Maafkan Aku, Sejuta Cinta Mama Muda
Event Menulis Cerpen Sejuta Cerita Cinta Mama Muda
Cerpen Mama Muda- Maafkan Aku
Cahaya matahari terlihat samar-samar di balik kokohnya gunung yang masih aktif itu, hawa dingin perlahan mulai hilang bersama datangnya matahari di pagi hari. Terlihat jelas menembus jendela kaca ruang makan yang sengaja dibuka lebar.
Terlihat Dewi yang masih sibuk menyiapkan sarapan dengan bibi pembantu di rumahnya, aroma masakan tercium lezat seisi dapur, satu persatu masakan mulai di hidangkan di meja makan. Terlihat Rio yang sedang memakai jas kerjanya, mendampingi anaknya Eva yang tengah meminum susu.
“ Ayo mas makan dulu!” ucap Dewi menyiapkan makanan di piring untuk suami tercintanya, “ Ini” memberikan piring yang dibawanya
“ Makasih sayang, nanti aku pulangnya agak malam, jadi kamu enggak perlu siapin makan malam, biar aku beli di luar aja!” Rio tersenyum melihat istrinya yang tengah menyiapkan makanan untuk Eva
“ Iya mas, kamu kalau kerja jangan terlalu capek-capek, sering minum air putih juga. Setelah selesai kerja langsung pulang biar cepat istirahat!” perintah Dewi yang selalu khawatir dengan kesehatan suaminya
“Iya, ya udah kalau gitu aku berangkat dulu ya!, ayo sayang?” ucap Rio selesai makan, lalu beranjak dari tempat duduknya
“Nanti kamu tidur dulu aja! jangan tidur terlalu malam...aku pergi dulu assalamualaikum” ucap Rio mengambil tasnya yang ada di kursi sampingnya itu
“Waalaikumsalam salam, hati-hati” ucap Dewi menerima uluran tangan suaminya
Dewi mencium tangan suaminya dengan lembut dan senyuman manis yang tidak pernah hilang dari wajah cantiknya itu, Rio tersenyum bahagia melihat wajah istrinya yang berseri, kecupan manis mendarat di kening istrinya. Rio berjalan dengan menggandeng tangan mungil anaknya yang baru berusia lima tahun, Dewi tersenyum melihat kepergian mereka.
Kantor...
Suasana kantor pagi ini sudah ramai dengan karyawan yang sudah siap untuk memulai pekerjaan masing-masing, suara keyboard komputer terdengar samar-samar di telinga, hawa AC memberi kesejukan dalam ruangan. Perusahaan yang di bangun sejak lama oleh mertua, kini diganti oleh Rio yang bertanggung jawab sepenuhnya segala permasalahan di kantor. Semenjak lulus kuliah, Rio menikahi Dewi kekasihnya yang sudah lama di pacari selama empat tahun.
Keluarga Dewi terkenal kaya raya, bertolak belakang dengan Rio yang hidup sederhana serba kekurangan, sejak menikah dengan Dewi, Rio jadi kaya raya dan diberi tanggung jawab untuk mengurus perusahaan mertuanya itu.
“Selamat pagi pak, hari ini kita akan rapat jam sembilan pagi di kafe biasanya!” ucap sekretaris cantik yang baru saja masuk ke dalam ruangan
“Cuma itu aja, yang lain?” tanya Rio menutup laptop yang dari tadi diamatinya. “ Untuk pak Anas rapat jam satu siang, setelah itu ada beberapa berkas yang harus di tanda tangani sekarang juga!” jelas sekretaris itu meletakkan beberapa berkas di meja depan
“Oke, kalau gitu kamu boleh keluar!” ucap Rio menyuruh sekretarisnya pergi meninggalkan ruangannya, lalu Rio mulai menanda tangani berkas yang ada di depannya
Rumah...
Suasana rumah malam ini begitu sepi, terdengar suara air kolam ikan yang memecah keheningan rumah ini. Sudah pasti semua orang telah tidur terlelap, begitu juga istrinya yang tidak terlihat. Rio berjalan Pelan masuk ke dalam kamar, berjalan menuju lemari mengambil pakaian ganti, terlihat Dewi yang sudah tertidur lebih dulu. Rio berjalan menghampirinya, mencium keningnya istrinya itu.
“Kamu udah pulang mas?” terbangun dari tidurnya, suara khas bangun tidur tergambarkan dari Dewi yang melihat suaminya telah merebahkan tubuh di tempat tidur
“Maaf, kamu jadi terbangun” ucap Rio melihat istrinya
“Bentar...aku buatin minum dulu!” ucap Dewi membuka selimut yang menutupi tubuhnya
“Enggak usah, aku udah minum tadi!, kamu tidur aja, aku juga udah capek” ucap Rio menutup matanya
“Iya” ucap Dewi kembali tidur
Keesokan harinya...
Suara bel berbunyi, membuat Dewi menghentikan aktivitasnya memberi makan ikan di kolam yang berjumlah banyak, Dewi berjalan menuju teras. Saat membuka pintu terlihat seorang laki-laki paruh baya membawa tas di tangan kirinya, sontak membuat Dewi langsung mencium tangan laki-laki itu.
“Ayo pak masuk dulu” ucap Dewi memegang punggung laki-laki paruh baya itu, dia adalah mertua Dewi yang tinggal di kampung, lebih tepatnya orang tua kandung Rio.
“Gimana kabar bapak?” tanya Dewi melihat mertuanya dengan wajah yang bahagia, “ Bentar, aku ambil bapak minum dulu” ucap Dewi beranjak dari duduknya, namun bibi sudah datang membawa teh hangat dan kue
“Kenapa bapak enggak bilang kalau mau ke sini, kan mas Rio bisa jemput bapak!” ucap Dewi meletakkan segelas teh hangat di meja depan mertuanya
“Bapak enggak mau ngerepotin suamimu” jawab bapak mertua memaklumi Rio yang tidak pernah punya waktu untuk mengabari bapaknya, padahal Dewi sering sekali memperingatkan supaya sering tanya keadaan mertua yang hidup sendirian di kampung
“Ayo pak, makan bareng sama kami” ajak Dewi menuntun mertuanya berjalan ke meja makan, terlihat Eva yang tidak menyadari kehadiran kakeknya
“Eva, Salim dulu sama kakek!” ucap Dewi melihat Eva yang sedang duduk menunggu masakan
“Kakek...” teriak Eva senang dengan kehadiran kakeknya, Eva berlari mencium tangan dan memeluk kakeknya dengan bahagia
“Cucu kakek sudah besar” mencium kening Eva dengan bahagia melihat cucunya yang sudah lama tidak bertemu. “ Ayo makan kek!” mengajak kakeknya untuk ikut makan bersama
Suara ketukan sepatu terdengar berjalan menghampiri kami yang akan mulai sarapan pagi, terlihat Rio yang sudah rapi dengan setelan jas dan jam mewah yang dikenakan. Rambut tertata rapi dengan aroma segar yang berasal dari parfum.
"Mas ayo makan!” ajak Dewi melihat kedatangan suaminya
“Rio...” ucap bapak mertua berjalan menghampiri anaknya yang sudah sukses, lalu memeluknya dengan rasa bahagia
“Apa-apaan sih!” bentak Rio mendorong keras bapaknya sambil terjatuh ke lantai, “ Bajuku jadi kotor kan!” ucap Rio mengelap jas dengan tangannya
Dewi langsung berlari melihat mertuanya yang di dorong oleh Rio hingga terjatuh ke lantai, dengan pelan Dewi membantu mertuanya berdiri. Wajah bahagia melihat anaknya sukses, kini berubah kesedihan, kekecewaan dan rasa bingung dalam pikirannya.
“Apa yang kamu lakukan mas?” tanya Dewi melihat sifat Rio yang kasar dengan bapaknya sendiri, “ Enggak baik kamu perlakukan seperti itu” lanjut Dewi kecewa
“Jas aku ini mahal, liat tubuh dan baju kotor yang dipakai bapak. Bisa-bisa bikin jas aku bau!” jawab Rio melihat bapaknya yang masih terdiam melihatnya
“Keterlaluan kamu mas” teriak Dewi mendengar ucapan Rio yang menyakiti hati, tidak menyangka kalau Rio bisa bicara sekadar itu, namun yang membuat lebih marah saat Rio mendorong hingga terjatuh
“Harusnya bapak tau diri, udah tau aku itu sekarang udah kaya, pakaian dan tubuh itu harus terlihat bersih, jangan malu-malu in aku. Nanti kalau orang tau aku ini anak orang miskin bakal turun harga diri aku selama ini” bentak Rio, membuat bapak mertua hanya bisa terdiam mendengar omelan anaknya yang merendahkan dirinya
“Mas....” ucap Dewi dengan nada lembut, “ Enggak baik bicara seperti itu pada bapak” nasehat
“Ya elah gitu aja marah, aku tuh bilang apa adanya. Emang kenyataannya gitu kan?” ucap Rio tidak peduli dengan air mata yang telah menetes
“Eva!, antar kakek ke kamar tamu ya?” perintah Dewi pada anaknya yang selesai makan. “ Ayo kek!” Eva menggandeng tangan kakeknya
Kini hanya ada Rio dan Dewi yang sedang saling tatap satu sama lain. Ada rasa kecewa dalam diri Dewi melihat sifat Rio yang seperti itu, sejak awal mengenalnya, Dewi tidak pernah liat kalau Rio sangat kasar, pemarah, dan suka merendahkan. Selama ini Rio selalu perhatian, sabar, dan baik.
“Aku enggak nyangka kamu bisa berbicara seperti itu mas, selama ini aku tau kamu itu sabar dan baik, namun ternyata itu semua salah, sampai hati kamu membentak dan merendahkan bapak kamu sendiri. Orang yang sudah membesarkan kamu dari kecil hingga kamu sukses seperti ini, yang rela berkorban banyak demi kamu, namun balasanmu seperti ini!” dengan nada kecewa
“Aku enggak peduli itu semua, sekarang aku udah kaya, bisa apapun tanpa bantuan bapak, aku udah sukses” jawab Rio tanpa rasa bersalah
“Jangan pernah kamu bangga dengan harta yang kamu miliki mas, karena itu cuma sementara, kesuksesan kamu itu juga doa orang tua, jangan pernah kamu lupa dengan itu” nasehat Dewi melihat Rio yang tidak memedulikan ucapannya
“Mama....” teriak Eva dari dalam kamar, membuat Dewi dan Rio berlari menghampiri Eva yang sedang mengantar ke kamar tamu
“Bapak” sontak membuat Dewi melotot melihat bapak mertuanya yang sudah terjatuh di lantai, dengan cepat Dewi menghampirinya, “ pak.. bapak...bapak...” panggil Dewi mengerak-gerakkan tubuh mertuanya yang sudah lemas
Gemetar, dengan rasa ragu, Dewi memegang detak nadi bapak mertuanya dengan pelan, nafas sudah berhenti, tidak ada detak nadi yang dirasakan. Air mata mulai meneteskan melewati pipi halusnya, melihat Rio yang masih terdiam di depan pintu kamar. Hanya wajah datar yang terlihat dari pandangan Dewi, mata yang mulai berkaca-kaca.
“Bapak....” teriak Rio menghampiri bapaknya yang sudah meninggal, “ Maafkan aku pak, pak bangun!” tangisan Rio pecah melihat bapaknya yang sudah terbujur tidak bernyawa, Rio mencium dan menggerakkan tubuh yang tidak lagi memberi respons
“Sabar mas” mengelus punggung dengan lembut. “ Maafkan aku yang sudah membuatmu kecewa, maafkan aku” Rio meminta maaf pada Dewi yang masih menangis melihat mertuanya telah meninggal
“Jangan diulangi lagi sifatmu itu mas” jawab dengan melihat Rio dengan wajah sedih
Rio menyesal atas apa yang telah dilakukan pada bapaknya, yang selama ini tidak pernah di perhatikan, di kasih kabar, dan bahkan tidak di kunjungi ke rumahnya. Kejadian tadi membuat Rio semakin terpukul, kedua orang tuanya telah pergi meninggalkan untuk selamanya.
The End
Daftar Isi Cerpen Mama Muda
👉 : INDEKS LINK EVENT MENULIS CERPEN SEJUTA CINTA MAMA MUDA
Author, Lianasari
Biodata Narasi: Minarti Liana Sari, lebih akrab dipanggil Lia. Lahir dan besar di Kota Malang, Jawa Timur. Membaca adalah sebuah hobi yang menyebabkan aku bisa terjun dalam bidang menulis, dengan susunan kata yang penuh makna. Jejaknya bisa dilacak di akun Instagram: @lianasari993, kini sedang aktif di akun Kaskus: @lianasari993, salam kenal dan jangan lupa bahagia.
Author, Lianasari
Biodata Narasi: Minarti Liana Sari, lebih akrab dipanggil Lia. Lahir dan besar di Kota Malang, Jawa Timur. Membaca adalah sebuah hobi yang menyebabkan aku bisa terjun dalam bidang menulis, dengan susunan kata yang penuh makna. Jejaknya bisa dilacak di akun Instagram: @lianasari993, kini sedang aktif di akun Kaskus: @lianasari993, salam kenal dan jangan lupa bahagia.
Post a Comment for "Maafkan Aku, Sejuta Cinta Mama Muda "
Disclaimer: Semua isi konten baik, teks, gambar dan vidio adalah tanggung jawab author sepenuhnya dan jika ada pihak-pihak yang merasa keberatan/dirugikan silahkan hubungi admin pada disclaimer untuk kami hapus.