Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Sebuah Pesan untuk Anakku, Prosa Keluarga

Kumpulan Prosa Cinta Keluarga


Prosa Cinta untuk Putraku Garda dan Putriku Gava


Sebening tirta bercucuran menyimbahi hati saat kutulis prosa cinta ini. Tak terbendung, tak terkendali. Memenuhi mata dan dada.
 
Tubuh menggigil, gemetar, hingga jari ini tak sanggup rasanya untuk menari merangkai kata hingga beberapa waktu.
 
Hari ini begitu cerah, tanganku terasa lapar untuk mulai melanjutkan apa yang tadi malam sempat terhenti. Dengan tertatih, sekuat hati mulai kulukis pesan cinta untuk mutiara-mutiara hatiku melalui kata dari hati yang terdalam.



Bukan harta, bukan pula permata yang akan aku wariskan kepadamu. Melainkan sampah-sampah masa lalu yang harus kamu buang untuk membersihkan sampah pada masa depanmu. Suatu hari kau akan mengerti jika sudah tiba saatnya. Di mana kalian bersanding dengan kekasihmu.


Kebahagian bukanlah pada pecahan permata, bukan pula pada gemerlap dunia. Kebahagian hanya akan kamu dapatkan pada hati yang lapang. Terlepas dari semua penjajahan termasuk belenggu nafsu duniawi. 



Para leluhur telah menumpahkan darahnya untuk membasuh luka demi sebuah kemerdekaan. Melawan segala bentuk penindasan, menegakan keadilan untuk cahaya yang lebih terang. Selain pengabdianmu pada Allah-mu, merdekakanlah dirimu melalui cinta kasih sayang pada semesta.


Tegakan keadilan, sekalipun keadilan tidak akan pernah tegak. Lawanlah pembodohan sekalipun selamanya tidak pernah cerdas. Selain Tuhan Allah-mu dan Muhammad Rasull-mu, ingatlah leluhur moyangmu, papa mamamu yang berkat restu menyertamu hingga kita akan berkumpul di alam keabadian.


Kehidupan hanyalah proses perjalanan untuk menuju kematian. Sedangkan kematian lebih ringan dari pada sehelai kapas dan tanggung jawab itu lebih berat. 

Hanya pengabdian pada Sang Empunya Kehidupan yang akan menjadikan hidup lebih indah, sedangkan yang lain hanya sebuah bentuk penantian. Tak lebih dari itu.



Cinta bukanlah persamaan melainkan perbedaan diselaraskan menjadi harmoni seperti papa dan mamamu yang cintanya pada kalian jangan pernah untuk dipetanyakan.



Jika ini kusampaikan pada laut, laut akan menggulung ombaknya. Sampaikan pada gunung, gunung akan memuntahkan laharnya. Sampaikan pada langit, langit menggulung mendungnya. Biarkan cintaku pada kalian ini aku simpan dalam hati dengan semesta sebagai saksinya.


Putra dan putriku, yang kutimang, kumanja, kuramu melalui selendang sutra dengan kidung-kidung asmaradana. Ingatlah nanti, saat kalian bersanding dengan kekasihmu, jangan pernah lupakan sair doa mamamu dan juga kidung cinta papamu. Tempat di mana, kalian dibuai di besarkan semesta.



Bersama angin, bersama hujan. Air mata membasahi pipi mengurapimu melalui cinta suci tak bertepi. Kehidupan punya tangan yang lembut, kapan saja menarik mendekat. Kapan saja melemparkan menjauh, sedang jalan cinta artinya adalah rela jatuh terjerembab kelembah kesabaran yang pahit.


Semenjak jaman leluhurmu, manusia membangun penjara sempit pada pikirannya yang menyakitkan. Menyusun dinding-dinding kebodohan dari setiap kegagalan yang diperolehnya. 

Hingga mereka terjebak pada sebuah labirin keputus-asa-an.


Dobrak dinding itu. Hancunkan dan temukanlah sebuah jalan menuju cahaya fajar.


Allah Tuhan-mu, menciptakan bermacam cahaya di turunkan ke bumi dalam berbagai bentuk dan rupa. Seperti halnya kalian hadir menjadi bagian atas mama papamu seperti yang di tetapkan.

Emas hanya akan murni saat dibakar dan dihempaskan oleh angin. Sedangkan menjadi sekuat bajra, harus di tempa dan di bakar. 

Itulah api yang membakar menjadi abu, seperti itu cinta memurnikan dirinya sendiri.


Putra dan Purti Mahkotaku, kalian adalah anak-anak Buana yang akan dibesarkan oleh semesta. Kelahiran kalian bukan tanpa tujuan, karena tujuan kalian adalah kelahiran. Biarlah menjadi api menyala tanpa dinyalakan. 

Biarlah menjadi angin tanpa udara yang membeningkan warna. Biarlah menjadi hujan tanpa menggulung mendung. Kalian adalah embun kehidupan papa dan mamamu.


Terimakasih telah menjadi bagian kami saat ditetapkan. Dariku, orang tuamu yang mencintai kalian. I love you Garda Kelana Putra Mahkota Buana Seruyansyah dan Gava Allaya Putri Mahkota Buana Seruyansyah.

 

Garda Kelana Putra Mahkota  Buana Seruyansyah 





Rahino urip tan keno pati, ing Dzatullah Cahyo putih murup ing bantala. Bumi sapitu anelehi sang buana. Kita adalah pejuang, merah itu berani, putih itu suci. Mengalir berdesir menggelora dalam dada. Itulah darah yang mengalir dari para leluhur dalam kita hingga generasi berikutnya.


Kayu gung susuhe angin minongko aji dadi urip sak jroning pati. Welas asih pandulune, urup kanggo sasomo. Memayu hayuning bawono, Memayu hayuning sasono. Dadio sariro tunggal wong bagus sinampurno.


Angeweruhi ingsun syahadat panetep panoto agomo,yoiku jumenenge roh Idhofi kang ono ing telenge ati putih, kang dadi lejere urip, kang dadi pancere Allah, kang madep marang Allah. Yo iku wayangane Muhammad (saw) wujud manungso kang slamet dunyo akhirat.


Bobo guru, Guru sejati minongko ibu. Tan keno selak paribasan bumi gonjang - ganjing ajur mumur dadi pintu. Tetep tunduk patuh ing telapak suarga loka.


Bagi clan Seruyansyah tidak ada kata menyerah, jatuh bangkit lagi, tersungkur berdiri lagi. Jika tidak bisa berlari, maka berjalan, jika tidak bisa dengan berjalan maka merangkak, jika tidak dengan merangkak maka dengan mata, jika tidak dengan mata maka asa harus abadi selamanya.


Kita melihat, kita datang, kita menang. Menang tanpa merendahkan. Berperang tanpa pasukan. Kejayaan tanpa kekayaan. Seorang pejuang adalah perisai pejuang lainnya.


Siapa raja yang harus di lindungi? Adalah mereka anak-anak dan orang tua renta. Mintalah bahu raksasa bukan di ringankan beban. Sang Harimau Terakhir tidak akan mengeluarkan taring tanpa meninggalkan belang kebaikan untuk semesta.


Para Wali menjadi saksi, para Nabi menjadi perestu, Sang Maha Pencipta Allah tempat kita kembali pada Empunya Kehidupan.


Berjalanlah pada cahaya, bukan pada terang mentari ataupun gelapnya malam. Ingatlah ini sebagai pengingat jika orang tuamu ini sudah tiada di dunia.
 
Bukankah cahaya burung hantu adalah gelapnya malam? 
Bukankah cahaya kelalawar adalah bunyi pantulan? 
Bukanlah cahaya manusia adalah mentari. Lantas apa itu cahaya? Temukan dan simpan dalam hati dan pikiranmu.


Cahaya adalah kehidupan, bukan sinar mentari yang membunuh spora jamur pada lembab kegelapan. Bukan pula gelapnya malam menutup mata memandang. Cahaya adalah terang dalam gelap, terang dalam terang, sebuah petunjuk jalan setiap insan yang ingin kembali pulang pada Empunya Kehidupan.


Kebijaksanaan, Kekuatan, Kemampuan, Pengetahuan Rasional dan Irasonal adalah satu dalam namamu. Itu bukan lima, melainkan satu. Satu melainkan lima.


Tujuh warna membutakan mata, Tujuh nada menulikan telinga, Tujuh hari berputar tanpa henti. Hanya cinta kasih sayang semesta yang akan abadi selamanya.


Adalah kekekalan menjaga cinta dari sunyi kosong. Sebab cinta itu sendirilah keabadian. Ia di turunkan Sang Maha Kasih melalui hati saat tenang bersamaan manis dan pahit sekaligus. Semacam ombak berduri yang tumbuh dari harumnya bunga mewangi.


Lihatlah bintang yang menaburi dunia menjadi penerang jalan sepanjang hidup. Seperti itu cahaya yang menerangi dalam hati.


Perjalanan hidup memang penuh cadas beringas, kapan saja melukai kaki. Begitu pula harapan dan kecewa silih berganti. Bahkan benci dan bahagia bercampur, tetaplah kau setia pada hati nurani.

Kau terlahir bukan untuk hidup dari nisan yang dibuat oleh orang mati. Melainkan rumahmu adalah kelopak yang melindungi mata.


Apapun yang akan terjadi nanti, kau adalah putraku. Darahmu dan darahku sama. Sama-sama mengalir darah Pejuang Garis Depan Sang Harimau Terakhir yang hanya akan mengalirkan cinta kasih sayang pada semesta.


Biarlah bersama bernyanyi dan menari dalam segala suka cita dan masing-masing biarlah menghayati Ke-Esa-an-Nya. Sebab sebuah melodi hanya akan harmoni jika nada dimainkan bersamaan sesuai petikanya.

Dari orang tuamu yang mencintaimu. Selamanya hingga alam keabadian.

3 comments for "Sebuah Pesan untuk Anakku, Prosa Keluarga "

  1. Harapan setiap orang tua pada buah hati demi kebahagiaannyabkelak, yang kadang sulit untuk diungkapkan dan penyampaian indah lewat tulisan yang penuh makna

    ReplyDelete