Gina menahan rintik di pelupuk mata, akhinya melompat juga.
"Bedakmu luntur lho kalau nangis. Mama bahagia banget akhirnya putri mama menikah."
Mamanya mengusap air mata dengan jarinya perlahan. Meyakinkan dan memberikan dorongan pada putri satu-satunya itu.
Gina dan mamanya berjalan menuju keluar kamar menuju altar. Terlihat laki-laki yang sangat Gina cinta sudah menunggu disana.
Gina dan Bayu mengikat janji suci sehidup semati, baik di surga atau neraka, baik miskin atau kaya, baik sedih atau bahagia. Gina mencintai Bayu, adalah kerelaannya.
Tidak ada banyak keluarga jauh yang datang hanya beberapa tamu dari tetangga dan kerabat dekat. Tidak lupa Gina juga memberikan surat
untuk Angela dan permohonan maaf karena telah meninggalkannya.
Impian bertahun-tahun akhirnya menjadi kenyataan, prosa syukur wanita terbuang dipersimpangan jalan.
Tentang Gina Aulia dan Segala Keputusannya
Terimakasih Tuhan, Engkau telah memberiku kesempatan kedua dalam hidupku .
Terimakasih Tuhan, Engkau telah kirimkan laki-laki yang kini menjadi imamku.
Terimakasih Tuhan, Engkau telah membebaskanku dari percobaan dunia malam yang kelam.
Terimakasih Tuhan, terimakasih atas sengala nikmat yang telah Engkau berikan.
Hidupku makin bermakna bersama Aa Bayu, seperti abadi atau cahaya yang tidak pernah padam. Langit yang bergemuruh petir atau langit pembawa hujan nyanyian gemercik air atau tangisan pilu anak sungai dan bunga mekar di musim penghujan.
Kesempatan Kedua Memilih Bahagia
Saat ditanya jawaban paling mudah dari pertanyaan adalah aku ingin bahagia secara sempurna. Bukan karena menemukan orang sempurna melainkan mencintai secara sempurna.
Aku, Aa Bayu dan semua orang yang mungkin mengalami seperti apa yang kita alami sudah pasti ingin hidup bahagia. Terkadang hanya belum datang kesempatan dan kemauan. Tidak ada satupun yang bisa memastikan semua baik-baik saja.
Adakalanya perjalanan hidup seperti pohon. Daun yang hijau juga berakhir mengering. Bahkan terkadang, sebelum daun mengering ada yang jatuh terbawa angin.
Demikian juga dengan kebahagiaan, adakalanya daun yang lama harus di jatuhkan dan dihancurkan diganti dengan tunas yang baru sebagai kesempatan kedua. Seperti biji memecah tubuhnya untuk menjadi kecambah, setiap pilihan memiliki resikonya.
***
Para tamu sudah mulai sepi, penantian panjang akhirnya tiba. Dekorasi kamar seindah surgaloka sudah siap menjadi saksi bisu perjalanan baru dimulai.
"Malam ini aku milikmu, Aa Bayu. Aku bersumpah seluruh hidupku hanya mengabdi padamu. Jangan tinggalkan Neng ya Aa Bayu."
"Aku juga sangat sayang ma Neng. Jadilah miliku seutuhnya."
Betapa senangnya bisa merengkuh tubuh lelaki yang dulu menyediakan lapangan penjelajahan tanpa batas itu. Gina mencium dan mencium lagi.
Bayu membalas mengusap dan menelusupkan jemarinya di rambut lebat-legam milik Gina. Menyentuh tengkuk istrinya yang mulus belaka.
"Aku tau diluar sana ada istri Aa Bayu yang menanti kepulanganmu, Aa. Aku tau ada hati yang merindu di luar sana. Aku tau ada hati yang terluka diluar sana. Maaf, malam ini adalah hari bahagiaku. Aku tidak peduli," gumam Gina dalam hati.
Ombak bergelora. Perahu terombang-ambing. Gina tidak melepaskan pelukannya. Badai datang tiba-tiba. Laut murka dan langit menumpahkan kegelapan. Tidak ada yang bisa terlihat kasat mata.
Bayu tidak melepaskan pelukannya. Gina tidak berhenti menciumi suaminya. Segala perasaan tumpah ruah di sana, nikmat memabukkan.
Apa yang akan terjadi? Next
Daftar Isi Novel
Baca selengkapnya: INDEKS LINK
Jangan lupa ikuti terus cerita selanjutnya. Baca Juga cerpen, cerbung dan novel online lainnya sesuai forumnya.
Belajar Bersama Bisa dan Terimakasih
<Sebelumnya> < Selanjutnya>
Post a Comment for "Kesempatan Kedua Bidadari Surga Dunia, Bagian 33, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa Siapa? "
Disclaimer: Semua isi konten baik, teks, gambar dan vidio adalah tanggung jawab author sepenuhnya dan jika ada pihak-pihak yang merasa keberatan/dirugikan silahkan hubungi admin pada disclaimer untuk kami hapus.