Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Sebab Aku Tak Sempurna, Sejuta Cinta Mama Muda

Event Menulis Cerpen Sejuta Cerita Cinta Mama Muda 





Cerpen Mama Muda  : Sebab Aku Tak Sempurna


Menikah adalah idaman setiap wanita, mengarungi hidup dengan seseorang yang kita cintai sehihup sesurga. Tentu saja itu idaman setiap wanita dan aku pun demikian. Tetapi lain cerita jika dijodohkan dengan orang yang tidak dicintai, apa lagi tidak saling kenal.

Syukurlah meski dijodohkan, saat pertama kali bertemu dengan calon suamiku, saat itu juga aku terpana dan jatuh cinta. Memang dia tidak terlalu tampan, tetapi menurutku lumayan, yang terpenting sepertinya dia orangnya baik dan penyayang. Terlihat dari cara dia memperlakukan kedua orang tuanya. 

Kata orang, jika kau mau melihat laki-laki, maka lihatlah dari caranya memperlakukan kedua orang tuanya. Apa bila orang tuanya saja tidak dia perlakukan dengan baik, bagaimana dengan dirimu? Ketika sikapnya baik kepada orang tuanya, tentu dia akan memperlakukanmu dengan baik pula.

Entah benar atau tidak, tetapi aku mencoba menyakinkan hatiku untuk menerima perjodohan itu.





Sudah setahun lebih aku dan suami menikah, akhirnya kami dikarunia seorang putri cantik. Sungguh kebahagian dan rasa syukur yang tak terkira.

Awalnya kupikir menjadi seorang ibu bukanlah hal yang sulit, tetapi nyatanya tak seperti yang kubayangkan. Dari mengandung si calon bayi, aku sudah merasakan sangat tersiksa, mengidam. Apa lagi saat melahirkan, rasanya nyawaku seakan ingin ikut tercabut, namun tentu saja ada kebahagian setelah itu. Kehadiran mahluk kecil nan menggemaskan.

Usai proses persalinan yang menguras tenaga, beberapa jam aku dan bayiku dipisahkan sampai keadaanku benar-benar pulih.

"Bu, bayinya sudah bisa disusui," kata seorang perawat sambil menggendong bayiku.

Takut-takut aku meraih tubuh mungil itu dan menyodorkan payudaraku di mulut mungil sang bayi. Setetas air mata haru jatuh di pipiku. Akhirnya aku menjadi seorang ibu, gumamku dalam hati.

Namun tiba-tiba wajah damai tanpa dosa itu memerah, dia marah karena mungkin lapar dan tak mendapatkan ASI yang cukup dari sang ibu, tangisnya pun memenuhi seisi ruang rawatku. Seketika aku jadi panik, tetapi berusaha tenang sambil menenangkan si bayi. Sayangnya tangisnya tak kunjung redah.

"ASI-nya tidak keluar ya, Bu?"

"Ada, tapi kayaknya sedikit," kataku mendengus pelan.

"Tidak apa, nanti dicoba lagi."

Perawat itu cekatan membuat susu formula untuk bayiku. Barulah si bayi tenang dan dengan lahap mengisap dot yang disorkan perawat itu padanya.

Hari berikutnya pun, masih sama. Hanya beberapa tetes ASI yang bisa kuberikan kepada bayiku, tentu saja itu membuatnya tak kenyang hingga dia mengamuk. Terpaksa lagi-lagi harus memberinya susu formula.

Ibu dan mertuaku pun berusaha memberikan ramuan-ramuan agar produksi ASI-ku lancar, tetapi tetap saja tak ada perubahan.

Suamiku akhirnya membeli breast pump. Proses memompa pun dimulai. Ternyata memompa ASI itu rasanya sakit bukan main. Ya, mungkin karena airnya hanya sedikit.

Semakin hari, bukannya produksi ASI-ku meningkat, justru tidak ada. Berbagai vitamin pun telah kutenggak, tak ketinggalan juga sayur mayur sudah kumakan, namun tidak memberikan efek. Aku akhirnya menyerah, ya sudahlah. Biar bayiku meminum susu formula saja.

"Maafkan Ibu, Nak!" Aku mengecup kening buah hatiku.

Namun masalahnya bukan sampai di situ saja, ternyata karena minum susu formula Maisya mengalami alergi. Awalnya hanya bercak-bercak merah, lalu benjolan sebesar kelereng pun muncul di kepala. Itu membuatnya terus menangis dan tak bisa tidur. Berbagai macam obat diberikan. Sembuh, tetapi setelahnya muncul lagi bahkan yang lebih besar. Berhari-hari Maisya menderita karena itu, syukurlah ibu dan kakak-kakakku ikut membantu merawat bayiku karena sampai saat ini pun aku masih takut menggendongnya dan Maisya hanya bisa tidur jika digendong.



Sebulan telah berlalu, aku membawanya ke posyandu tentu saja bersama kakakku, aku masih belum berani menggendongnya dan jangan tanya suamiku. Dia juga sama denganku.

"Ibu, jangan dulu makan telur, ya!" kata seorang bidan pada kakakku saat melihat benjolan di kepala Maisya.

"Eh, bukan saya ibunya. Dia ibunya," kata kakakku menunjuk ke arahku.

"Oh, maaf!"

Aku hanya tersenyum.

"Ibu jangan makan telur dulu, jaga pola makan!"

Entah bagaimana perasaanku saat itu, aku sedikit tersinggung.

"Saya tidak menyusui, Bu." ujarku sambil nyengir.

"Ah, maaf lagi ini!"

"Tidak apa."

"Coba nanti ibu ganti susunya, barangkali susunya tidak cocok. Biasanya sih begitu."

Aku mengangguk-angguk. Mungkin memang benar karena susu, lagi pula susunya lumayan mahal menurutku. Bukannya pelit, hanya saja banyak keperluan lainnya yang harus dipenuhi dan penghasilan suami tidak seberapa, itu pun kadang ada bahkan lebih banyak tidak ada.

Kusampaikan hal itu kepada suami, dia tidak langsung menyetujui, takut kalau mengganti susunya justru Misya akan diare. Terpaksa aku menuruti kata suami.

Akhirnya setelah beberapa minggu, benjolan-benjolan itu menghilang dengan sendirinya tanpa harus mengganti susu. Entah karena sudah terbiasa atau bagaimana, tetapi syukurlah.

***

Di tengah aku menidurkan Misya, tiba-tiba sebuah pesan di messenger-ku masuk. Seketika aku tercekat, pesan dari mantan kekasih suamiku. Dia meminta agar aku mengatakan kepada suamiku untuk tidak menghubunginya lagi. Entah apa maksud perempuan itu, yang jelas aku cemburu karena suamiku masih berhubungan dengan mantan kekasihnya. Sebelumnya aku juga pernah mendapati di grup whatsapp suamiku, dia dan teman-temannya membahas tentang perempuan itu. Istri mana yang tidak cemburu jika suaminya membahas perempuan lain? Apa lagi ternyata mereka masih sering berhubungan, ya meski pun itu via telepon.

Aku pun menangis, ya aku merasa terkhianati. Dadaku bergemuruh, ingin kucurahkan isi hati ini, namun aku tak tahu kepada siapa akan bercerita. Ibu? Itu tidak mungkin. Kakakku juga tidak mungkin. Aku tidak ingin mereka tahu dan khawatir dengan rumah tanggaku. Rumah tangga yang baru seumur jagung.

Rasanya sejuta tanya kini ada dalam tempurung kepalaku. Mengapa dia tega mengkhianati cinta yang telah kami bangun bersama? Apa karena aku kurang sempurna di matanya? Ya, kuakui memang aku bukanlah wanita yang sempurna. Lalu kenapa dia memilihku untuk mendampinginya? Pertanyaan demi pertanyaan terus bermunculan. Sementata air mataku makin deras.



Tiba-tiba kakak iparku berkunjung, aku tidak mendengar dia memberi salam hingga dia melengos saja masuk, lalu didapatinya diriku sedang menangis di samping Misya.

"Kenapa?" tanyanya terkejut.

Aku tidak menjawab dan terus menangis. Dia pun membiarkan hingga tangisku redah.

"Kau kenapa?" tanyanya sekali lagi.

Aku pun menceritakan tentang perempuan itu.

Dia terdiam sejenak.

"Suruh dari dianya saja. Maksudku Siska, suruh black list Aril dari kontaknya supaya dia tidak bisa hubungi lagi. Siapa tahu juga dia cuman anggap teman, tapi Siskanya yang baper."

"Tidak, Kak. Aril sering bahas tentang Siska dengan teman-temannya di grup."

"Aduh, saya juga bingung kalau begitu. Apa perlu saya beritahu Aril?"

"Jangan, Kak! Cukup kakak sudah mau dengar cerita saya.”

Sejenak kami sama-sama terdiam. Aku menatap wajah Misya yang tertidur pulas.

“Maaf, Kak. Bukannya saya mau umbar cerita rumah tangga saya, umin saya butuh teman cerita.”

“Yang sabar, ya! Memang dalam berumah tangga pasti ada-ada saja masalahnya. Anggap ini ujian dalam rumah tangga kalian. Insyaallah semua akan baik-baik saja, apa lagi sudah ada Misya.”

Aku terdiam merenungi kata-katanya.

Tiba-tiba terdengar deru motor di depan rumah, itu suara motor suamiku. Aku segera menghapus air mata, jangan sampai dia tahu kalau aku baru saja menangis.

“Pokoknya tidak usah dipikirkan. Perbaiki saja rumah tanggamu, apa pun masalahnya.”

Aku mengangguk.

“Terima kasih, Kak.”

Sejurus kemudian suamiku pun muncul dari balik pintu sambil tersenyum, lalu menyapa kakaknya. Kemudian meletakkan kantong kresek yang berisi susu formula untuk Misya di atas meja riasku.

Tamat 

Daftar Isi Cerpen Mama Muda 







Profil Penulis

Marhani Kani, Sebelumnya sudah menulis buku kumpulan cerpen, “Menanti Senja di Pantai Losari” (FAM publishing, 2016) “Cinta yang Terlupakan” (Penerbit MM, 2016), buku kumpulan cerpen “Tentang Sebuah Tragedi” (J-Maestro, 2018), dan “Suatu Hari Bersama Yuan” (Mudilan Grup, 2018). 


Novel “Dunia Airene” (Penerbit Guepedia, 2020) Serta antologi bersama penulis lain di antaranya: cerpen “Di Balik Jeruji Besi” dalam buku Sepotong Senja Sepangkal Sangka (FAM publishing, 2016), puisi “Debu Jalanan” Dalam buku antologi bersama 1000 penyair terpilih nusantara : Aquarium dan Delusi seribu puisimini pilihan lainnya (Kekata Grup, 2016) dan puisi “Merindu Senja” dalam buku “Indahnya Bersama Cinta” (Mudilan Grup, 2019). Penulis juga aktif menulis di flat form Novelme dan KBM.

 facebook: Xnyi Khani.


 

Post a Comment for "Sebab Aku Tak Sempurna, Sejuta Cinta Mama Muda "