Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Ketika Penulis Dianggap Tokoh dalam Karyanya, Apa Jadinya?

Belajar Menulis Cerpen  Cerbung dan Karya Fiksi 



Salah satu resiko penulis karya fiksi adalah penulis sering dianggap sebagai tokoh ada di dunia nyata. Apalagi penulis yang memang sengaja melakukan gimik dan mensetting sedemikian rupa agar cerita yang ditulisnya seolah benar-benar terjadi.

Begitulah mungkin yang sering saya alami. Padahal sudah berkali-kali menegaskan; lihatlah aku sebagai karya bukan pribadi. Sayangnya, kenyataan itu kerap kali diabaikan oleh sebagian besar pembaca. Lantas apa yang harus dilakukan jika sudah seperti itu?

Seperti biasa, sebelum melanjutkan jangan lupa subcribe agar tidak ketinggalan materi betikutnya atau silahkan gabung chanel telegram Belajar Menulis Novel Online

Seperti biasa, sebelum melanjutkan jangan lupa ikuti bbb ya. Karena  itu geratis.

Ketika Penulis Dianggap Tokoh Nyata  dalam Karyanya, Apa Jadinya? 


Saat penulis dianggap tokoh nyata dalam tulisannya, kemungkinan besar akan mendapatkan tekanan dari para pembaca. Hal ini bisa berakibat fatal dalam berkarya jika penulis tidak bisa menyikapi secara bijak. 

Kemudian penulis marge, hilang fokus dalam karyanya atau tulisannya menjadi ambyar, kwalitas menurun dan karya  berantakan. Jika sudah demikian apa yang harus dilakukan? 



1. Penulis Harus Bisa Berpikir dan Berjiwa Besar

 
Seperti yang sering kita orang alami saat menulis novel Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa?, Menggenggam Bara Neraka, Royal Princes Of Kuyang, Kembang Jeumpa dan banyak lagi. 

Bahkan beberapa penulis menyebutkan penulis  dengan julukan negatif.  Selebihnya memberikan tatapan miring dan yang diam karena sungkan. 

Sewaktu dulu di KBM, Plukme dan Kaskus banyak sekali komentar-komentar yang diarahkan untuk menjatuhkan mental penulis. Baik dari pembaca yang sakit pikirannya dan pembaca yang tingkat pemahaman rendah. 


Pernahkah pembaca berpikir, bahwa karya hanyalah karya? Semisal Ibu Asma Nadia menulis Surga yang Tak Dirindukan.

Apakah karyanya adalah kisah nyata penulisannya? Tentu saja tidak, mungkin ide bisa dari siapa saja, termasuk orang disekitar kita. Cerita tetap’lah cerita yang terlahir dari sebuah kreatifitas.

Saat kita penulis diangap pembaca adalah tokoh nyata artinya cerita berhasil menyentuh pembaca dan sudah semestinya sikap penulis harus bisa berjiwa besar saat mendapatkan komentar pedas dan nyinyiran dari para netter.

2. Tetap Menjadi Diri Sendiri Apapun Kondisinya


Benar adanya, penulis yang mudah emosi oleh para pembacanya artinya penulis berwawasan sempit. Apalagi menyalahkan pembacanya dengan frontal dan melakukan black list dengan mudah memposting secrensot percakapannya.

Jangan tanya kenapa? Sebab jawabannya adalah terkadang para neter ini mereka yang paling banyak menikmati karya kita secara diam-diam.

Buktinya mereka sangat detail mengamati tulisan kita dan kerap memberikan komentar pedas.

Secara tidak langsung, mereka perhatikan dengan penulis tersebut.

3. Berikan Edukasi pada Pembaca


Tidak bisa dipungkiri, apapun yang yang ditulis, selalu saja ada yang suka dan tidak suka. Bagi pembaca loyal tentu tidak begitu sulit memberikan edukasi, karena mereka sudah positif dengan penulisnya.

Beda halnya untuk para heter, ini membutuhkan kesabaran eksta pada mereka agar paham. Selebihnya diabaikan saja.

Pelan-pelan penulis bisa menyapa penggemar secara realtime dan memberikan pemahaman. Bahwa apa yang ditulis adalah sebuah karya. Hindari berdebat, balas dengan berkarya lebih baik lagi. 

Ambil Manfaat untuk Meningkatkan Kwantitas dan Kwalitas 


Dari interaksi para pembaca inilah kita bisa mendapatkan berbagai macam data untuk menjadi bahan evaluasi. Bahkan juga untuk menentukan sebuah strategi.

Jadi penulis bisa mengambil keuntungan dari apapun yang pembaca lakukan.
 

Misalnya saat kita orang dianggap dengan stigma negatif, ya sekalian kita bangun stigma negatif dengan catatan, kita tunjukkan kebenarannya secara terselubung hingga pembaca menemukan sendirian, oh ternyata dia salah menilai penulis ini.

Seperti halnya penulis mengatakan mandi di pinggir laut itu asyik loh. Saat pembaca nyinyir air laut itu asin, ya sekalian aja mereka kita tarik untuk berenang ke laut.

Akhirnya penulis tidak perlu menjelaskan apapun tentang bagaimana berenang di lautan. Karena mereka tau dengan sendirinya. Olehnya, apapun yang pembaca katakan, penulis tetap harus merasa bahagia.

Bagaimana sahabat bbb, punya pendapat lain? Yuk diskusikan di sini. Belajar Bersama Bisa dan terimakasih.

Post a Comment for "Ketika Penulis Dianggap Tokoh dalam Karyanya, Apa Jadinya?"