Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Cerita Pedih : Apakah Tidak Ada Cinta Lagi untukku?

 Cerita Sedih dan Pilu yang Menyayat Hati




Cerita Sedih  -  Merasakan semilir angin tanpa petuah, daun kering berguguran jatuh ke tanah, pohon mengadah jengah, tersebab pucuk patah tidak lagi indah.

Sampai kapan kamu lari dari pelarian? Takut remuk diremukan, susah payah menyembuhkan luka pada akhirnya dilukai lagi. Kering kerontang air mata terjerembab hidup dalam hampa terasa.


Ada luka terus berduka, melupa terlalu lama, gelap tanpa cahaya oleh ketakutan mendera. Lantas selain sedih apa bisa dirasa?


Apakah Tidak Ada Cinta Untukku? 




Tepat baru saja selesai renang di Rooftop rumah, ia sedang santai dibawah payung pantai. Ia bangkit dengan malas, air masih menetes dari tubuhnya yang basah, sebasah air matanya dalam resah dan gundah.


Betapa jelitanya tubuh itu terkena pancaran sinar matahari. Cantik berpendar, body goal menakjubkan sekalipun usia tidak lagi muda. Ia rajin olah raga.


Berkepala empat lebih, ia masih sendiri dan belum menikah. Seluruh hidupnya dijalani bersama ibunya dan ibunya sudah meninggal dunia.  Sebut saja namanya Ayis masih gadis dan tidak punya teman. 

"Ingat, Sayang. Di dunia ini tidak ada yang benar-benar mencintaimu kecuali Mama. Bahkan Papamu pergi meninggalkan kita demi wanita lain."

Kata ibunya membawa ingatannya saat sekolah hingga lulus kuliah. Kalimat sama sampai Ayis hafal.

Ayis setiap ada teman pria mendekati, ibunya selalu berkata sama. Seolah menjadi dinding penghalang dan mengurung dalam penjara. 

Hasilnya, setiap teman pria mendekat berakhir kabur, tidak sanggup dengan sikapnya suka marah-marah dan overprotektif. Ayis merasa tidak percaya dengan cinta.


Ada Cinta Pertama dan Terakhir 




Ayis bisa hidup sendiri, sudah terbiasa mandiri. Hingga suatu hari ia mengenal seorang pria. Mereka bertemu tidak sengaja dalam suatu komunitas literasi. 

Igan seorang arsitek desain  interior, muda tampan dan mapan yang punya hoby menulis. Setahun kemudian hubungan semakin dekat. 

Igan sering mengirimi prosa romantis dan Ayis membalas dengan manis. Joke-joke kiriman Igan selalu bisa membuatnya tertawa lepas. Hingga segalanya menjadi indah fatamargana.....


Ayis memeluk Igan dengan keras sambil berbisik, "Sayang aku sangat cinta padamu. Jangan tinggalkan aku. Terima kasih sayang sudah pernah ada dalam hidupku."


Igan  tidak ingin istirahat berlama-lama. Segera merobohkan Ayis, lalu dengan perlahan menciumi dari kening, ke bawah, ke bawah dan terus ke bawah.


Deru nafas Ayis  kembali terdengar disertai rintihan panjang begitu mencecap manisnya madu bunga mawar yang belum pernah terjamah oleh kumbang manapun juga.


Cairan madu  bunga mawar ditambah dengan embun bening rasa sayang membuat segalanya hangat dan basah. Sebentuk permainan menari-nari inti bunga beriringan pendakian gunung-gunung menjulang. Begitu indah lagi memabukkan. 


Tangan Ayis kembali mengacak- acak rambut Igan dan sesekali kukunya  yang tidak terlalu panjang menancap di kepala pria rupawan itu.  Ngilu tapi nikmat rasanya.


Kepala Ayis  terangkat lalu terbanting kembali ke atas bantal menahan gejolak  yang amat sangat. Perutnya  terlihat naik turun dengan cepat, sementara kedua kakinya  memeluk dengan kuat. Beberapa saat kemudian, ditariknya kepala Igan, kemudian dicium dengan gemas.


Igan metatap matanya  yang galak dalam-dalam sambil meminta ijin dalam hati untuk menyelesaikan apa dimulai.  Tanpa kata, tetapi sampai juga rupanya. Sambil tersenyum sangat manis, Ayis mengangukan kepalanya.


Perlahan, menyesuaikan arah terarah, gesek-gesek sedikit kemudian tenggelam perlahan. Tidak ada lagi kesedihan, tidak ada lagi cinta, tidak ada lagi ketakutan adanya hanya kosong melenakan. 

Seakan meledak, Ayis merintih keras  dan tersebab mungkin kesakitan, peluk erat tidak ingin lepas. Igan melihat ada air mata meleleh di sudut mata Ayis nan jelita. Mereka semakin dekat hingga bergaul rapat tidak bisa terhindarkan. 

Saat itu usianya dua puluh delapan  tahun, Ayis  merasa sebagai wanita seutuhnya. Sayangnya hubungan itu dibangun oleh keadaan tidak tepat waktu. Igan pria berpunya. 

"Semua pria itu sama, brengsek. Tidak dapat dipercaya. Kata-kata manisnya hanya rayuan buaya."

Runtuk batin Ayis dalam hati dan ibunya seperti biasa memperingatkan agar tidak gegabah, mengatakan banyak hal tidak menyenangkan. 

Ayis bukannya mempejuangan cintanya, ia justru memilih emosi dan seperti biasa marah-marah tidak jelas.

Rasa awalnya kuat, pelan-pelan meranggas dan pertengkaran membuat Igan pergi bak ditelan bumi, lenyap. 

Demikian itu mungkin adalah episode terbaik dalam hidupnya. Bisa merasakan cinta, sakit hati, cemburu, rindu dan semua rasa jadi satu. 

"Rasanya semua itu baru saja terjadi kemarin...," pikir Ayis


Senja mulai tenggelam di atas bumi Sivijaya, Jembatan Merah mulai dihiasi lampu-lampu kota. Sementara itu Ayis terbangun dari ingatan panjangnya, menarik tirai dan menyalakan lampu.

Lampu gantung menerangi ruangan dengan dua tempat tidur di kedua sisinya, sebuah meja bundar di dekat jendela dan dua kursi di sampingnya. Interiornya tidak kaya, furniturnya sudah tua, tapi bersih dan terawat. 

Ayis duduk di meja dan menatap foto dengan sudut berkabung, berdiri sendirian di atas meja.

"Ma..., Bagaimana aku bisa terus hidup?" Ayis berbisik lirih nyaris tidak terdengar. 

Ia menghela nafas sedih dan meletakkan kepalanya di tangan.  Sebening tirta diam-diam mengalir membasahi pipinya. 


Sepekan  hari telah berlalu. Ayis  kembali ke rumah setelah membeli bunga  dengan segala kenangan, menulis cerita seperti yang dilakukan Igan dulu saat bersama. 


Ia  meletakkan buket itu di vas kristal biru muda terbaik milik ibunya yang belum pernah mereka gunakan sebelumnya, mengatur meja untuk dua orang dengan layanan berkelas Suit.

Ia membongkar tempat tidurnya dan memakai seprai baru. Di atas dia meletakkan seprai satin yang baru, cantik dan sedikit klasik.  Seseorang untuk mengurusnya sekarang.


Ayis pergi ke kamar mandi, mengenakan pakaian dalam baru yang bersih dan gaun terbaiknya. Menyisir rambutnya dan duduk didepan  meja.


Ia menuangkan segelas teh hangat dan melamunkan ...  Ayis duduk lama dengan gelas yang kosong. 

Ia berjalan ke tempat tidur ibunya dan membuka nakas. Ayis  mengeluarkan pil tidur ibunya, ragu sejenak dan dengan tegas mulai menelan pil sampai dia menelan semuanya. Sekali lagi dia pergi ke meja, mengisi gelas dan mengosongkannya dalam sekali teguk.


Setelah itu, setelah menggantungkan kembali cermin besar di lorong dengan seprai yang telah dilepas dan beberapa hari yang lalu, dia kembali ke kamar dan berbaring di tempat tidurnya....

Tubuh Ayis  ditemukan  12 hari kemudian, ketika bau manis dan manis dari daging yang membusuk sudah menyeruak keudara dan menimbulkan resah warga.

Cerita  ini diangkat dari kisah nyata dengan diubah menjadi fiksi untuk menghindari segala perdebatan. 

The And


Sebuah Kesepian yang Mencekam 




Taukah kamu apa paling horor dari kehidupan? Adalah saat dicekam kesendirian tanpa tau harus berbuat apa. 

Kasih sayang terkadang menjadi pisau pembunuh logika keawarasan. Trauma berkepanjangan menjadi penjara seram dan sempit dalam pikiran. 

Mereka bilang ditemukan mengakhiri hidupnya sendiri, padahal sebenarnya dibunuh oleh kasih sayang berlebihan dan cinta buta.

Rasa sakit tidak bisa dihindari, tersebab bagaimanapun tidak mungkin ada cinta tanpa benci. Tidak mungkin ada cahaya tanpa bayangan. 

Salah siapa, dosa siapa tidak perlu bertanya melainkan tanyakanlah bagaimana menerima hidup ini secara penuh dan utuh agar lebih bermakna. 

Selamat membaca dan terimakasih. 

Post a Comment for "Cerita Pedih : Apakah Tidak Ada Cinta Lagi untukku? "