Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Cerita Cinta Mama Muda: Apa Kabar Mantan?

Even Sejuta Cerita Cinta Mama Muda 



Betapa indah taman yang ditumbuhi berbagai bunga warna-warni. Harum semerbak mewangi memenuhi indera penciumanku. Seolah sedang berada di surga. Suasana semakin syahdu, ketika samar dari kejauhan tampak bayangan seseorang yang begitu kukenal menghampiri. 

Perlahan semakin mendekat, ia ulurkan tangannya, menggenggam jemariku, kini tampak jelas raut wajahnya, ia tersenyum manis padaku, sorot matanya yang teduh tepat menghujam retina mataku, ia menuntunku ke suatu tempat yang nyaman dan damai.

Sudah beberapa hari ini aku selalu bermimpi seperti ini, membuatku terjaga, tak bisa lagi memejamkan mata. Kulirik jam beker di atas meja, pukul 03.00 dini hari. Mimpi yang sama, seperti malam-malam sebelumnya, dengan seseorang di masa laluku. 

Antara Suami dan Mantan  

Sosok yang sudah nyaris aku lupakan. Kutatap wajah suami yang tengah terlelap, wajahnya begitu damai, sesekali ia tersenyum, apakah ia juga tengah bermimpi dengan seseorang di masa lalunya?

Lima tahun aku menjalani rumah tangga dengan suamiku, banyak orang berpendapat kami pasangan yang serasi, selalu tampak bahagia, tak sedikit kaum wanita yang merasa iri karena aku yang berasal dari keluarga sederhana ini kini bergelimangan harta karena telah dipilih sang pengusaha muda ini untuk mendampingi hidupnya. Benarkah aku bahagia? Aku rasa tidak.

Sebenarnya sudah lama aku tak berkumpul dengan teman-teman semasa SMA. Namun, entah siapa yang memasukkan aku ke dalam grup whatsapp alumni yang chatnya selalu ramai, saling sapa, bercerita, bercanda tawa. Seru. 

Suatu ketika ia menyapa di chat pribadi, hatiku tak karuan. Kami tidak pernah berjumpa lagi sejak sama-sama menikah. Aku sudah hampir lupa padanya. 

Sejak menerima chat pribadinya, timbul rasa ingin tahu, kucari info di akun sosmed-nya. Ia masih terlihat menarik seperti dulu. Kulihat foto keluarganya, rupanya ia sudah punya satu anak perempuan, cantik, secantik istrinya. Terlihat seperti keluarga bahagia pada umumnya. Apakah ia benar-benar bahagia? Ataukah semu semata seperti yang sedang kualami?

Hai sudah bangun?

Muncul sebuah sapaan hangat di whatsapp, saat kubuka layar gawaiku.

Sudah, sedang menunggu subuh. Kamu juga sudah?

Sudah. Aku tidak bisa tidur, semalam bermimpi. Istriku masih tidur. Memangnya kamu biasa bangun sepagi ini?

Hatiku berdebar. Apakah ia memimpikan aku seperti aku memimpikannya?

Iya.

Hanya itu yang mampu kutulis, padahal ingin rasanya aku bertanya tentang mimpinya yang membuat ia tak bisa tidur.

Sudah dulu ya, istriku sudah bangun, selamat menunggu subuh.

Kuurungkan niat untuk menjawab karena dikejutkan oleh emoticon love yang dikirimkannya. Kututup layar whatsapp bertuliskan namanya, Harsa. Hatiku berdesir.

“Nay, susah bangun?”

Suara suamiku mengejutkanku, menyadarkan diriku dari lamunan, mengembalikanku ke alam nyata.

“Sudah, lagi nunggu azan subuh.” 

Ia beranjak ke kamar mandi. Aku sudah tahu apa yang akan dilakukannya, salat subuh, sarapan, baca koran, lalu berangkat kerja. Tak ada kabar seharian, pulang jelang tengah malam, sampai di rumah, ke kamar mandi, lalu tidur.

Ketika awal-awal menikah, kami sering menikmati waktu berdua. Nonton, jalan-jalan, travelling, wisata kuliner, atau apa saja. Seiring berjalannya waktu, ia semakin sibuk, akhir pekan pun kadang tak punya waktu untukku.

Pernah sih, beberapa kali akhir pekan ia ada di rumah, untuk menghangatkan suasana, aku ajak ia bercerita, namun ia kadang tak fokus mendengarkan, kalau pun “dipaksa” mendengarkan, ia hanya menjawab singkat saja, seolah tak tertarik dengan ceritaku, hingga pada akhirnya aku malas bercerita lagi padanya. Kami hanya bicara seperlunya saja, itu pun jika penting.


Padahal dulu, Narendra adalah pribadi yang hangat juga humoris, entah apa yang membuat ia berubah menjadi sosok yang dingin. Apakah karena aku tidak bisa memberinya keturunan? Hidupku terasa hampa, walau pun orang bilang betapa enaknya menjadi diriku yang punya harta berlimpah.

Ketika Rasa Kembali Bersemi 

Aku tertawa mendengar cerita Harsa. Ya Allah, kapan terakhir aku tertawa lepas seperti ini? Rasanya aku lupa, bahagia itu seperti apa? Restoran dengan konsep alam terbuka ini menambah hangat suasana. Tak menyesal aku menerima ajakan makan siang ini.

“Waktu itu, kenapa kita putus ya, Nay?” tanya Harsa riba-tiba.

Aku termenung, mencoba mengingat.

“Dulu kamu tega, ninggalin aku tanpa kabar, memutuskan kuliah ke luar negeri, itu pun aku dengar kabarnya dari orang lain, ya sudah life goes on, aku anggap kita putus, walau pun sulit sebenarnya buat move on.”

“Oh, jadi kamu mutusin hubungan secara sepihak ya? Kamu juga tega, hiks,” ucapnya dengan mimik memelas, namun jadi tampak lucu.

“Mungkin kita memang bukan jodoh.”

“Nay, apakah kamu bahagia?” aku hanya terdiam, tak mengira dengan pertanyaannya.

“Harusnya aku bahagia, Nay. Sejak istriku memutuskan terjun ke dunia politik, ia menjadi sosok yang super sibuk, hingga mengorbankan waktunya bersama keluarga, entah apa yang dia kejar.”

Kembali aku termenung. “Suamiku juga sibuk sejak jadi pengusaha sukses, nyaris tak ada waktu untukku.” 

Aku terkejut mendengar kalimat yang meluncur dari mulutku, keadaan rumah tanggaku yang selama ini kusembunyikan, bahkan pada keluarga sendiri.

“Ternyata, nasib kita sama ...” Harsa menatapku lekat. Tatapan itu, masih seindah masa SMA, membuat hatiku berdebar tak menentu.

“Nayla, kamu masih cantik, tak berubah,” lanjutnya.

Hatiku semakin tak karuan dibuatnya, aku tersipu, salah tingkah, lidah pun kelu, tak mampu berkata-kata.

“Siapa nama suamimu?” 

“Narendra.”

Ia tampak terkejut saat kusebut nama itu, semua orang pasti mengenal pengusaha sukses sekelas suamiku.

“Suamimu saat ini sedang naik daun. Oh, ya kamu punya anak?”

Aku menggeleng sedih. Mataku berkaca-kaca. Harsa meraih jemariku, menggenggamnya erat.

“Kita sama-sama manusia yang kesepian, ikutlah denganku, kita bangun kebahagiaan berdua.”

Aku tersentak, buru-buru kutarik tanganku, melepaskan dari genggamannya.

“Maaf, Harsa, aku tidak bisa ...”

Air mataku mulai menetes. Aku berlari meninggalkannya.

Berusaha Menjauhi Mantan 

Sudah larut malam, mataku  belum juga bisa terpejam. Sejak pertemuan dengan Harsa beberapa hari yang lalu, aku menghindarinya. Kuputuskan untuk keluar dari grup alumni. Kumatikan data ponsel, agar tak membaca pesan whatsapp yang masuk. 

Beberapa hari ini, aku memikirkan semuanya, segala yang kuingat adalah masa-masa indah dan manis bersama Narendra. 


Ia yang memperjuangkanku, berusaha meyakinkan orang tuanya yang tidak merestui hubunganku yang berasal dari keluarga sederhana dan ia dari keluarga berada. Dengan kegigihannya, ia mampu meluluhkan hati kedua orang tuanya, hingga mereka mau menerimaku dan yakin bahwa akulah pilihan yang tepat, perempuan yang akan selalu setia mendampingi Narendra hingga maut memisahkan. 


Narendra yang menerimaku apa adanya, tidak mudah berpaling pada wanita lain, walau pun kami belum dikaruniai anak. 

Penyesalan memenuhi rongga dada. Aku merasa berdosa telah membiarkan lelaki lain memasuki hatiku bahkan menyentuh tanganku, nyaris saja aku mengorbankan rumah tanggaku. Astagfirullah. 

Kuambil ponsel dan menyalakan datanya. Serentak saja semua pesan whatsapp masuk, salah satunya dari Harsa. Rupanya ia menghubungiku hampir setiap saat, mulai dari menanyakan kabar, meminta maaf, menyatakan perasaan, hingga ajakan untuk menjalin hubungan kembali.

Harsa, maaf, bagaimana pun keadaan rumah tangga, kita harus berusaha memperbaikinya dengan pasangan masing-masing, bukan malah menjalin hubungan dengan yang lain.

Aku mencintai suamiku, begitu pun denganmu, di dasar hatimu ada cinta untuk istri dan putrimu. Kumohon, jauhi aku.

Kukirimkan pesan itu pada Harsa dan menekan tombol blokir. Kuhapus semua chat dengannya.

Naylaaa ...

Kudengar suami menyebut namaku. Ia sedang tertidur pulas dengan sebuah senyuman tersungging di bibirnya, ternyata aku yang ada dalam mimpi-mimpinya, walau pun hubungan kami tak semesra dulu. Kuambil lengannya, kucium, dan kuletakkan di dada. Tak terasa, air mataku berjatuhan.

Maafkan aku, Mas ...

The End 

Daftar Isi Cerpen 

INDEKS LINK EVENT MENULIS CERPEN SEJUTA CINTA MAMA MUDA


Author, Teteh Icus 

Post a Comment for "Cerita Cinta Mama Muda: Apa Kabar Mantan? "