Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Resahan Hati Istri, Sejuta Cinta Mama Muda

Event Menulis Cerpen Sejuta Cerita Cinta Mama Muda 



Cerpen Mama Muda- Semenjak aku tahu ketulusan cintanya, berpisah adalah tindakan yang tak bermoral.

Ada gelap ada terang, ada senang ada susah, ada tawa ada tangis, ada hidup dan berakhir kematian. Itulah kehidupan.

Resahan Hati Istri 


Cinta yang entah darimana mulai tumbuhnya. Mengingat awal pembentukan keluarga kecilnya, Nidar sesekali mengusap airmatanya.

Perlahan, ia membuka satu demi satu lembaran album foto itu. Sebuah kata berhasil keluar dari mulut wanita itu, "Nidar, mengapa kau itu begitu bodoh. Dia itu jahat. Dia manusia yang tak berperasaan." Tangisannya sudah tak terbendung lagi. Lalu Ia mengambil album itu dan mendekapnya erat. "Mengapa kamu tega melakukan ini padaku? Mengapa?!" Tak ada yang menjawab. Hanya langit-langit kamarlah yang menjadi saksi bisu atas kesedihan hati Nidar.

Pernikahan yang diawali dengan perjodohan dan berakhir dengan penyesalan dan kebahagiaan. Ada apa dengan Nidar?

Nidar, wanita yang baru menginjakkan usia dua puluh tahun lalu disuruh menikah oleh Ayahnya, Arif. Membantah adalah hal yang tak mungkin dilakukannya, karena cuma ayahnya satu-satunya yang ia miliki saat ini. Ibunya sudah lama meninggal.


"Nak, ayah sekarang sudah tua dan sering sakit-sakitan. Ayah mau kamu cepat menikah," kata Pak Arif yang saat ini berada di kursi roda.


"Mengapa secepat ini, Yah. Nidar, kan, masih muda. Bagaimana mungkin Nidar bisa mengurus rumah tangga dengan baik." Nidar mendekap ayahnya. "Lagian kalo ayah sakit, Nidar masih bisa rawat ayah, kok." Butiran-butiran airmata Nidar ikut terlepas dari bedungannya.


"Tidak, Nak." Pak Arif melepaskan dekapan sang anak. "hidup ayah jauh lebih bahagia bila melihat kamu menikah dan sempat melihat cucu-cucu ayah kelak. Ayah ingin juga kamu bahagia, Nak," ucap Pak Arif dengan mata berkaca-kaca.

Nidar mengambil napas panjang lalu menghempaskannya dengan kasar.

"Baiklah, Yah. Jika itu yang membuat ayah bahagia. Besok Nidar akan membicarakan hal ini kepada Ilham. Semoga orang tuanya merestui rencana ini." Ilham adalah kekasih Nidar.


"Jangan, Nak. Ayah sudah menemukan lelaki yang cocok dan yang bisa membuatmu bahagia. Dia anak yang baik. Dia juga bekerja di sebuah perusahaan terbesar di kota ini. Namanya Herry. Ayah yakin kamu pasti bahagia bersamanya."


Apakah segampang lidah mengucap, bahtera rumah tangga menjadi bahagiakah? Jelas, tidak! Rumah tangga tanpa dasar cinta, tak akan kokoh dan akan berakhir dengan kehancuran. Lalu bagaimana bisa aku merasakan kebahagiaan itu? Dan bagaimana juga ayah dapat melihat ada kebahagiaan di sana?


"Baik, Yah. Jika itu yang ayah inginkan. Nidar hanya bisa nurut saja. Nidar sayang Ayah," jawab Nidar pasrah.


"Ayah segalanya bagiku. Tanpa ayah, Nidar tak setegar ini. Ayah bagai malaikat pelindung bagiku. Kau ayahku sekaligus ibu tempat curhatanku. Kau menyayangiku dengan tulus dan aku merasakan ketulusan itu. Aku janji, aku akan menuruti keinginan ayah jika itu membuat ayah bahagia. Nidar tak ada penolakkan sekalipun rasanya begitu sulit. Aku sayang sama ayah."

Istri yang Tidak Tersentuh 


Satu tahun berlangsung, Nidar dan Herry telah membangun bahtera keluarga yang terlihat sangat bahagia di depan keluarga besarnya. tetapi tidak dengan kenyataannya. Mereka lebih memilih menyibukkan diri dengan urusan masing-masing, hingga sampai malam hari sekalipun. Menyedihkan sekali.


"Aku adalah wanita yang tidak beruntung. Lalu bagaimana mungkin aku bisa memberikan ayah cucu? Jangankan menyentuhku, berada dalam satu ranjang saja tidak pernah. Aku harus bagaimana? Apa kurangnya aku? Mengapa aku sama sekali tak mendapatkan sentuhan darinya? Atau mungkinkah dia memiliki wanita lain yang bisa membuatnya nyaman? Apa salahku?"

Hari terus berlalu tanpa pamit. Rintihan, resahan, jeritan hati Nidar terus terabadikan di dalam sebuah buku harian. Tiada hari tanpa menulis.

Sesekali ia menjelajah dunia medsos miliknya, guna mencari teman untuk curhat tentang cerita hidupnya, karena tak mungkin baginya mengunjungi teman-temannya, apalagi dengan ayahnya, ia takut dan malu jika mereka mengetahui hal tersebut. Alhasil, ia menemukan seorang teman dunia maya dengan username Melati.

"Mengapa aku yang terdapar di tempat yang tak ada harapan hidup? Tempat ini bagai padang pasir yang kering akan cinta dan kasih sayang. Akankah selamanya aku tetap berada di sana? Bagaimana mungin ada tanaman tumbuh di sana, semetara musim panas terus berlangsung. Adakah harapan hujan turun membasahi Padang kering itu? Aku juga makhluk, butuh perhatian dan kasih sayang."

Tuntutan Keluarga 



"Mel, jika kamu di posisiku saat ini, kamu ngelakuin apa?" tanya Nidar kepada Melati teman dunia mayanya itu lewat messenger.

"Datang kepadaku," balasnya singkat.

"Kamu ngaco, deh. Kamu tahu, kan, aku takut ketahuan keluar rumah tanpa sepengetahuan mertuaku. Dan lebih parahnya lagi, akhir-akhir ini ayah dan mertua memaksaku untuk segera memberikan mereka cucu. Kebayang nggak sih punyai anak tanpa ada sentuhan?"

"Kamu menyukai suamimu itu?"

"Mau tidak mau harus menyukainya, dong. Dia, kan, suamiku."
"Kamu sudah melaksanakan tugasmu sebagai isterinya?"

"Aku sudah berusaha menjadi isteri yang baik baginya di usiaku yang muda ini. Semuanya aku sudah merelakannya. Walau awalnya perjodohan ini aku tak menyukainya."

"Aku memahami keadaanmu. Maka dari itu, tinggalkan suamimu itu lalu menikahlah denganku."

"Hahaha... Mel, saat ini aku nggak butuh canda. Aku ini lagi curhat."

"Jadi, kamu pikir juga aku ini bercanda? Aku juga serius. Nid, asal kamu tahu aku ini cowok tulen bukan cewek. Aku sudah lama mengenalmu. Mari kita menikah lagi."


What?! Cowok? Berarti selama ini aku bercerita dengan seorang cowok? Dia sudah lama mengenalku, dia itu siapa, ya? Apa jangan-jangan Ilham? Nidar mengusap mukanya dengan kedua telapak tangannya. Pasti Ilham. Hanya dia yang banyak tahu tentang aku.

"Maafkan aku. Aku sudah bersuami. Suami isteri itu tak boleh dipisahkan, karena aku sudah terlanjur mencintainya. Makasih telah menjadi tempat curhatku selama ini. Semoga kamu mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari pada aku."

Nidar memutuskan percakapannya dengan teman dunia mayanya itu.

Nidar melihat hidupnya begitu tidak beruntung. Yang pertama, ia tidak pernah bersentuhan dengan suaminya atau cakapan selintas rumah tangga mereka. Ia hanya mendapati tatapan dingin Herry. Tanpa banyak bicara. Yang kedua, ia dengan polos menceritakan semuanya dengan orang yang ia anggap teman cewek ternyata cowok.

Catatan Harian Nidar 


Nidar meraih buku hariannya, mulai lagi mencoret-coretnya.

Oh, sial! Kepada siapa lagi aku harus berbagi. Pada ayah tak mungkin, pada suamiku jelas tak mungkin, pada Melati itu lebih sangat tak mungkin, dia jelas-jelas Ilham. Ya, buku kesayanganku. Padamu aku curahkan semua isi hatiku. Hanya kau yang setia padaku, setia mendengarkan aku tanpa membantahku. aku mempercayaimu.

Ilham, maafkan aku. Aku sungguh tak bisa bersamamu. Walau bagaimanapun aku ini sudah berkeluarga, sekalipun dia tak menganggapku ada. Namun, aku tetap memilih setia padanya karena aku telah jatuh cinta, sekaligus karena aku isterinya.


Begitulah rangkaian kata yang tertulis di dalam buku itu. Setan apa yang merasuki Nidar memilih setia daripada cintanya pada kekasihnya sebelumnya?


***

Pagi hari yang aneh. Nidar melihat suaminya di lantai masih terbungkus rapi di dalam selimut. Dia kenapa? Tidak seperti biasanya. Kalau nanti aku bangunin, dia bakal marah. Tapi ini sudah pukul delapan. batin Nidar. Tidak. Dia harus bangun. Kalau tidak, dia akan terlambat ke kantor. Lebih baik aku kena marah suami dari pada dikatain tak becus ngurus suami.

Nidar memberanikan diri menghampiri Herry. Dan mengumpulkan keberaniannya untuk membangunkannya.

"Mas, bangun. Ini sudah mau kesiangan. Kamu bisa telat ke kantor."

Herry terbangun lalu mencium pipi Nidar. Mata Nidar terbuka lebar, seakan tak percaya. Aku mimpi apa semalam?

"Makasih telah membangunkanku," ucap Herry lalu bergegas ke kamar mandi.

Nidar memperhatikan setiap gerak-gerik Herry begitu aneh di matanya. Inikah jiwa aslinya? Atau jangan-jangan sedang ngelindur? Sangat aneh!

Setelah Herry siap berpakaian, lalu menghampiri Nidar yang masih duduk di tepi kasur.

"Sayang, pasangin dasiku dong," ucap Herry
"Tumben."
"Ya, dipasangin oleh isteri kata orang lebih enak."

Tanpa membantah, Nidar meraih dasi suaminya lalu di pasangkannya di bagian kerah kemeja milik suaminya. Tanpa sengaja, mata mereka beradu bagai sedang lomba pertahanan mata tak berkedip. Pipi Nidar sudah mulai memerah.


Herry mengangkat rahang Nidar dengan kedua telapak tangannya, agar lebih leluasa memandangi keelokkan yang di miliki oleh isterinya.

"Nid, maafkan aku. Selama ini aku tak bermaksud mengabaikanmu. Aku menghindar darimu karena aku sangat menyayangimu. Aku tahu, pernikahan ini hal yang tak pernah kamu inginkan dalam hidupmu. Aku tahu menikah di usia muda hal yang tak pernah terpikirkan olehmu. Aku ingin menikahimu tak bermaksud melecehkanmu. Menikahimu setidaknya ku memiliki raga, walau tak berani aku sentuh, karena melakukan itu aku butuh ketulusan. Aku selalu berusaha menahan diri, karena aku tak mau menyakiti hatimu, ."

Tak ada kata yang mampu keluar dari mulut Nidar. Ia langsung memeluk erat suaminya.


"Setiap kata yang kamu tuliskan di dalam buku diarymu itu semuanya telah aku baca. Aku hanya tak berani menghadapi Nidar yang jiwa dewasa ini untuk mengungkapkannya."

"Mas, jahat. Ternyata Mas mengintip-intipku, ya? Dasar nakal." Pukulan lembut Nidar berhasil mengenai bidang dada milik Herry.

"Bukan hanya itu saja. Kamu tahu siapa yang yang selalu setia mendengar ceritamu di dunia maya?"


"Yang mana? Sepertinya aku tak ada teman di maya." Nidar mencoba mengelak.
"Melati."

Mata Nidar melotot. "Apa yang Mas ketahui dengan Melati?"

Nidar menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Waduh, gawat. Jangan-jangan, dia teman akrabnya Ilham? Mati aku.

"Hahaha... kamu itu begitu polos sekali, Nid. Wajah cantik ini tak bisa berbohong tuh. Tahu nggak, akulah yang punya akun itu."

Herry mencubit manja pipi cantik milik isterinya itu.

"Jadi, mulai sekarang kamu jangan lagi berbagi masalah pada orang lain. Aku tak suka dan tak rela, karena kamu sekarang sudah menjadi milikku seutuhnya. Kamu satu-satunya wanita di dalam hatiku. Terima kasih sudah mau hadir mewarnai hidupku. Aku mau kamu mendampingiku dalam suka maupun duka, sampai maut memisahkan kita."

"Iyah, Mas. Aku berjanji akan mendampingi Mas apapun dan bagaimana pun keadaanya. Mari menghadapi kehidupan ini bersama-sama. Aku sayang pada, Mas." Mereka kembali saling berpelukkan. "menolakmu dulu suatu hal yang kusesalkan. Ternyata, sosok lelaki yang saya idam-idamkan menjadi pendamping hidup saya ada di dalam Mas... dewasa, tulus, setia, bermoral tinggi, dan juga Masku ini tamvan ternyata," ucap Nidar menggoda.

"Makasih, ya, sayang. Besok 'kan hari ulang tahunmu, maka tepat tengah malam nanti, pukul 00.01 wib, aku akan memberikan hadiah yang sangat istimewa untukmu. Bersiaplah. Aku ingin membuat keluarga kita jadi lengkap."

Kira-kira apa, ya, hadiah itu? Hanya mereka berdualah yang tahu hadiah yang istimewa itu.

Airmata tak pernah selamanya jadi duka. Semuanya butuh ketulusan dan perjuangan.

Sekian....

Daftar Isi Cerpen 


Penulis : Nidar 

Bio narasi: Hendra P. S. M. Zalukhu, seorang gadis Sagitarius, kelahiran Nias, tahun 1997. Aku hanyalah seorang penulis amatir yang masih butuh banyak ilmu. Selain main volly, jalan-jalan, menulis juga salah satu hobiku sejak SMP. Dapat menemukanku di Medsos;

IG: @nidar_zalukhu97

Fb: Nidar P. Sari Zalukhu.

2 comments for "Resahan Hati Istri, Sejuta Cinta Mama Muda "

  1. Hallo, Kak Nidar 🤩keren ceritanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo juga, Kak Suci🤗 sepertinya cerita kakak pasti lebih keren lagi deh.
      Tulisanku mah awam 😊

      Delete