Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Tania, Rahasia Wanita Part 2, Love Young Mom

Love Story,  Rahasia Wanita,  Part 2


Tanpa sengaja melihat saudara selingkuh, apa yang harus dilakukan? 

Tania


Anak-anak sudah tidur. Seharian mereka belajar di sekolah Full Day. Jam delapan malam suasana rumah sepi. Tinggal aku dan Mas Edo yang asik dengan ponsel masing-masing di dalam kamar.


"Mas, aku mau tanya."

"Apa," jawabnya singkat tanpa mengalihkan tatapan pada layar ponsel. Jemarinya sibuk menekan tombol-tombol yang tak kuketahui gunanya.

"Mas! Serius ini. Gamenya dimatikan dulu!" Kucubit pinggang berlemak itu. Mas Edo berteriak geli.

"Iya-iya. Ada apa, sih."

"Kalau nggak sengaja melihat saudaramu selingkuh, apa yang akan mas lakukan? Diam saja atau mengatakan kepada pasangannya?"

"Saudaraku baik semua, gak ada yang selingkuh."

"Mas Edo!" Mulutku sudah maju.

"Gini lo, Bun. Setiap rumah tangga itu punya ujian hidupnya masing-masing. Dan pastinya, Allah tak akan menguji diluar kesanggupan manusia. Cobaan bisa berupa penyakit, anak-anak, kekayaan, kemiskinan, perselingkuhan dan banyak lagi yang lainnya. Memble bibirku nanti kalau menerangkan banyak-banyak. Dengarkan nasihat ustadz di you tube aja. Banyak itu dijelaskan. "

"Terus apa yang harus dilakukan ketika memergoki orang yang kita kenal berselingkuh?"

"Nggak boleh asal tuduh, lho. Jatuhnya bisa fitnah. Harus di cek lagi beritanya bener apa enggak."

"Udah bener. Seratus persen," sahutku.
"Kalau gitu diberitahu aja pasangannya, tapi harus hati-hati ngomongnya. Jangan menambah-nambahi cerita, katakan apa adanya dengan tujuan mereka bisa evaluasi diri. Bukan menghancurkan hubungan dengan ngomporin nggak jelas."

"Gitu, ya Mas?" Aku manggut-manggut.

Ya, Hilwa harus diberitahu. Besok setelah selesai mengajar ekstra mengaji di sekolah, aku akan memberitahunya.

Tiba-tiba tipsnya Hilwa terngiang jelas di telinga.

"Hm ... hm, Mas Edo." Aku menepuk pundak sosok berisi yang mulai tengkurap sambil membuka ponsel.

"Apa lagi?"
"Emm ... apa Mas mau itu?" Ragu-ragu aku mengucapkan, rasa panas mulai menjalar di wajah. Meskipun sudah menikah selama lima belas tahun tapi jarang sekali aku duluan yang 'minta jatah'. Nah ini malah 'menawarkan diri'

"Itu, main kodok-kodokan. Ah! Gak jadi deh!"

Memalukan! Tanpa menunggu reaksinya, aku mengempaskan tubuh meringkuk menghadap tembok. Kepala kututupi bantal. 

"Lho, Bund. Tumben amat. Apa Bunda mau?" goda Mas Edo memeluk pinggangku dari belakang.

"Kodok-kodokan? Hihihi."
"Gak!"
"Ayolah. Asiiik. Bentar, aku siap-siap dulu."

Mas Edo melesat keluar kamar. Biasanya sebelum melakukan 'ritual', dia akan bersih-bersih badan dan menggosok gigi.

Kebiasaan itu bahkan tidak berubah setelah sekian lama. Aku tersenyum, ternyata menawarkan diri tak sesulit yang kubayangkan. 


"Hilwa, aku mau ngomong sesuatu. Tapi kamu janji nggak akan marah dan bisa saja itu salah paham." Aku membuka percakapan.


Setelah memastikan Arkan sudah berangkat kerja, aku segera ke rumah Hilwa. Kebetulan hari ini ektra mengaji diliburkan karena ada program imunisasi oleh Puskesmas


Seperti biasanya, dia terlihat segar dan berseri. Kami duduk di ruang tamunya yang bersih berkilat.


"Ada apa, Tania?"
"Sebenarnya ...," lirihku, "tempo hari aku melihat suamimu keluar dari hotel bersama wanita. Kelihatan mesra banget. Maaf. Maaf Hilwa ... kamu jangan marah." Aku meremas jari wanita bergaun biru itu. Memberi kekuatan.


Namun ekspresi Hilwa terlihat biasa-biasa saja, dia hanya terkejut sebentar dan kembali tenang.

"Jadi Mas Arkan ketahuan olehmu, Ta?"


Aku mengangguk. Mencoba membaca hati Hilwa. Kenapa dia setenang ini? Apa yang tidak kuketahui?


"Sebenarnya, wanita itu istri kedua Mas Arkan." Kali ini suaranya mulai bergetar.

Aku terkejut. Tidak percaya, selama ini Hilwa tidak pernah bercerita apa-apa tentang perempuan lain. Kukira rumah tangganya baik-baik saja.

"Maaf, Hilwa. Aku tidak bermaksud mengorek lukamu."

Mata lentik itu menerawang. Hilwa menarik napas dan mengembuskanya pelan.

"Awal menikah dulu, aku dan Mas Arkan berjanji untuk saling terbuka. Tidak merahasiakan masalah apapun. Termasuk bila suatu hari tertarik dengan orang lain."


"Kita berjanji akan mencari solusi yang terbaik bagi semua pihak. Ketika ujian itu benar-benar terjadi pada rumah tanggaku, ternyata rasanya begitu berat. Aku sering sakit-sakitan mengetahui mas Arkan mencintai wanita lain." Air mata menitik, segera dihapus hilwa dengan ujung telunjuk.

"Setelah kucoba mempertahankan Mas Arkan semampuku dan tidak ada perubahan, aku sadar harus mengambil keputusan berat."


"Hilwa ...."
"Nggak apa-apa. Kamu diam dan dengarkan saja ceritaku." Sorot mata Hilwa sudah kembali tenang.

"Kamu tahu orang paling bodoh didunia?" tanyanya. Aku diam, menggeleng pelan.
"Orang yang sedang dimabuk cinta. Mata menjadi buta, telinga seakan tuli dan tidak akan ada satu nasihat pun yang bisa menyadarkanya. Aku akhirnya berdamai dengan diriku sendiri, Ta."


"Mengingat umur sudah hampir kepala empat, keriput sana-sini, tubuh juga banyak yang melorot, aku sadar tak akan menang bersaing dengan gadis muda. Kalau nekad menuntut cerai, hak asuh si kembar pasti jatuh ke tangan ayahnya. Dan aku tak bisa hidup tanpa mereka."


"Dari pada mas Arkan zina, aku ijinkan dia menikah dengan beberapa syarat." Hilwa menggigit bibirnya.

Hatiku deg degan menanti tuturan kisah sahabatku yang 'ajaib' ini.

Tiba-tiba ponsel Hilwa berbunyi. Dia segera mengangkat dan berbicara sebentar sebelum mematikan HP. Wajahnya tegang.

"Maaf, Ta. Aku pergi dulu. Mas Arkan baru saja pingsan. Sekarang dia dalam perjalanan ke rumah sakit. Kapan-kapan saja ceritanya."


Hilwa segera menyiapkan barang-barang yang mungkin dibutuhkan, meninggalkanku yang bengong.

Aku menggaruk kepala berbalut jilbab hitam. Keluar meninggalkan rumah Hilwa dengan kesibukannya. Otakku mencerna cerita Hilwa, tapi masih bingung dengan keputusan gila yang diambilnya.

Mengijinkan suami menikah lagi? Oho! itu tidak ada dikamus. Prinsipku pilih dia atau aku sepaket dengan anak-anak. Meskipun harus berjuang sendiri demi buah hati akan kujalani. Tak sudi berbagi suami dengan perempuan lain.

Ah! Tidak mungkin mas Edo berbuat seperti Arkan. Aku sangat yakin dan percaya pada suami. Insting sebagai istri tak pernah menemukan kejanggalan-kejanggalan.

Kulihat mobil Ertiga Hilwa meluncur di jalan komplek. Aku hanya bisa berdo'a semoga dia baik-baik saja.

Bersambung

Daftar Isi Novel 


Baca selengkapnya:  Indeks Link 



Selamat membaca dan jangan lupa bahagia

3 comments for "Tania, Rahasia Wanita Part 2, Love Young Mom"

  1. berbagi sesuatu yang sangat pribadi. butuh mental yang waras sepanjang hayat di kandung badan. byuuhhh. lanjut, cakep ceritanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukankah berbagi itu indah? Kenapa harus menyakitkan seperti itu?
      #CumaNanya

      Delete
    2. tidak akan menyakitkan bila berlandaskan keikhlasan dan meraih ganjaran jannah-Nya ....

      Delete