Cinta Pertama Berakhir Duka, Story Young Adult Romance
Event Menulis Cerpen Young Adult Romance, Cinta Berakhir Duka
Sebut namaku Tisna, aku seorang pemuda desa, kala usiaku masih remaja aku jatuh cinta kepada Tina tetangga rumahku, seorang janda beranak lima, rumahnya tidak jauh dari rumah kontrakan ku di kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur
Entahlah, cinta ataukah iba, aku tak begitu peduli dengan istilahnya. Karena aku belum pernah jatuh cinta dan tak begitu memahami arti cinta, sejatinya apa.
Tidak dengan banyak kata dan rayuan aku berusaha mendekatinya melainkan dengan cara memberikan perhatian dan bantuan.
Setiap pagi aku menantikan Tina, dimana Tina biasa menunggu mobil angkot setiap pagi hari saat dia berangkat berbelanja sayuran yang akan di jual di depan rumahnya.
Begitu selama beberapa hari di setiap pagi, hingga di satu kesempatan aku utarakan perasaanku untuk hidup bersama dalam ikatan pernikahan.
"Tina, aku merasa tak bisa hidup tanpa kamu, bisakah kamu terima kehadiranku di hidupmu?."
Entahlah, cinta ataukah iba, aku tak begitu peduli dengan istilahnya. Karena aku belum pernah jatuh cinta dan tak begitu memahami arti cinta, sejatinya apa.
Tidak dengan banyak kata dan rayuan aku berusaha mendekatinya melainkan dengan cara memberikan perhatian dan bantuan.
Setiap pagi aku menantikan Tina, dimana Tina biasa menunggu mobil angkot setiap pagi hari saat dia berangkat berbelanja sayuran yang akan di jual di depan rumahnya.
Begitu selama beberapa hari di setiap pagi, hingga di satu kesempatan aku utarakan perasaanku untuk hidup bersama dalam ikatan pernikahan.
"Tina, aku merasa tak bisa hidup tanpa kamu, bisakah kamu terima kehadiranku di hidupmu?."
Tina menjawabku malu-malu hanya mau.
"Tak mungkin aku menolakmu, kamu pemuda yang sangat baik kepadaku, selalu menolong dan memahami keadaan aku, telah kamu ketahui semua tentang aku, aku janda yang jauh lebih tua darimu dengan lima anak yang masih membutuhkan tanggung jawab."
"Tak masalah Tina, aku akan berusaha semampuku, akan membersamai kamu dalam suka dan duka mu."aku menjawabnya dengan mantap, tak ada sedikitpun keraguan di hati ini.
Tidak butuh waktu lama aku pun menikahi Tina.
Kini semua terasa lebih mudah untuk selalu bersama, setiap hari kami mencari nafkah dengan menjual sayuran, yang kian lama semakin berkembang dengan penghasilan yang lebih dari cukup bahkan bisa menyisihkan sebagian untuk di tabung.
Tak terasa waktu pun begitu cepat berlalu, anak-anaknya yang sudah ku anggap sebagai anakku sendiri mulai tumbuh dewasa.
Si sulung Ratih kini remaja mulai banyak dilirik para pria yang jatuh cinta kepadanya.
Sudah lebih sepuluh tahun kulalui berumah tangga dengan Tina tak seorang anakpun lahir dari rahim Tina, tapi aku tidak terlalu memikirkannya.
Kesibukan mengurus anak yatim peninggalan almarhum suami Tina tidak sempat membuat aku banyak keinginan selain ingin membahagiakan mereka yang telah menjadi tanggung jawabku.
Alhamdulillah semua urusan berjalan lancar.
"Tak mungkin aku menolakmu, kamu pemuda yang sangat baik kepadaku, selalu menolong dan memahami keadaan aku, telah kamu ketahui semua tentang aku, aku janda yang jauh lebih tua darimu dengan lima anak yang masih membutuhkan tanggung jawab."
"Tak masalah Tina, aku akan berusaha semampuku, akan membersamai kamu dalam suka dan duka mu."aku menjawabnya dengan mantap, tak ada sedikitpun keraguan di hati ini.
Tidak butuh waktu lama aku pun menikahi Tina.
Kini semua terasa lebih mudah untuk selalu bersama, setiap hari kami mencari nafkah dengan menjual sayuran, yang kian lama semakin berkembang dengan penghasilan yang lebih dari cukup bahkan bisa menyisihkan sebagian untuk di tabung.
Tak terasa waktu pun begitu cepat berlalu, anak-anaknya yang sudah ku anggap sebagai anakku sendiri mulai tumbuh dewasa.
Si sulung Ratih kini remaja mulai banyak dilirik para pria yang jatuh cinta kepadanya.
Sudah lebih sepuluh tahun kulalui berumah tangga dengan Tina tak seorang anakpun lahir dari rahim Tina, tapi aku tidak terlalu memikirkannya.
Kesibukan mengurus anak yatim peninggalan almarhum suami Tina tidak sempat membuat aku banyak keinginan selain ingin membahagiakan mereka yang telah menjadi tanggung jawabku.
Alhamdulillah semua urusan berjalan lancar.
Sebelum aku akhirnya menerima lamaran calon suami Ratih anak tiri ku, aku berniat memperbaiki rumah Tina yang sudah terlihat tak layak lagi.
"Tin, sebelum berbesan bagaimana kalau kita renovasi rumah dulu, agar nanti kita tidak perlu malu saat kita menerima para tamu di hari pernikahan Ratih."
Tina memang wanita baik luar biasa, meskipun aku jauh lebih muda Tina tak pernah sekalipun membantah, dialah istri yang saleha, aku beruntung telah memilih nya.
Alhamdulillah semuanya berjalan sesuai rencana, Ratih pun telah melaksanakan ijab-kabul pernikahannya yang diselenggarakan dengan sederhana.
Berkumpul semua keluarga membuat kebahagiaan bertambah pula.
Disaat berkumpul keluarga, datang pula mertuaku dari Jawa Tengah dan berniat untuk tidak kembali lagi ke desanya.
"Tina Mbok sudah sepuh, tak sanggup lagi hidup sendiri di desa, apa boleh Mbok tetap bersamamu disini?."ujar mertuaku.
"Tentu saja Mbok, dengan senang hati, silahkan, alhamdulilah walaupun kita tinggal bersama sama disini insyaAllah rumah kita cukup untuk tempat tinggal, silahkan Mbok."
Aku mendahului Tina menjawab pertanyaan si Mbok, aku paham benar sifat istriku yang selalu menyerahkan semua urusan menunggu persetujuanku.
Tina tahu benar bagaimana menghargai suami.
Singkat cerita kini tinggallah mertua, menantu dan ditambah dengan kehadiran cucu pertama, bertambah keramaian di rumah, semuanya kuanggap sebagai berkah.
Rezeki pun bertambah melimpah, hingga mampu kembali merenovasi rumah agar lebih besar dan kini bahkan terlihat lebih mewah.
Entah karena Si Mbok merasa khawatir tentang aku yang jauh lebih muda dari Tina anaknya, Si Mbok kini mulai ikut campur tentang keluarga.
Si Mbok begitu khawatir aku menghianati, sehingga selalu saja ada cara untuk bisa menyalahkan aku.
Bahkan pada suatu hari beliau mengusir aku.
Tina hanya bisa menangisi kepergianku.
Begitu pula dengan cucuku yang sudah mulai bisa berjalan dan berbicara, cucuku menangis memegang tanganku.
"Yangkung, aku itut."ujar nya dengan air mata berderai, cucuku memang selalu begitu setiap kemanapun aku hendak pergi, selalu saja ingin ikut walau bicara pun belumlah terlalu fasih tapi aku memahami.
Aku pergi bukan karena meninggalkan, hanya untuk menghindari keributan saja, aku mengalah.
Tugasku menemani Tina berbelanja tetap kulakukan.
Setiap pagi aku menantinya ditepi jalan raya, diujung gang rumah.
Sedangkan aku kini menyewa sebuah kamar cukuplah untuk sendiri sebagai tempat beristirahat dan tidur.
"Tin, sebelum berbesan bagaimana kalau kita renovasi rumah dulu, agar nanti kita tidak perlu malu saat kita menerima para tamu di hari pernikahan Ratih."
Tina memang wanita baik luar biasa, meskipun aku jauh lebih muda Tina tak pernah sekalipun membantah, dialah istri yang saleha, aku beruntung telah memilih nya.
Alhamdulillah semuanya berjalan sesuai rencana, Ratih pun telah melaksanakan ijab-kabul pernikahannya yang diselenggarakan dengan sederhana.
Berkumpul semua keluarga membuat kebahagiaan bertambah pula.
Disaat berkumpul keluarga, datang pula mertuaku dari Jawa Tengah dan berniat untuk tidak kembali lagi ke desanya.
"Tina Mbok sudah sepuh, tak sanggup lagi hidup sendiri di desa, apa boleh Mbok tetap bersamamu disini?."ujar mertuaku.
"Tentu saja Mbok, dengan senang hati, silahkan, alhamdulilah walaupun kita tinggal bersama sama disini insyaAllah rumah kita cukup untuk tempat tinggal, silahkan Mbok."
Aku mendahului Tina menjawab pertanyaan si Mbok, aku paham benar sifat istriku yang selalu menyerahkan semua urusan menunggu persetujuanku.
Tina tahu benar bagaimana menghargai suami.
Singkat cerita kini tinggallah mertua, menantu dan ditambah dengan kehadiran cucu pertama, bertambah keramaian di rumah, semuanya kuanggap sebagai berkah.
Rezeki pun bertambah melimpah, hingga mampu kembali merenovasi rumah agar lebih besar dan kini bahkan terlihat lebih mewah.
Entah karena Si Mbok merasa khawatir tentang aku yang jauh lebih muda dari Tina anaknya, Si Mbok kini mulai ikut campur tentang keluarga.
Si Mbok begitu khawatir aku menghianati, sehingga selalu saja ada cara untuk bisa menyalahkan aku.
Bahkan pada suatu hari beliau mengusir aku.
Tina hanya bisa menangisi kepergianku.
Begitu pula dengan cucuku yang sudah mulai bisa berjalan dan berbicara, cucuku menangis memegang tanganku.
"Yangkung, aku itut."ujar nya dengan air mata berderai, cucuku memang selalu begitu setiap kemanapun aku hendak pergi, selalu saja ingin ikut walau bicara pun belumlah terlalu fasih tapi aku memahami.
Aku pergi bukan karena meninggalkan, hanya untuk menghindari keributan saja, aku mengalah.
Tugasku menemani Tina berbelanja tetap kulakukan.
Setiap pagi aku menantinya ditepi jalan raya, diujung gang rumah.
Sedangkan aku kini menyewa sebuah kamar cukuplah untuk sendiri sebagai tempat beristirahat dan tidur.
Tidak semudah kubayangkan, hidup sendiri pun bertambah banyak cobaan, selalu saja ada wanita yang mencoba menggoda tapi aku tetap setia kepada istriku Tina.
Hingga di suatu hari aku terlambat bangun, pagi ini aku merasakan tubuhku kurang sehat, rasa meriang tak mampu aku tahan meskipun begitu aku tetap berjalan perlahan ke tempat biasa bertemu dengan Tina sebelum berangkat ke pasar.
Aku terkejut bukan kepalang tiba-tiba mataku melihat tubuh Tina tergolek di pinggir jalan, pingsan. Dengan cepat aku mendekatinya dan menyetop mobil yang kebetulan lewat.
"Pak, saya minta tolong untuk mengantarkan istri saya ke rumah sakit, istri saya pingsan tertabrak mobil, pengendaranya meninggalkannya tergeletak di sini."
"Mari pak, silahkan di angkat saja akan saya antar ke rumah sakit terdekat."
"Terimakasih pak."jawabku singkat.
Tanpa banyak cerita dengan pemilik mobil yang baik hati, sampai lah di rumah sakit RSUD PASAR REBO.
Setelah melalui berbagai pemeriksaan, akhirnya diketahui ternyata tulang pergelangan kaki Tina retak sehingga butuh perawatan agak lama, itupun tidak bisa sesempurna sebagaimana sebelum terjadi kecelakaan.
Kini Tina hanya bisa berjalan perlahan, sedikit agak pincang. Istriku cacat karena cedera kaki, kesedihannya yang selalu dipendam membuatnya Tina tidak lagi seperti biasanya. Tina tampak sangat menyedihkan, aku tidak sampai hati melihatnya.
Apa mau dikata aku dan Tina sama sama tak kuasa melawan orang tua. Kami hanya diam, menahan segala perasaan.
Lambat laun karena perasaan tertekan dalam menahan kesedihan dan kerinduannya Tina jatuh sakit, kembali masuk rawat inap di rumah sakit.
Aku menemani dan menjaganya hingga akhirnya Tina menghembuskan nafas terakhirnya di dalam pelukanku.
Innalilahi wa innailaihi rojiun.
Tiada kesedihan sedalam ku rasakan seperti saat ini. Ditinggal pergi kekasih hati yang sekian lama telah membersamai.
Dalam suka duka sesuai janji kita.
Semoga Allah swt memberikan tempat terbaik untuk mu di dalam syurgaNya, aamiin ya rabbal'alamin.
Tina istri saleha, tunggulah aku di syurga.
Aku mencintaimu tiada tara meskipun kau janda tua beranak lima, tapi kaulah satu-satunya yang aku cinta.
Setiap pagi hari aku mengunjunginya tidak lagi di ujung gang seperti biasanya. Tapi di pekuburan umum tempat Tina di semayam kan tubuhnya.
Kutaburkan bunga sebanyak doa-doa untuknya.
'Tina aku mencintaimu sepenuh jiwaku, kaulah cinta pertama dan terakhirku."
Itulah kata-kataku yang tertahan di hatiku yang dulu belum pernah kuucapkan kepadamu.
Kini ku ucapkan setiap hari bersama doa-doa yang kupanjatkan untuk kebahagiaanmu.
~~End
Apa mau dikata aku dan Tina sama sama tak kuasa melawan orang tua. Kami hanya diam, menahan segala perasaan.
Lambat laun karena perasaan tertekan dalam menahan kesedihan dan kerinduannya Tina jatuh sakit, kembali masuk rawat inap di rumah sakit.
Aku menemani dan menjaganya hingga akhirnya Tina menghembuskan nafas terakhirnya di dalam pelukanku.
Innalilahi wa innailaihi rojiun.
Tiada kesedihan sedalam ku rasakan seperti saat ini. Ditinggal pergi kekasih hati yang sekian lama telah membersamai.
Dalam suka duka sesuai janji kita.
Semoga Allah swt memberikan tempat terbaik untuk mu di dalam syurgaNya, aamiin ya rabbal'alamin.
Tina istri saleha, tunggulah aku di syurga.
Aku mencintaimu tiada tara meskipun kau janda tua beranak lima, tapi kaulah satu-satunya yang aku cinta.
Setiap pagi hari aku mengunjunginya tidak lagi di ujung gang seperti biasanya. Tapi di pekuburan umum tempat Tina di semayam kan tubuhnya.
Kutaburkan bunga sebanyak doa-doa untuknya.
'Tina aku mencintaimu sepenuh jiwaku, kaulah cinta pertama dan terakhirku."
Itulah kata-kataku yang tertahan di hatiku yang dulu belum pernah kuucapkan kepadamu.
Kini ku ucapkan setiap hari bersama doa-doa yang kupanjatkan untuk kebahagiaanmu.
~~End
Author, Tati Kartini
sedih banget ceritanya
ReplyDeleteCinta pertama memang seringnya nggak bisa jadi cinta terakhir
ReplyDeleteItulah namanya takdir
ReplyDelete