Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Cerpen : Don't Mess With My Love, Sejuta Cinta Mama Muda

Cerita Cinta Mama Muda Don't Mess With My Love



Cerita Singkat "Assalamu alaikum, Pak Naba, sedang apa?

Sebuah pesan masuk melalui aplikasi Whatsapp milik suami Rasti. Keningnya berkerut. Nomor asing tanpa foto profil juga, membuatnya tak bisa menebak apakah si pengirim chat itu laki-laki atau perempuan.

“Dari siapa, Bu?” Suara serak suaminya yang baru saja terbangun dari tidur siang menyentak wanita cantik itu. Hampir saja gawai dalam genggamannya jatuh.

“Enggak tahu, Yah. Nomornya belum Ayah simpan.” Rasti menyerahkan gawai dalam genggaman pada Naba.

Sejurus kemudian, suaminya tampak serius membaca chat dari nomor asing itu. Kemudian, ia menekan huruf-huruf dalam benda tipis persegi panjang itu. Sepertinya membalas chat. Tak berapa lama, terdengar suara nada seperti koin jatuh, tanda pesan masuk.


Senyuman tersungging di b1b1r lelaki yang sudah lima tahun menjadi imamnya itu. Netranya masih tetap terpaku pada layar gawai.


“Kok kelihatan senang begitu? Kayak dapat pesan dari pacar aja.” Entah mengapa, hati Rasti berdesir aneh dan merasa tak suka melihat perubahan rona wajah suaminya.

“Bukan, Bu. Ini dari salah satu rekan mengajar Ayah. Alea namanya. Dia guru baru.” Naba tampak gelagapan.

Mulut Rasti hanya mampu ber-oh ria ketika mendengar jawabannya. Padahal banyak hal yang ingin ia tanyakan tentang rekan baru suaminya yang bernama Alea itu. Sepertinya, dia harus sering-sering mengecek chat WA sang suami. Entah mengapa, timbul sedikit rasa curiga. Salahkah nalurinya sebagai seorang istri?


Malam harinya, gawai Naba bergetar. Layarnya menyala. Rasti melirik sang suami yang tengah terlelap. Ia meraih gawai dari atas nakas, penasaran dengan sang pengirim pesan. Pukul sebelas malam. Siapa yang mengirim pesan di saat orang sedang tidur nyenyak?


Hatinya berdebar tak menentu saat melihat nama yang tertera di layar. Alea. Untuk apa malam-malam begini dia chat suami orang? Rasti geram. Buru-buru wanita berambut lurus panjang itu membuka pesannya.

"Hai, Pak Naba. Sudah tidur, belum? Aku mau curhat, nih."

Rasti membalas pesan seolah-olah yang mengirim chat adalah Naba sendiri. Isinya meminta agar perempuan itu tak menghubungi lagi dengan alasan sang suami sangat sayang pada istrinya. Sebagai sesama wanita, Rasti berharap semoga saja Alea mengerti kegelisahan yang tengah melanda dan bergejolak di batinnya, hingga berhenti mengganggu suami orang.

Dada Rasti berdebar kian kencang. Matanya panas dan mulai berkaca-kaca. Ia menatap lekat wajah sang suami. Rautnya begitu damai. Tak tega rasanya membangunkan dia untuk menanyakan hal ini. 

Ia memutuskan untuk menunda segala macam pertanyaan yang sedang berkecamuk, lantas berbaring kembali di peraduan memunggungi suaminya. Rinai deras membasahi pipi. Ada rasa nyeri merasuk di hati.

Pagi ini Rasti bangun dengan keadaan mata sembab. Semalaman ia menangis dan tak bisa memejamkan mata. Pikirannya kacau balau, sekusut suasana hati. Untung saja Naba setiap paginya cukup sarapan hanya dengan roti selai dan jus jeruk saja, hingga Rasti tak perlu repot-repot memasak atau pun menghangatkan makanan.


“Pagi, Sayang,” sapanya sambil mengecup kening Rasti. Satu hal yang selalu Naba lakukan setiap pagi. Kalau saja suasana hati wanita itu sedang baik, perlakuan dari suaminya itu sangatlah terasa manis. Namun, berbeda dengan saat ini. Sikap Naba hanya membuatnya merasa semakin muak.


“Wajah yang tak merasa punya dosa, padahal sedang menyimpan sebuah rahasia. Sampai-sampai dia tak bisa menangkap raut wajah istrinya yang tengah terluka ini,” gumam Rasti, geram. Sepasang netra sembabnya memandang tajam ke arah Naba.

“Yah, sebenarnya hubunganmu dengan Alea itu seperti apa, sih?” Rasti sudah tak tahan lagi untuk menumpahkan rasa penasaran yang telah dipendamnya semalaman.

Kening Naba berkerut. Berkali-kali terdengar helaan napasnya. Rasti menebak, mungkin suaminya sedang menyusun jawaban yang masuk akal.

“Hanya rekan kerja, Bu. Dia baru masuk. Jadi wajar kan banyak tanya-tanya ke Ayah yang udah senior ini?” Dia menjawil dagu Rasti yang langsung ditepis kasar oleh wanita itu.


“Memangnya enggak ada rekan kerja lain? Sesama perempuan? Masa tengah malam ngajak curhat suami orang?” Emosi Rasti sudah mulai terpancing, mengingat kembali isi chat perempuan itu malam kemarin.


“Ya ampun, Bu. Pernikahan kita ini sudah berjalan lima tahun. Masa masih juga curiga? Udah, ya. Jangan berpikir yang bukan-bukan, Sayang. Dia itu adik kelas Ayah sewaktu SMA. Sebagai orang baru, tentunya dia masih merasa canggung dengan rekan-rekan yang lain.

Sementara dengan Ayah, dia sudah kenal lama. Makanya dia merasa akrab.” Naba melirik jam di pergelangan tangan, kemudian menyuapkan potongan terakhir roti selai cokelat ke dalam mulutnya. 

“Ayah berangkat, ya, udah agak telat, nih. Sekarang kan harus finger- print. Assalamualaikum.” Kembali Naba mengecup lembut kening Rasti. Walau wanita itu kesal, tetap ia mencium takzim punggung tangan suaminya. Entah Rasti harus percaya, entah harus mengikuti kata hati yang kini meragu.

***

“Mas Naba, semalam istrinya ya yang balas chat aku? Aku sudah curiga dari kalimat-kalimat di setiap pesan yang dikirimkan. Kesannya dingin. Sangat berbeda dengan gaya bicaramu.”

 Sepasang netra indah Alea menatap lekat pria di hadapannya yang sedang fokus pada layar laptop. Wajah Naba yang mirip Steve Trevor-nya Wonder Woman, memang mampu memesona setiap wanita.


“Iya. Maaf, Sayang. Semalam aku ketiduran.” Naba menghentikan kegiatan mengetiknya. Kini kedua tangannya menggenggam jemari lentik gadis yang sedang duduk di depannya.


“Tapi, dia enggak curiga, 'kan?”


“Aku yakin enggak. Aku kan punya seribu macam jurus untuk membuatnya percaya 100%.”


“Mas, aku ingin memilikimu seutuhnya. Aku tak ingin dicap sebagai pelakor.”


“Iya, aku mengerti, Sayang. Ada salah satu yang harus dikorbankan dan aku tahu siapa yang akan kuhempaskan.” Jemari lelaki itu berpindah ke pipi putih lembut milik sang gadis. Berkali-kali ia mengelusnya.


Tiba-tiba suara benda jatuh mengagetkan keduanya. Rantang susun berisi nasi dan soto Bandung jatuh ke lantai. Isinya berserakan tak tentu arah. Menyadari sosok yang tengah berdiri di ambang pintu kantor, Naba melepaskan kedua jemari yang sedang bertautan dengan jari lentik sang gadis. Hanya sekejap saja, sosok itu sudah menghilang dari tempatnya berdiri. Pria itu beranjak dari tempat duduknya, kemudian memungut test-pack yang juga tergeletak di lantai. Terlihat jelas dua garis merah melintang di situ.


“Ibu! Tunggu! Biar Ayah jelaskan semuanya!” Naba mengejar sang istri yang sudah tak kelihatan lagi batang hidungnya.


Sementara itu, Alea, terduduk lemas. Bulir bening jatuh perlahan di kedua pipinya. Kini, gadis itu paham, siapa yang Naba pilih. Dialah yang dihempaskan pria itu.


The End 


Daftar Isi Cerpen 


INDEKS LINK EVENT MENULIS CERPEN SEJUTA CINTA MAMA MUDA


Author Teh Icus, Asal Bandung 

Post a Comment for "Cerpen : Don't Mess With My Love, Sejuta Cinta Mama Muda "