Tentang Cinta Satu Malam
Cerita Pendek Mama Muda Terbaru dan Bikin Baper
Cerita Pendek : Bercucuran air mata menyimbahi pipi yang kering kerontang. Lantaran hati terhenyak saat didapati sesuatu hangat mengalir begitu saja tanpa bisa terkendali, dalam didalam sana. Kau terperanjat, mendorong sekuat tenaga dengan nafas yang memburu.
"Joy .... apa yang terjadi?" sergahmu dengan suara getir yang tertahan dirongga kerongkongan. Bumi seakan berhenti berputar dari porosnya.
"Tidak. Aku .... tidak mungkin? Aku ...." Ia tergagap, cepat-cepat menegakan tubuhnya. Segera pemuda itu menarik dirinya dan menjaga jarak denganmu.
Bagaimana mungkin kau yang usiamu baru dua puluh tahun sudah melakukuan semua itu tanpa sebuah ikatan? Lebih menyakitkan lagi, kau bahkan baru mengenalnya. Ah usia membawa ingatanmu pada pelajaran sekolah. Bukankah itu sebuah proses reproduksi yang bisa menjadi sebuah kehamilan?
Senja telah beganti malam. Sinar surya ditelan gelap. Cahaya lampu di atas gunung Slamet satu persatu menampakan cahayanya.
"Ya Tuhan aku sudah tidak sanggup berada di dunia ini lagi." Kau segera mengambil sebuah lempengan tipis persegi empat kecil dalam tasmu yang berada di atas meja hotel sebelah kiri tempatmu tergeletak lunglai bermandikan keringat.
"Kamu sudah gila, Vin?" Menggelegar bentaknya. Ia merebut benda tipis tajam itu dan membuangnya.
Kesan itu membuka jalanmu menuju dunia penuh makna, mengungkapkan rahasia jiwa tersembunyi dengan bermandikan air mata.
"Jawab jujur, Joy. Tadi kamu tidak memasukanya 'kan?" Kau sekuat hati mencoba mencari pembenaran pikiran akan ketakutanmu. Hanya berharap ... berharap.
"Apa yang dimasukan? Ada ada aja, Vina." Ia tersenyum miring, duduk disebelahmu dengan tatapan kosong.
"Jangan mengalihkan pembicaran, Joy. Jawab saja yang benar."
"Vina oh Vina ... lucu sekali kamu itu. Tenang saja kamu tidak akan hamil." Ia mencium keningmu, meyakinkanmu bahwa baik-baik saja walaupun tidak sepenuhnya berhasil.
Entah apa yang merasuki, ketakutan beriringan dengan kenikmatan begitu membuat akal logikamu lumpuh. Apa kau benar begitu takut atau justru takut jika tidak bisa berulangkali seperti itu? Jawaban dari pertanya itu hanya dirimu sendiri yang bisa menjawabnya.
"Cowok memang mudah berbicara seperti itu karena tidak bisa hamil. Coba jika kamu diposisiku, Joy?"
"Iya aku tau, Vin. Sangat tau bahkan. Bukan tempe walaupun sama-sama dari keledai eh kedelai," ucapnya bercanda untuk tenang walaupun tidak sepenuhnya berhasil.
Ada perasaan bersalah memenuhi dadanya.
"Ih ... kamu nyebelin banget sih, Joy. Au ah gelap. Tidak lucu." Kau kembali tersenyum, mencebik manja.
"Sini aku peluk kamu. Sampai tenang, sampai tentram."
Apa itu wajah sedih atau justru bahagia, kau perlahan meletakkan kepalamu di dadanya yang datar. Sedatar perasaanmu, hambar juga tidak wajar.
Kau dan ia melanjutkan permainan yang berbahaya itu. Sebentuk permainan melintasi sembilan samudera, membumbung tinggi keangkasa hingga terlupa bahwa kapan saja kamu bisa terjatuh.
Apa saja yang pernah kau lakukan, katakan, perlihatkan atau semua yang telah kamu alami itu menunjukan sebuah cinta dan kebahagiaan? Adalah mungkin itu merupakan obsesimu sendiri yang tidak terkendali.
Gelombang asmara bergejolak malam itu, membuat riak-riak semruyak antara kau dan ia dalam lautan jiwa lunglai dan putus asa. Kini lima tahun telah berlalu sejak malam itu. Menjadi cerita pendek tentang cinta satu malam yang memabukan dan mengasikan tanpa tau dimana sekarang ia berada.
Taukah kamu apa yang paling menyiksamu saat malam tiba? Adalah kau tidak lagi mampu menepis kenangan jahat masa lalu. Menyakitkan. Perih.
Hanya kerinduan yang kau rasakan saat sepi menyapu debu-debu kebencianmu pada masa lalu. Hatimu meneteskan air mata darah yang membakar setiap saat. Seberapa kuat kamu memalingkan wajah, pada akhitnya hanya sia-sia.
"Kenapa mama menagis? Olive berbuat salah ya, Ma?"
"Enggak kok sayang. Mama gak nagis cuma kelilipan."
Kau segera memeluk putri kecilmu, mengelus rambutnya yang harum apel, mencecapi keningnya dengan satu harapan. Putrimu tidak melakukan kebodohan seperti apa yang kamu lakukan dulu.
Tersebab seperti cinta memberimu sebuah mahkota, demikan ia juga akan mengkoyakmu dengan kepedihan. Demi pertumbuhan dan juga pemangkasanmu, seperti daun-daun berguguran akan berganti dengan pucuk tunas baru saat bergetar menerima cahaya mentari. Pernahkah kau berpikir sebelum berbuat? Jawab
"Joy .... apa yang terjadi?" sergahmu dengan suara getir yang tertahan dirongga kerongkongan. Bumi seakan berhenti berputar dari porosnya.
"Tidak. Aku .... tidak mungkin? Aku ...." Ia tergagap, cepat-cepat menegakan tubuhnya. Segera pemuda itu menarik dirinya dan menjaga jarak denganmu.
Bagaimana mungkin kau yang usiamu baru dua puluh tahun sudah melakukuan semua itu tanpa sebuah ikatan? Lebih menyakitkan lagi, kau bahkan baru mengenalnya. Ah usia membawa ingatanmu pada pelajaran sekolah. Bukankah itu sebuah proses reproduksi yang bisa menjadi sebuah kehamilan?
Senja telah beganti malam. Sinar surya ditelan gelap. Cahaya lampu di atas gunung Slamet satu persatu menampakan cahayanya.
"Ya Tuhan aku sudah tidak sanggup berada di dunia ini lagi." Kau segera mengambil sebuah lempengan tipis persegi empat kecil dalam tasmu yang berada di atas meja hotel sebelah kiri tempatmu tergeletak lunglai bermandikan keringat.
"Kamu sudah gila, Vin?" Menggelegar bentaknya. Ia merebut benda tipis tajam itu dan membuangnya.
Kesan itu membuka jalanmu menuju dunia penuh makna, mengungkapkan rahasia jiwa tersembunyi dengan bermandikan air mata.
"Jawab jujur, Joy. Tadi kamu tidak memasukanya 'kan?" Kau sekuat hati mencoba mencari pembenaran pikiran akan ketakutanmu. Hanya berharap ... berharap.
"Apa yang dimasukan? Ada ada aja, Vina." Ia tersenyum miring, duduk disebelahmu dengan tatapan kosong.
"Jangan mengalihkan pembicaran, Joy. Jawab saja yang benar."
"Vina oh Vina ... lucu sekali kamu itu. Tenang saja kamu tidak akan hamil." Ia mencium keningmu, meyakinkanmu bahwa baik-baik saja walaupun tidak sepenuhnya berhasil.
Entah apa yang merasuki, ketakutan beriringan dengan kenikmatan begitu membuat akal logikamu lumpuh. Apa kau benar begitu takut atau justru takut jika tidak bisa berulangkali seperti itu? Jawaban dari pertanya itu hanya dirimu sendiri yang bisa menjawabnya.
"Cowok memang mudah berbicara seperti itu karena tidak bisa hamil. Coba jika kamu diposisiku, Joy?"
"Iya aku tau, Vin. Sangat tau bahkan. Bukan tempe walaupun sama-sama dari keledai eh kedelai," ucapnya bercanda untuk tenang walaupun tidak sepenuhnya berhasil.
Ada perasaan bersalah memenuhi dadanya.
"Ih ... kamu nyebelin banget sih, Joy. Au ah gelap. Tidak lucu." Kau kembali tersenyum, mencebik manja.
"Sini aku peluk kamu. Sampai tenang, sampai tentram."
Apa itu wajah sedih atau justru bahagia, kau perlahan meletakkan kepalamu di dadanya yang datar. Sedatar perasaanmu, hambar juga tidak wajar.
Kau dan ia melanjutkan permainan yang berbahaya itu. Sebentuk permainan melintasi sembilan samudera, membumbung tinggi keangkasa hingga terlupa bahwa kapan saja kamu bisa terjatuh.
Apa saja yang pernah kau lakukan, katakan, perlihatkan atau semua yang telah kamu alami itu menunjukan sebuah cinta dan kebahagiaan? Adalah mungkin itu merupakan obsesimu sendiri yang tidak terkendali.
Gelombang asmara bergejolak malam itu, membuat riak-riak semruyak antara kau dan ia dalam lautan jiwa lunglai dan putus asa. Kini lima tahun telah berlalu sejak malam itu. Menjadi cerita pendek tentang cinta satu malam yang memabukan dan mengasikan tanpa tau dimana sekarang ia berada.
Taukah kamu apa yang paling menyiksamu saat malam tiba? Adalah kau tidak lagi mampu menepis kenangan jahat masa lalu. Menyakitkan. Perih.
Hanya kerinduan yang kau rasakan saat sepi menyapu debu-debu kebencianmu pada masa lalu. Hatimu meneteskan air mata darah yang membakar setiap saat. Seberapa kuat kamu memalingkan wajah, pada akhitnya hanya sia-sia.
"Kenapa mama menagis? Olive berbuat salah ya, Ma?"
"Enggak kok sayang. Mama gak nagis cuma kelilipan."
Kau segera memeluk putri kecilmu, mengelus rambutnya yang harum apel, mencecapi keningnya dengan satu harapan. Putrimu tidak melakukan kebodohan seperti apa yang kamu lakukan dulu.
Tersebab seperti cinta memberimu sebuah mahkota, demikan ia juga akan mengkoyakmu dengan kepedihan. Demi pertumbuhan dan juga pemangkasanmu, seperti daun-daun berguguran akan berganti dengan pucuk tunas baru saat bergetar menerima cahaya mentari. Pernahkah kau berpikir sebelum berbuat? Jawab
Post a Comment for "Tentang Cinta Satu Malam "
Disclaimer: Semua isi konten baik, teks, gambar dan vidio adalah tanggung jawab author sepenuhnya dan jika ada pihak-pihak yang merasa keberatan/dirugikan silahkan hubungi admin pada disclaimer untuk kami hapus.