Kumpulan Puisi Terbaru, Syair Anak Negeri
Kumpulan Puisi; Adalalah kumpulan puisi terbaik karya para penulis besar belajar bersama bisa. Dari pada galau tidak jelas apa yang terjadi. Kenapa tidak berkarya saja. Salah satunya membuat puisi.
Membaca puisi, rasanya paling nyaman saat tenang atau bersantai. Berteman kopi dan cemilan ringan, hidup hanya sekali, kenapa tidak dibuat riang saja?
Okey, tidak perlu panjang kali lebar, kali tinggi, langsung saja, Kumpulan Puisi Terbaru, Syair Anak Negeri
Garuda Pincang
Sayap patah jatuh terjungkal
Tersegal-segal tata paru-paru besar
Mata buta telinga tuli
Ah siapa peduli
Negeri bak lautan mati
Berserak cari arti
Siapa sang durja
Penabur angkara
Mereka kau dia atau aku
Manalah tahu
Kepakan sayap telah gugur
Rontok satu persatu gundul
Garuda telah pincang
Dalam sajak tak berpuan
Ah sial!
Gelombang Angkara
Rakyat mu kelaparan
Rakyat mu menangis darah
Rakyat mu tersengal ratap pilu
Tapi kau masih ber ha ha hi hu
Oh maaf! Aku lupa kau adalah sang sang kuasa
Adidaya negeri ini
Entah sajak pilu atau bahagia
Adamu adalah pracoba
Tak peduli gelombang angkara membabi buta
Tak pula kau abai akannya
Tak usah bersenandung iba
Rangkul saja mereka dalam sajak kasih
Dekap mereka dalam lautan peduli
Gelombang angkara ini ujian
Akan adidaya kekuasaan
Sabar sabar sabar
Moga negeri ini kian besar
Tetap mengingat kuasa Tuhan
Ingatkan!
Padamu Negeri
Jiwa kami adalah satu
Tumpah darah Indonesia
Tanah pertiwi kelahiran raga
Terjunjung tinggi adat budaya
Itulah negara kita
Tangis ibu ratapan anak negeri
Siapa kami tanpamu sang kuasa
Apalah arti sedebu karang samudera
Bila ombak hempaskan negeri tercinta
Pada mu negeri ....
Kami titip anak cucu ibu pertiwi
Adat budaya melambung tinggi
Tapi lupa akan kejayaan negeri
Tanah rantau penompang hidup kami
Negeri ini menangis tiada henti
Sayatan duka memekak telinga
Genderang apa kau tabuh duhai anak bangsa
Pada mu negeri ....
Kami telah mengabdi tak peduli era reformasi jajahan pun melenial
Kami kenyang akan sorak-sorak kebangsaan
Bagi kami mencium tanah pertiwi adalah kebangaan diri
Tetap mengabdi meski tersisih netra penguasa
Kami tetap ada dalam tanah air tercinta
Ratau tak akan jadi sekat raga
Untuk kembali pada tanah tercinta
Indonesia
Pada mu negeri kami adalah turunan darah bangsa
Tetap menjaga kejayaan negara
Harapan diri busungkan tekat raga
Tak peduli jauh pun dekat
Sampai akhir hayat kembali jua pada dekapan sang bunda
Syair Jalanan
Ibu ayah kami telah yatim piatu
Sendiri dalam hitam dunia
Meratap nasib tak kunjung sirna
Kemana kami harus mengadu
Jika langit angin selimuti badan
Debu-debu detak hembusan napas
Terik tari makanan tiap hari
Kami kenyang bersahabat alam
Kami kenyang telan cacian
Sedang mereka kenyang pujian
Kenyang busung dada
Dan kami kunyah kekatanya
Muntah pandang badan
Jengah sudah harapan
Syair kami teranggap bualan
Ah biar!
Penguasa
Penguasa oh penguasa
Maaf! Maaf!
Kau bapak kami
Ibu tiri
Kami lupa
Amnesia tetiba
Penguasa oh penguasa
Kami hilang dari peradaban
Kami sembunyi dari era penjajahan
Kami takut berkalung sorban
Kami malu tampakkan kegarangan
Penguasa oh penguasa
Bacakan dongeng untuk kami
Sebagai pelelap malam sunyi
Kami tak bisa pejamkan mata
Hendak lari langkah menempel sempurna
Kami bisa apa selain bercerita mencerita
Karena kami sekumpulan pasir jalan
Mudah tercecer napas angin
Melimpir!
Mimpi Khayal
Sedari semua yang berjalan adalah kisah-kisah dunia
Tak heran sajak-sajak indah mengelora
Kau sombong angkuh hati
Pembual janji
Ah, terserah saja
Kau biarkan mimpi tetap mimpi yang menyinari khayalmu
Kau terhenyak dan terbangunkan
Sadari keajaiban hadir di dekatmu
Malu
Pati, 26-12-18
By: Sriwijaya
Note: Tulisan dibuat pada hari dan waktu yang sama.
Kapan buatnya, nik , mbak? Gak ngomong?
ReplyDelete