Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

I love you, Mister, Love Story Young Adult Romance

Event Menulis Cerpen Young Adult Romance 



Love Story Young  Adult Romance,  I Love You, Mister, By Teh Icus


Sudah 10 menit lamanya pelajaran bahasa Inggris berlangsung di kelas XI. Mr. Arif saat ini sedang menyampaikan materi tentang Direct Indirect Speech atau kalimat langsung dan tidak langsung. Hampir semua murid di kelas itu serius menyimak penjelasan guru bahasa Inggris yang selalu tampil rapi dengan gaya eksekutif muda, mengenakan kemeja, jas, lengkap dengan dasi. Sesekali para murid terlihat mencatat materi yang disampaikan di buku tulis mereka.


Namun, di antara para murid yang sedang khusyuk itu, Mallika sama sekali tak bisa berkonsentrasi. Sejak Mr. Arif diterima mengajar bahasa Inggris di SMA Merah Putih, ada sesuatu hal aneh yang dirasakan olehnya. Ya, sedari tadi gadis remaja itu tak bisa fokus menyimak. Setiap kali pandangan mereka bersirobok, Mallika merasa salah tingkah, kemudian berpaling ke arah lain, tak berani menatap balik gurunya. Bagaimana dengan jantungnya? Tak usah ditanya, deh. Debar di dadanya kian bertalu seiring dengan menguarnya aroma parfum yang dipakai guru muda itu, kerap kali tertangkap oleh indera penciuman Mallika.




Hingga, gadis remaja itu tak menyadari, Mr. Arif sedari tadi sudah memanggilnya sebanyak tiga kali.


“Ka, elo dipanggil, tuh, ke depan.” Senggolan sikut Nida, teman sebangku Mallika, seketika saja membuatnya tersentak.


“Apaan, sih, Nid? Bikin kaget saja!”

“Mallika, what are you thinking about (apa yang sedang kamu pikirkan)?” tanya Mr. Arif dengan nada lembut.


Sontak saja, berpuluh-puluh pasang mata tertuju pada Mallika, membuat gadis remaja itu tertunduk malu, sembari memikirkan jawaban yang masuk akal.


“Nothing (tak ada), Sir. Cuma mengantuk saja, sedikit.”


“Oke, kalau begitu, supaya kamu nggak sleepy (ngantuk). Please come to the front (tolong maju ke depan). Tulis satu contoh kalimat Direct beserta Indirect Speech-nya.”


"Buset, gue, ‘kan dari tadi nggak tahu apa yang Mr. Arif jelaskan. Direct, Indirect, apa itu? Gue tahunya boyband One Direction", batin Mallika panik. Dia melirik Nida yang duduk di sampingnya. Teman sebangkunya itu hanya mengedikkan bahu.


Good luck (semoga beruntung), Ka,” ucap Nida memberi semangat dengan suara yang sedikit pelan.


Akhirnya, dengan pasrah, Mallika melangkah gontai ke depan kelas. Padahal, dia sama sekali belum tahu harus menulis kalimat apa.


Sesampainya di depan kelas, Mallika sejenak membaca tulisan Mr. Arif di papan tulis. Setelah melihat pola kalimat yang tertera di sana, gadis berkulit putih itu mulai menulis sesuatu.


Mallika said, “I love Arif.” (Mallika berkata, "Aku cinta Arif.")

Mallika said that she loved Arif. (Mallika berkata bahwa dia mencintai Arif.)

“Oke, thank you, Mallika.” Mr. Arif meminta Mallika duduk kembali di bangkunya dengan gerakan tangan seraya tersenyum ramah, membuat desir aneh di dada Mallika kembali muncul.




Setelah meletakkan board marker di atas meja guru, Mallika kembali duduk di bangkunya. Tiba-tiba saja terdengar suara kasak-kusuk berasal dari teman-teman sekelasnya. Bahkan, beberapa dari mereka ada yang saling berbisik sembari menunjuk-nunjuk ke arah Mallika.



“Buset, Ka, elo keren. Mengumumkan perasaan, to the point banget,” celetuk Nida setelah Mallika duduk lagi di sampingnya. Cewek bertampang mirip Jenny Blackpink itu mengernyitkan dahi, masih tak mengerti maksud kalimat yang diucapkan teman sebangkunya barusan.


Mata Mallika seketika saja membulat, saat dia membaca kembali jawabannya di papan tulis. Dia baru menyadari, bila kalimat itu diartikan, sama saja dengan dirinya sedang menyatakan perasaan pada Mr. Arif. Wajah gadis itu merah padam. Dia menundukkan pandangan. Malu sekali pada Mr. Arif dan teman-teman sekelasnya. Sekarang, semua yang ada di kelas ini, jadi tahu perasaan yang dirahasiakannya selama ini. Hanya Nida, teman paling dekat dengannya yang tahu tentang hal ini.


“Sir, maaf. Boleh saya mengganti kalimatnya?” Ragu-ragu, Mallika mengacungkan tangan sembari berdiri, hendak maju ke depan kelas.


“Lho, mengapa mau dihapus? Kita tanya dulu pendapat teman-temanmu, ya. Bagaimana, students, kalimat yang ditulis Mallika? Is it correct (apakah benar)?”


Semua serempak menjawab benar.


“You see (kamu lihat), Mallika. Tidak ada yang salah dengan kalimat yang kamu tulis. Ini merupakan contoh Direct Indirect Speech dalam bentuk simple present tense yang diubah ke bentuk simple past tense. Walau pun sejak tadi saya perhatikan kamu nggak fokus, ternyata kamu bisa mengerjakan dengan benar. Well done, Mallika.”


"Bukan begitu, Sir. Saya mau mengganti nama Arif-nya dengan nama lain. Nggak sopan, begitu, pakai nama guru."


Mr. Arif tersenyum lembut seraya menatap Mallika, membuat hati gadis itu semakin tak karuan.


"It's okay, Mallika. Nama saya, kan, pasaran. Ketua kelas di sini saja ada nama Arif-nya. Muhammad Arif Budiman. Jangan-jangan, kamu naksir, ya?”


Mallika semakin tertunduk malu, ketika semua teman-temannya tampak menahan tawa. Kedua pipinya memanas. Tampangnya saat ini pastilah sebelas dua belas sama kepiting rebus Seandainya ada Doraemon, dia akan meminta kucing itu untuk mengeluarkan pintu ke mana saja dari kantong ajaibnya. Dia ingin segera menghilang dari kelas ini. Saat pandangannya berpaling ke arah Nida, tampak wajah sahabatnya itu memerah, menahan tawa juga.


"Sebel!"





Sejak kedatangan Mr. Arif di SMA Merah Putih, guru muda berusia 24 tahun itu dengan cepatnya menjadi pusat perhatian dan dikagumi oleh para murid perempuan. Sebelum mengajar di sekolah, Mallika memang sudah tak asing lagi dengan sosok Mr. Arif sebagai guru les privatnya sekaligus sahabat semasa SMA Sonia, kakak Mallika. Jadi, walau pun sudah lama tak mengajar Mallika lagi di rumahnya sejak mempunyai pekerjaan, Mr. Arif masih tetap sering berkunjung ke rumah Mallika untuk sekadar bersilaturahmi dengan Papa dan Mama atau berbincang-bincang dengan Sonia tentang masa SMA mereka. Terkadang juga memberi masukan membangun serta motivasi untuk Mallika.


Ya, dia sudah dianggap seperti keluarga sendiri, bahkan lebih perhatian pada Mallika dibandingkan Sonia, kakak kandungnya sendiri. Di sekolah pun, Mr. Arif tak sungkan menunjukkan perhatiannya, hingga membuat teman-teman Mallika beranggapan bahwa Mr. Arif diam-diam tengah menaruh hati.


Yang membuat Mallika merasa semakin yakin, kakaknya pernah bilang, kalau Mr. Arif memang bukan tipikal orang yang perhatian lebih pada semua orang. Itu berarti, Mallika termasuk someone special, dong, karena memang hanya dirinya yang diperlakukan seperti ini. Bahkan, Mallika perhatikan, sikap Mr. Arif biasa saja pada Sonia. Padahal, kakaknya berteman dekat sejak SMA dengan Mr. Arif. Kedekatan mereka bahkan berlanjut hingga kini.


Gadis remaja ini merasa heran dan tak habis pikir, mengapa getar aneh itu sering muncul sekarang-sekarang, padahal sudah sejak lama dia mengenal guru muda itu? Apa saat ini Mallika sedang terkena serangan virus cinta atau hanya sekadar rasa kagum saja?


Kali ini, ketika Mr. Arif kembali mengisi jadwal mengajar di kelas Mallika, gadis itu begitu fokus menyimak. Dia tak mau lagi mengulangi kesalahan, sekaligus menghindari rasa malu, agar dirinya terlihat sempurna. Tak mau ada cela sedikit pun di depan calon gebetan yang sosoknya begitu perfect di mata Mallika.



Tak terasa, dua jam pelajaran usai. Suara bel bernada panjang dibunyikan dengan nyaring, pertanda bubaran sekolah telah tiba alias waktunya pulang. Mallika berjalan beriringan dengan Nida meninggalkan ruang kelas diselingi dengan canda tawa dan obrolan ngalor-ngidul ala remaja dari mereka. Di gerbang sekolah, kedua sahabat karib itu berpisah. Nida sudah dijemput oleh pacarnya dari sekolah lain, sementara Mallika masih menunggu angkot, sambil sesekali menengok ke arah ruang guru. Berharap Mr. Arif ke luar dari dalam sana dan mengajaknya pulang bareng.


Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Dari kejauhan, terlihat Mr. Arif berjalan menghampirinya. Saat sudah mendekat, Mallika berusaha menyembunyikan kegugupan dan meredakan debaran dalam dada, sambil harap-harap cemas, menantikan kalimat yang akan meluncur dari mulut guru idolanya itu.


"Lagi nunggu angkot?”


Mendadak lidah Mallika terasa kelu, tak mampu berkata-kata. Dia hanya membalasnya dengan anggukan saja.

"Pulang bareng saya saja, yuk."


Mr. Arif berjalan begitu saja tanpa menunggu respons dari Mallika. Dengan kikuk, gadis itu pun mengikutinya dari belakang. Tak lama kemudian, keduanya sudah duduk bersebelahan di dalam mobil sedan metalik milik guru muda itu. Keheningan tercipta di antara mereka. Mallika sibuk menutupi kegugupan, sementara Mr. Arif fokus menyetir. Pandangan keduanya lurus menatap ke depan.


“Mr. Arif, kapan, nih, sebar undangan?” tanya Mallika memberanikan diri untuk memecah kesunyian.


Mr. Arif memalingkan pandangan ke arah Mallika. Sekilas manik mata keduanya beradu, membuat gadis itu merasa kikuk.

"Undangan apa dulu, nih? Perayaan ulang tahun? Udah lewat."

"Nikah, maksudnya, Sir."

Tawa Mr. Arif seketika berderai. Kali ini disertai dengan menggeleng-gelengkan kepala.

"Kok, tiba-tiba nanya tentang nikah?”




Mallika menggigit bibir. Seketika saja tersadar bahwa dirinya terjebak dengan pertanyaan sendiri, hingga kini menjadi kebingungan mencari jawaban yang masuk akal.


“Kan, biar saya bisa siap-siap nabung dulu buat ngasih kado."


“Pacar saja saya nggak punya. Masih jauh, lah, ke urusan nikah."


“Masa, sih, Sir? Kalau seseorang yang disukai pasti ada, ya, kan?" Penasaran, Mallika mencoba memancing gurunya itu.


“Ada, sih.” Senyum Mr. Arif misterius, hingga Mallika merasa semakin penasaran.


“Siapa, Sir? Saya kenal, nggak sama orangnya?” Hati gadis itu berdegup kian kencang. Mallika menatap lekat gurunya, menuntut jawaban.


“Iya, kenal. Deket malah sama kamu,” jawab Mr. Arif.


Mallika semakin didera rasa penasaran. Benaknya sibuk menerka-nerka sosok yang dimaksud Mr. Arif barusan.


"Apa yang dimaksud itu, Nida?" gumamnya dalam hati, sembari mengucap doa. Berharap bukan teman sebangkunya itu sosok yang dimaksud.


“Teman sekolah saya?”
“Bukan.”



“Teman main saya di rumah? Tapi, Mister, kan, nggak kenal." Mallika semakin mencecar gurunya. Tak sabar ingin segera menuntaskan rasa penasaran.



“Lho, saya nggak bilang temen kamu, kok." Mr. Arif tersenyum menggoda. Namun, tetap menunjukkan raut wajah yang tenang, hingga sulit ditebak jalan pikirannya.



“Kalau bukan teman, pasti Bu guru di sekolah ya?” Mallika bergidik ketika di benaknya terlintas wajah Bu Muthie, guru Biologi SMA Merah Putih. Satu-satunya guru perempuan yang masih single.


"Nggak, cocok, ah. Terlalu tua!"


Tak lama berselang, Mallika menghela napas lega, menyaksikan Mr. Arif menggelengkan kepala.

“Kalau teman saya bukan, guru juga bukan, terus siapa, dong?”


Mr. Arif tampak berulang kali menghela napas, kemudian berdeham. Mallika masih setia menunggu dengan harap-harap cemas.


"Saya sudah sejak lama memendam rasa padanya, tapi ...."

Deg¡

Seketika saja, Mallika merasa lemas mendengar penuturan Mr. Arif, hingga gadis itu semakin tak fokus, lebih tepatnya tak sanggup lagi mendengar kalimat demi kalimat yang meluncur deras dari bibir guru yang sangat disukainya itu. Hatinya seketika saja merasakan perih yang teramat sangat, bagai tergores sembilu.

***

Beberapa bulan kemudian


"Cie, yang tiap hari diantar jemput. Jadian, kok, nggak bilang-bilang? Tebakan gue bener, kan? Dia juga suka, kan, sama elo?" goda Nida seraya menaikturunkan kedua alisnya.


"Gimana, sih, rasanya pacaran sama guru?” Merasa penasaran, Nida kembali bersuara, sebab teman sebangkunya itu hanya menanggapi dengan senyuman tipis. Biasanya, Mallika akan berbicara sangat antusias apabila menyangkut guru idolanya itu.

"Dia bukan pacar gue, tapi kakak ipar.”
"Maksud elo, Mr. Arif ...."


Meski pun ucapan Nida menggantung, tetapi Mallika buru-buru mengiyakan dengan anggukan. Sebab, dia sudah tahu kelanjutan kalimat yang dilontarkan teman sebangkunya.


Kedua mata Nida membelalak, merasa tak percaya. Nida memandang sahabatnya dengan tatapan iba, sembari mengelus-elus lembut punggung teman sebangkunya itu. Nida tahu betul perasaan Mallika yang begitu dalam terhadap Mr. Arif.

"Elo yang tabah, ya."

"Nggak apa-apa. Gue udah ikhlas, kok. Senang rasanya melihat mereka hidup bahagia."




Mallika menghela napas berat. Takdir menggariskan cinta pertamanya menjadi kisah kasih tak sampai. Sang kakak sudah menjadi pemilik sah cinta pertama Mallika. Kak Soalnya memang telah Allah takdirkan menjadi kekasih halal untuk Mr. Arif. Meski pun sangat ingin, ia harus mengubur sedalam-dalamnya rasa yang tak akan pernah terucap pada guru idolanya itu.




"I love you, Mister", gumamnya lirih disertai bulir bening yang mulai menggenang di pelupuk mata.

The End 

9 comments for "I love you, Mister, Love Story Young Adult Romance "

  1. Begitu nama One Direction disebut jiwa Directioners-ku melonjak-lonjak 🤣🤣
    Malika (Kacang kedelai yang dirawat sepenuh hati) sabar yaaa... Cinta tak sampai memang menyakitkan, tapi kamu kuat kok, huhuhu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. 🤣😂ngakak. Terima kasih sudah singgah, Kakak

      Delete
  2. Jadi nostalgia masa dulu euy betapa cinta pertama selalu terkenang dan harus berakhir tragis hik hiks hikss

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kebanyakan cinta pertama memang tak pernah berakhir sampai ke pelaminan 🤭

      Delete
  3. Nida. Kirain itu aku😆😆

    Peran Mallika, jadi keingat masa laluku🤭


    Cerita kita hampir sama, Kak🤣🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. 🤭iya kurang R. Wah, ternyata hampir sama, ya

      Delete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Mallika sabar ya Allah sedang mempersiapkan jodoh terbaik buatmu

    ReplyDelete