Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Masih Ingatkah Kamu Hari Itu? 3 Prosa Rindu Mengharu Biru

Kumpulan Prosa Rindu yang Bikin Syahdu




Prosa Rindu - Menanggung rindu itu berat. Kamu tidak akan kuat. Kenapa tidak diungkapkan saja lewat prosa?

Pada akhirnya semua kenangan menjadi potensi kerinduan. Iya seperti kenangan aku dan kamu yang pernah bernama kita. 

Teruntuk kamu yang tengah merindu, terpaksa menanggung pilu tersebab belum bertemu. Tidak perlu minum jamu agar hati tidak beku. Apalagi sampai hatimu menjadi kaku. Ayo guyu,langsung saja: 


Masih Ingatkah Kamu Hari Itu? 3 Prosa Rindu Mengharu Biru Sebagai Berikut:


1. Prosa Rindu, Masih Ingatkah Kenangan Hari Itu?



Hari ini aku tengah memikirkanmu. Mengingat kisah indah hari itu. Hari di mana kau dan aku tetap terjaga saat berbagi suka duka dalam tawa.

Apa kau masih ingat hari itu? Saat hamparan pasir melandai-landai bersama deburan ombak menghempas jejak langkah manja kaki kita. Bersama bermandikan sinar senja, tangan bergandeng erat.

Kau menuliskan senandung lagu merdu di atas gemuruh air laut dengan kecepatan cahaya yang memantul tanpa berkurang. Meramu, memuja, merindu dalam tatapan matamu yang manja.

Kau meniupkan. Kau menghembuskan. Seperti itulah caramu memaksa hatiku untuk bahagia. Bagaimana aku tidak jatuh cinta dengan sikapmu itu? Entahlah... Kini jelak indah itu sepertinya sudah terhempas badai perjalanan waktu.

Biarlah kenangan indah ini aku kenang dalam timang kesunyian. Berteman perih, berkawan lara. Apa yang bisa aku lakukan saat terhanyut dalam rindu tak bertepi? Selain hanya meneteskan air mata, aku hanya bisa berdoa. Sekuat tenaga mencoba bertahan untuk tetap setia.

Entah sudah berapa banyak wanita hadir mencoba menggantikanmu di sini. Di hatiku. Jawabannya selalu sama. Aku tidak bisa. Hanya kamu dan kamulah yang ada di hatiku.

Memang benar, ia bukan jiwaku. Paling tidak ia masih setia menemaniku hingga kini. Berbagi segalanya. Asal kau baik-baik saja. Itu sudah membuatku lega. Dariku yang merindukanmu.


2. Prosa Rindu: Meski Merindu, Aku Tetap Hidup Tanpamu


Bukan bulan sabit di atas pohon nyiur yang aku takutkan, melainkan bulan purnama menjadi renungan.


Sesuatu menjadi ketakutanku adalah kehilangan dirimu, siapa sangka semua itu benar terjadi. Dihancurkan secara perlahan, aku saat itu sangat terluka dan berteman dengan putus asa.


Menikmati luka saban hari akhirnya menggembleng hatiku semakin kuat dan tegar. Ya demikan memang sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan menjalani hari-hari hidup tanpamu.


Jangan tanya kenapa, kepergianmu membuatku tidak lagi menjadikanmu orang yang kucari dipagi hari untuk membuatkan kopi. Tidak ada lagi membangunkanku tidur kesiangan tersebab begadang di depan laptop.


Sama sekali aku tidak pernah membayangkan akan hidup seperti ini karena kamu tidak ada lagi disisi. Bahkan apa yang akan terjadi nanti aku tidak lagi mampu menerka jika pada akhirnya kamu tidak kembali pulang.


Lima tahun telah berlalu, apa kamu baik-baik saja? Apa masih suka memilih mengunci bibir saat ada masalah? Ah itukan kebiasaanmu saat lagi ngambek dan merajuk.

Menyabar-nyabarkan hati, sebab aku sudah terbiasa hidup bersamamu, menangis dan tertawa bersama. Aku tetap hidup tanpamu.


Hanya sebuah keajaiban yang bisa membawamu kembali pulang, kembali mengomeliku yang suka menaruh barang sembarangan.


Mau bagaimana lagi, suka tidak suka hidupku terus berjalan. Aku tatap melakukan kebiasaan yang sering aku lakukan. Aku tetap hidup tanpamu.



Apa kamu tau? Malaikat kecil yang dulu kita impikan sekarang sudah menjadi kenyataan. Merekalah kini yang menjadi penutup lobang dada yang pernah kamu buat.


Jika pada akhirnya didunia ini kamu tetap tidak kembali pulang, temui aku di surga, walaupun itu sekali saja. Bisa?


3. Prosa Rindu: Aku Tidak Kangen, Puas?


Hatiku meneteskan darah yang membakar perih oleh sikapmu yang tidak menentu. Untuk apa kamu jauh-jauh menemuiku jika pada akhirnya seperti ini? Cukup sudah, cukup sampai di sini saja.

Taukah kamu, bagaimana rasanya nyesek? Adalah saat dicuekin, seperti makan basi yang kamu diemin berhari-hari. sakit tau.

Cukup sudah sandiwaramu mempermainkan kepercayaanku. Cukup hanya untuk hari itu kamu memiliki atas jiwa ragaku. Tapi tidak kali ini. Tak cukupkah kesabaran yang telah aku berikan? Sehingga kamu bisa sesuka hatimu. Apa kamu anggap aku ini bodoh? Tidak..

Kenapa bertanya. Aku tidak kangen kok? Tidak kangen kamu dalam pangkuank. Tidak kangen mengitung jumlah pucuk rambutmu. Tidak kangen semua hal dari ujung kaki hinga kepalamu.

Mulai dari senyum, desah manja nafasmu yang memburu, semua itu menyebalkan. Aku tidak kangen, puas?


Cukup sudah sampai di sini saja.

2 comments for "Masih Ingatkah Kamu Hari Itu? 3 Prosa Rindu Mengharu Biru "