Hargai Sebelum Pergi, Sejuta Cinta Mama Muda
Event Menulis Cerpen Sejuta Cerita Cinta Mama Muda
Cerpen Mama Muda- Sebuah ikatan janji suci dalam pernikahan yang baru berjalan dua minggu, menjalani kehidupan atas dasar perjodohan, rasa sakit hati harus diterima, tetesan air mata tidak pernah terhitung lagi. Tinggal di perumahan kompleks mewah tidak menjadi jaminan untuk hidup bahagia, terutama dengan orang yang tidak pernah ada rasa cinta.
“Sarapan dulu!” Panggil Nisa melihat Rafli yang tengah mencuci mobil di teras
“ Iya,” jawab Rafli cuek tanpa melihat Nisa yang tengah berdiri di pintu yang sudah terbuka lebar
Mendengar jawaban dari Rafli yang seperti itu, membuat Nisa kembali duduk di meja makan. Ada rasa kecewa saat jawaban cuek itu terus didengarnya setiap hari, tidak pernah ada senyuman dari bibir suaminya. Walaupun sudah menjadi suami istri tidak pernah saling berbicara, bercanda, dan keluar berdua. Terakhir keluar itupun saat ke rumah mertua minggu lalu.
Suara dering ponsel terdengar nyaring dari atas meja makan, membuat getaran semakin terdengar keras, terlihat nama Maya pada layar ponsel milik Rafli, terdapat emoticon hati berwarna merah. Maya adalah kekasih Rafli yang sudah berpacaran hampir lima tahun, namun hubungan mereka putus karena tidak ada restu dari kedua orang tua masing-masing.
“Ponsel kamu berbunyi” ucap Nisa melihat kedatangan Rafli yang selesai cuci tangan, “ Dari Maya?” tanyanya
“Iya,” jawab Nisa tanpa melihat wajah suaminya itu. Nisa tau kalau suaminya akan pergi setiap dapat telepon dari kekasihnya itu
“Aku keluar dulu!” ucap Rafli yang masih mendengar ucapan Maya dari balik layar ponselnya, tanpa mendengar jawaban dari istrinya, Rafli sudah pergi lebih dulu.
“Kenapa kamu terima perjodohan ini, jika kamu malah membuatku sakit hati, aku tau kamu enggak pernah cinta sama aku, tapi.....” gumam Nisa, sebelum menghentikan ucapannya air mata telah jatuh membasahi pipinya, bahkan Rafli juga tidak peduli.
Suara dering ponsel menghentikan tangisan, terlihat nama Rina yang tengah menghubungi.
Mereka berdua sibuk dengan obrolan yang begitu menarik, suasana kafe tidak terhiraukan lagi, Rafli masih memandang wajah Maya yang cantik.
“Sampai kapan kita gini terus?, aku jadi enggak enak sama istri kamu, aku ngerasa...” ucap Maya memandang mata elang yang begitu tajam tanpa beralih pandangan dari wajahnya
“Udah enggak usah diperdulikan!” ucap Rafli memegang tangan Maya dengan hangat.
“Aku enggak bisa berhenti mikirin itu, aku tau gimana rasanya jadi Nisa, aku pernah dalam posisi itu” ucap Maya dengan rasa bersalah, karena sudah menjadi orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
“Tapi aku sayangnya sama kamu” jelas Rafli memandang wajah kesedihan yang ada di depannya
“Suatu saat nanti kamu akan jatuh cinta dengan Nisa, kalau kamu udah terbiasa, jangan pernah kamu membohongi hati kecilmu, aku tau perlahan ada rasa cinta dalam diri kamu, tanpa kamu sadari,” menatap mata Rafli yang sudah berpaling ke arah lain,
“Aku harus pulang, suamiku nyuruh aku pulang!” jelas Nisa panik.
“Aku antar ya?” ucap Putra khawatir.
“Aku bisa pulang sendiri” ucap Nisa
“Dari mana aja sih?” teriak Rafli marah melihat Nisa baru masuk rumahnya, “ Kaki kamu kenapa itu, pincang- pincang jalannya?”
“Udah berapa hari kamu enggak pulang?” teriak Rafli
“Aku bisa jelasin,” sebelum Nisa menjelaskan tamparan keras melayang pada pipinya, sontak membuat Nisa terjatuh
“Aku capek, setiap hari kamu cuek, kamu selingkuh, kamu enggak mikirin perasaan aku, aku enggak terima kamu nampar aku kayak gini” Nisa menangis meluapkan semua yang selama ini dipendamnya
“Kamu mau cerai? Oke, sekarang kamu pergi!” ucap Rafli
“Aku mohon jangan ceraikan aku” memohon sambil tersungkur di kaki Rafli, melihat kakinya di pegang, Rafli langsung mendorong Nisa hingga terjatuh di lantai
“Nisa...” dokter Putra memegang bahu Nisa yang tidak kuat menahan sakit kakinya yang belum sembuh
“Kita pergi ya?” ajak dokter Putra tidak tega melihat Nisa seperti ini, Nisa hanya mengangguk
Sejak kejadian itu, beberapa bulan kemudian Nisa dan dokter Putra menikah, pernikahan mereka digelar sangat mewah. Keluarga Nisa sangat sedih mengetahui kalo selama ini pernikahan putrinya tidak bahagia dan tersembunyi perselingkuhan.
Sejak menikah dengan dokter Putra hidup Nisa semakin bahagia, pernikahan yang selama ini diinginkan bisa menjadi kenyataan.
Itu bertolak belakang dengan kehidupan Rafli, semua hartanya telah habis, usahanya telah bangkrut, bahkan harus menerima phk dari perusahaannya. Kini Rafli hanya bisa meratapi nasibnya, penyesalan terus menghantuinya.
Maya lebih memilih pergi meninggalkan Rafli, kabar terakhir Maya sudah dijodohkan dengan pilihan keluarganya, namun pernikahan mereka atas dasar suka sama suka. Cintai apa yang telah Tuhan berikan, walaupun itu bukan yang di inginkan, karena Tuhan tau apa yang dibutuhkan.
The End
INDEKS PESERTA EVENT MENULIS CERPEN SEJUTA CINTA
Author: Lianasari, Malang Jawa Timur
Cerpen Mama Muda- Sebuah ikatan janji suci dalam pernikahan yang baru berjalan dua minggu, menjalani kehidupan atas dasar perjodohan, rasa sakit hati harus diterima, tetesan air mata tidak pernah terhitung lagi. Tinggal di perumahan kompleks mewah tidak menjadi jaminan untuk hidup bahagia, terutama dengan orang yang tidak pernah ada rasa cinta.
“Sarapan dulu!” Panggil Nisa melihat Rafli yang tengah mencuci mobil di teras
“ Iya,” jawab Rafli cuek tanpa melihat Nisa yang tengah berdiri di pintu yang sudah terbuka lebar
Mendengar jawaban dari Rafli yang seperti itu, membuat Nisa kembali duduk di meja makan. Ada rasa kecewa saat jawaban cuek itu terus didengarnya setiap hari, tidak pernah ada senyuman dari bibir suaminya. Walaupun sudah menjadi suami istri tidak pernah saling berbicara, bercanda, dan keluar berdua. Terakhir keluar itupun saat ke rumah mertua minggu lalu.
Suara dering ponsel terdengar nyaring dari atas meja makan, membuat getaran semakin terdengar keras, terlihat nama Maya pada layar ponsel milik Rafli, terdapat emoticon hati berwarna merah. Maya adalah kekasih Rafli yang sudah berpacaran hampir lima tahun, namun hubungan mereka putus karena tidak ada restu dari kedua orang tua masing-masing.
“Ponsel kamu berbunyi” ucap Nisa melihat kedatangan Rafli yang selesai cuci tangan, “ Dari Maya?” tanyanya
“Iya,” jawab Nisa tanpa melihat wajah suaminya itu. Nisa tau kalau suaminya akan pergi setiap dapat telepon dari kekasihnya itu
“Aku keluar dulu!” ucap Rafli yang masih mendengar ucapan Maya dari balik layar ponselnya, tanpa mendengar jawaban dari istrinya, Rafli sudah pergi lebih dulu.
“Kenapa kamu terima perjodohan ini, jika kamu malah membuatku sakit hati, aku tau kamu enggak pernah cinta sama aku, tapi.....” gumam Nisa, sebelum menghentikan ucapannya air mata telah jatuh membasahi pipinya, bahkan Rafli juga tidak peduli.
Suara dering ponsel menghentikan tangisan, terlihat nama Rina yang tengah menghubungi.
“Ada apa?” tanya Nisa mengangkat panggilan
“Ketemu yuk! Aku tunggu di kafe biasanya, buruan aku udah lama di sini!” jawab Rina.
“Ketemu yuk! Aku tunggu di kafe biasanya, buruan aku udah lama di sini!” jawab Rina.
“Iya, aku berangkat” jawab Nisa berangkat menuju kafe yang dimaksud sahabatnya itu
Suasana kafe begitu ramai, terlihat Rina yang sedang duduk sendiri sambil bermain ponsel, entah apa yang dilakukan. Sesekali melihat pintu luar untuk memastikan kedatangan sahabatnya.
“Maaf telah, ada apa sih?” tanya Nisa baru datang, “ Aku lagi banyak kerjaan rumah!” lanjutnya
“ Itu Rafli sedang pacaran sama Maya” menjelaskan kenapa harus segera datang ke kafe, sejak tadi Rina selalu mengamati gerak-gerik mereka berdua yang sedang berpacaran
“Mana?” tanya Nisa yang tidak tau. “ Itu yang dekat meja nomor delapan” jelas Rina dengan nada pelan agar tidak ketahuan
“Kenapa sih lho selalu nyembunyiin perselingkuhan Rafli dari orang tuanya? Harusnya lho bilang gimana tingkat laku Rafli yang sebenarnya, gue enggak tega jika lho selalu sakit hati, gue tau gimana perasaan lho saat melihat ini semua,” ucap Rina yang selalu kasihan dengan sahabatnya
“Aku enggak mau bikin mereka sedih, mereka udah gue anggap orang tua gue sendiri,” jawab Nisa meneteskan air matanya yang tidak kuat lagi melihat Rafli memeluk Maya di depannya
“Lho memang istri yang baik, suatu saat nanti kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan selama ini,” menenangkan sahabatnya yang sedih.
Peristiwa di Kafe Hari Itu
Suasana kafe begitu ramai, terlihat Rina yang sedang duduk sendiri sambil bermain ponsel, entah apa yang dilakukan. Sesekali melihat pintu luar untuk memastikan kedatangan sahabatnya.
“Maaf telah, ada apa sih?” tanya Nisa baru datang, “ Aku lagi banyak kerjaan rumah!” lanjutnya
“ Itu Rafli sedang pacaran sama Maya” menjelaskan kenapa harus segera datang ke kafe, sejak tadi Rina selalu mengamati gerak-gerik mereka berdua yang sedang berpacaran
“Mana?” tanya Nisa yang tidak tau. “ Itu yang dekat meja nomor delapan” jelas Rina dengan nada pelan agar tidak ketahuan
“Kenapa sih lho selalu nyembunyiin perselingkuhan Rafli dari orang tuanya? Harusnya lho bilang gimana tingkat laku Rafli yang sebenarnya, gue enggak tega jika lho selalu sakit hati, gue tau gimana perasaan lho saat melihat ini semua,” ucap Rina yang selalu kasihan dengan sahabatnya
“Aku enggak mau bikin mereka sedih, mereka udah gue anggap orang tua gue sendiri,” jawab Nisa meneteskan air matanya yang tidak kuat lagi melihat Rafli memeluk Maya di depannya
“Lho memang istri yang baik, suatu saat nanti kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan selama ini,” menenangkan sahabatnya yang sedih.
“Cabut yuk! Gue enggak tega liat lho sakit hati terus, gara-gara liat mereka,” ajak Rina pergi meninggalkan kafe.
Hubungan Rafli dan Maya
Mereka berdua sibuk dengan obrolan yang begitu menarik, suasana kafe tidak terhiraukan lagi, Rafli masih memandang wajah Maya yang cantik.
“Sampai kapan kita gini terus?, aku jadi enggak enak sama istri kamu, aku ngerasa...” ucap Maya memandang mata elang yang begitu tajam tanpa beralih pandangan dari wajahnya
“Udah enggak usah diperdulikan!” ucap Rafli memegang tangan Maya dengan hangat.
“Aku enggak bisa berhenti mikirin itu, aku tau gimana rasanya jadi Nisa, aku pernah dalam posisi itu” ucap Maya dengan rasa bersalah, karena sudah menjadi orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
“Tapi aku sayangnya sama kamu” jelas Rafli memandang wajah kesedihan yang ada di depannya
“Suatu saat nanti kamu akan jatuh cinta dengan Nisa, kalau kamu udah terbiasa, jangan pernah kamu membohongi hati kecilmu, aku tau perlahan ada rasa cinta dalam diri kamu, tanpa kamu sadari,” menatap mata Rafli yang sudah berpaling ke arah lain,
“Semua tinggal nunggu waktu, jangan pernah kamu membohongi diri kamu sendiri, tatapan kamu pada Nisa perlahan mulai berubah, tidak ada benci yang tergambar, tapi aku melihat cinta dari tatapan kamu," ucap Maya.
Semendak angim suasana seakan menjadi hening, suara gaduh perlahan membisu, menghilangkan keramaian kafe.
Kecelakaan...
Perasaan tidak enak sejak tadi menyelimuti pikiran Nisa, bahkan saat menyiapkan bekal untuk Rafli perasaan itu semakin pekat, ada rasa ragu dalamnya dirinya untuk pergi keluar mengerdarai sepeda metik milikinya.
Dalam perjalanan menuju tempat kerja Rafli, rasa itu membuatnya semakin tidak fokus dalam mengendarai, pikirannya berputar entah kenapa saja.
Hingga terlihat sebuah truk berkecepatan tinggi menghampiri Nisa yang sedang berhenti untuk berbelok kanan, di keramaian kota yang begitu penuh asap kendaraan, seketika truk itu menghantam keras Nisa hingga terlempar, Seketika mata tidak bisa melihat sekeliling, semua menjadi gelap tanpa ada cahaya.
“Apa yang terjadi?” ucap Nisa yang baru sadar dari kecelakaan, terdapat seorang dokter muda yang tengah merawatnya, di dampingi seorang suster yang sedang berdiri di belakangnya
“Akhirnya kamu sadar” ucap dokter itu tersenyum
“Saya kenapa?, Kaki saya kenapa?” tanya Nisa, kakinya sakit saat digerakkan
“Kaki kiri kamu retak karena kecelakaan kemarin, kamu sudah tidak sadar diri sejak kejadian kecelakaan itu” dokter menjelaskan
“Apa ada keluarga yang bisa dihubungi?” tanya dokter lagi
“Tolong dok, jangan hubungi keluarga saya, saya takut mereka khawatir!” memohon
“Baik kalo gitu saya permisi!” ucap dokter itu
“Terimakasih, dok!” dokter hanya memberi senyuman
Nisa mengambil ponsel yang tergeletak di meja sampingnya, tidak ada satu pesan atau panggilan masuk.
Kecelakaan...
Perasaan tidak enak sejak tadi menyelimuti pikiran Nisa, bahkan saat menyiapkan bekal untuk Rafli perasaan itu semakin pekat, ada rasa ragu dalamnya dirinya untuk pergi keluar mengerdarai sepeda metik milikinya.
Dalam perjalanan menuju tempat kerja Rafli, rasa itu membuatnya semakin tidak fokus dalam mengendarai, pikirannya berputar entah kenapa saja.
Hingga terlihat sebuah truk berkecepatan tinggi menghampiri Nisa yang sedang berhenti untuk berbelok kanan, di keramaian kota yang begitu penuh asap kendaraan, seketika truk itu menghantam keras Nisa hingga terlempar, Seketika mata tidak bisa melihat sekeliling, semua menjadi gelap tanpa ada cahaya.
“Apa yang terjadi?” ucap Nisa yang baru sadar dari kecelakaan, terdapat seorang dokter muda yang tengah merawatnya, di dampingi seorang suster yang sedang berdiri di belakangnya
“Akhirnya kamu sadar” ucap dokter itu tersenyum
“Saya kenapa?, Kaki saya kenapa?” tanya Nisa, kakinya sakit saat digerakkan
“Kaki kiri kamu retak karena kecelakaan kemarin, kamu sudah tidak sadar diri sejak kejadian kecelakaan itu” dokter menjelaskan
“Apa ada keluarga yang bisa dihubungi?” tanya dokter lagi
“Tolong dok, jangan hubungi keluarga saya, saya takut mereka khawatir!” memohon
“Baik kalo gitu saya permisi!” ucap dokter itu
“Terimakasih, dok!” dokter hanya memberi senyuman
Nisa mengambil ponsel yang tergeletak di meja sampingnya, tidak ada satu pesan atau panggilan masuk.
Apa Rafli tidak mencariku. Mungkin memang dia enggak menginginkan aku? Batin Nisa.
Hampir setiap hari dokter muda itu mengecek keadaan Nisa, perlahan mulai membaik kondisinya. Hingga timbul rasa cinta di antara keduanya, seperti yang diketahui dari suster yang merawatnya, kalo dokter muda itu belum menikah.
“Dok, saya bosan di dalam, apa boleh keluar sebentar?” tanya Nisa ragu
“Boleh, bentar ya!” pergi mengambil kursi roda
“Biar saya yang menemani kamu jalan-jalan di luar” ucap dokter muda itu membantu Nisa duduk di kursi roda, Nisa hanya tersenyum
Akhirnya bisa mencium udara di luar, segar dan cahaya matahari tidak terlalu panas.
“Oh iya, kita belum kenalan ya?” ucap dokter muda itu
“Saya Nisa dok.”
“Saya Putra.”
“Maaf saya mau nanya?” ragu, “Kenapa keluar kamu tidak ada yang datang?”
“Saya sengaja sembunyikan ini semua, lagian suami saya juga enggak perduli, dia lebih sibuk dengan kerjaan dan juga sibuk sama pacarnya” ucap Nisa melihat taman di depannya
“Kamu udah nikah?” tanya dokter Putra memastikan
“Kami nikah karena perjodohan, awalnya saya nolak tapi ada permasalahan yang membuat saya harus menerimanya. Saya sudah berusaha menjadi istri yang baik, namun dalam pikiran suami saya malah sibuk dengan Maya pacarnya” menahan tangisan
“Saya tau kamu pasti sakit hati, kenapa kamu tetap bertahan?” tanya dokter Putra.
“Sebenarnya saya capek dengan pernikahan ini, makanya saya melarang dokter agar tidak kasih tau sama siapa-siapa soal keberadaan saya!”
“Sebenarnya sekarang saya sudah menikah, namun calon istri saya malah pergi dengan cowok lain.”
Hampir setiap hari dokter muda itu mengecek keadaan Nisa, perlahan mulai membaik kondisinya. Hingga timbul rasa cinta di antara keduanya, seperti yang diketahui dari suster yang merawatnya, kalo dokter muda itu belum menikah.
“Dok, saya bosan di dalam, apa boleh keluar sebentar?” tanya Nisa ragu
“Boleh, bentar ya!” pergi mengambil kursi roda
“Biar saya yang menemani kamu jalan-jalan di luar” ucap dokter muda itu membantu Nisa duduk di kursi roda, Nisa hanya tersenyum
Akhirnya bisa mencium udara di luar, segar dan cahaya matahari tidak terlalu panas.
“Oh iya, kita belum kenalan ya?” ucap dokter muda itu
“Saya Nisa dok.”
“Saya Putra.”
“Maaf saya mau nanya?” ragu, “Kenapa keluar kamu tidak ada yang datang?”
“Saya sengaja sembunyikan ini semua, lagian suami saya juga enggak perduli, dia lebih sibuk dengan kerjaan dan juga sibuk sama pacarnya” ucap Nisa melihat taman di depannya
“Kamu udah nikah?” tanya dokter Putra memastikan
“Kami nikah karena perjodohan, awalnya saya nolak tapi ada permasalahan yang membuat saya harus menerimanya. Saya sudah berusaha menjadi istri yang baik, namun dalam pikiran suami saya malah sibuk dengan Maya pacarnya” menahan tangisan
“Saya tau kamu pasti sakit hati, kenapa kamu tetap bertahan?” tanya dokter Putra.
“Sebenarnya saya capek dengan pernikahan ini, makanya saya melarang dokter agar tidak kasih tau sama siapa-siapa soal keberadaan saya!”
“Sebenarnya sekarang saya sudah menikah, namun calon istri saya malah pergi dengan cowok lain.”
Dokter Putra menghembuskan nafas, untuk meredakan kekecewaan dalam hatinya
“Ada satu hal yang harus saya ucapkan ke kamu, saya tau itu memang salah, tapi saya enggak bisa terus-terusan seperti ini!”
“Maksudnya?” tanya Nisa bingung melihat dokter Putra sudah jongkok di depannya
“Izinkan saya menikahi kamu, aku tau ini salah” mengeluarkan cincin di dalam kantong celananya.
“Bentar,” suara dering ponsel milik Nisa, terlihat nama Rafli yang tengah menghubunginya
“Kamu di mana sih, kenapa enggak pernah pulang?” tanya Rafli marah
“Aku....aku... sekarang kamu pulang!” ucap Rafli mengakhiri panggilan.
“Ada satu hal yang harus saya ucapkan ke kamu, saya tau itu memang salah, tapi saya enggak bisa terus-terusan seperti ini!”
“Maksudnya?” tanya Nisa bingung melihat dokter Putra sudah jongkok di depannya
“Izinkan saya menikahi kamu, aku tau ini salah” mengeluarkan cincin di dalam kantong celananya.
“Bentar,” suara dering ponsel milik Nisa, terlihat nama Rafli yang tengah menghubunginya
“Kamu di mana sih, kenapa enggak pernah pulang?” tanya Rafli marah
“Aku....aku... sekarang kamu pulang!” ucap Rafli mengakhiri panggilan.
“Aku harus pulang, suamiku nyuruh aku pulang!” jelas Nisa panik.
“Aku antar ya?” ucap Putra khawatir.
“Aku bisa pulang sendiri” ucap Nisa
Berakhir Sebuah Perceraian
“Dari mana aja sih?” teriak Rafli marah melihat Nisa baru masuk rumahnya, “ Kaki kamu kenapa itu, pincang- pincang jalannya?”
“Udah berapa hari kamu enggak pulang?” teriak Rafli
“Aku bisa jelasin,” sebelum Nisa menjelaskan tamparan keras melayang pada pipinya, sontak membuat Nisa terjatuh
“Aku capek, setiap hari kamu cuek, kamu selingkuh, kamu enggak mikirin perasaan aku, aku enggak terima kamu nampar aku kayak gini” Nisa menangis meluapkan semua yang selama ini dipendamnya
“Kamu mau cerai? Oke, sekarang kamu pergi!” ucap Rafli
“Aku mohon jangan ceraikan aku” memohon sambil tersungkur di kaki Rafli, melihat kakinya di pegang, Rafli langsung mendorong Nisa hingga terjatuh di lantai
“Nisa...” dokter Putra memegang bahu Nisa yang tidak kuat menahan sakit kakinya yang belum sembuh
“Kita pergi ya?” ajak dokter Putra tidak tega melihat Nisa seperti ini, Nisa hanya mengangguk
Sejak kejadian itu, beberapa bulan kemudian Nisa dan dokter Putra menikah, pernikahan mereka digelar sangat mewah. Keluarga Nisa sangat sedih mengetahui kalo selama ini pernikahan putrinya tidak bahagia dan tersembunyi perselingkuhan.
Sejak menikah dengan dokter Putra hidup Nisa semakin bahagia, pernikahan yang selama ini diinginkan bisa menjadi kenyataan.
Itu bertolak belakang dengan kehidupan Rafli, semua hartanya telah habis, usahanya telah bangkrut, bahkan harus menerima phk dari perusahaannya. Kini Rafli hanya bisa meratapi nasibnya, penyesalan terus menghantuinya.
Maya lebih memilih pergi meninggalkan Rafli, kabar terakhir Maya sudah dijodohkan dengan pilihan keluarganya, namun pernikahan mereka atas dasar suka sama suka. Cintai apa yang telah Tuhan berikan, walaupun itu bukan yang di inginkan, karena Tuhan tau apa yang dibutuhkan.
The End
Daftar Isi Cerpen Mama Muda
INDEKS PESERTA EVENT MENULIS CERPEN SEJUTA CINTA
Author: Lianasari, Malang Jawa Timur
Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Belajar Bersama Bisa dan Terimakasih.
Post a Comment for "Hargai Sebelum Pergi, Sejuta Cinta Mama Muda "
Disclaimer: Semua isi konten baik, teks, gambar dan vidio adalah tanggung jawab author sepenuhnya dan jika ada pihak-pihak yang merasa keberatan/dirugikan silahkan hubungi admin pada disclaimer untuk kami hapus.