Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Hati yang Kecewa, Episode 4, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa?

Kenapa Selalu Wanita yang Tersakiti? Kecewa, Bagian 4, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa?


Novel Cinta Terlarang- Berikan saja pelukan hangat itu pada istrimu jika tidak bisa kamu berikan kepadaku. Sakit. Ia menangis sejadi-jadinya dalam hati yang terluka. 


Betapa menyakitkan, dihancurkan secara perlahan, Alena mengira Urya beneran sayang, bisa menjadi imam yang baik untuk para makmumnya. Ternyata hanya manis dibibir saja. 

Bernarkah berbagi indah, lantas jika berbagi rasa? Itu sangat menyakitkan. Tidak percaya? Coba saja sendiri.

Rela melepaskan seseorang tercinta dengan  keyakinan, dari pada sakit hati lebih baik memilih bahagia.  Benarkah begitu? Adalah yang mengetahui bahwa cinta itu tidak mungkin segala sesuatunya ada dalam kehidupan laki-laki.


Alena kini hanya bisa membayangkan, membaca aksara yang terangkai penuh makna tanpa sanggup menyapa dan hanya bisa mengenangnya dalam duka.


Urya telah pergi, tanpa peduli tentang perasaannya. Ia pergi dengan keangkuhan, tinggalkan kenangan yang hanya akan rapuh ditelan waktu dan sisa-sisa luka itu menyayat jiwa.


Haruskah air mata Alena mengalir setiap waktu karena merindukan Urya? Demikian rasa begitu dalam dan sulit dijelaskan dengan kata-kata. Haruskah nyawa terpisah dari raga karena rindu ? Mungkin itu semua telah menjadi suratan takdir.





Terbuang di Tepi Jalan 


Tepat setelah Urya pulang ke jawa, ada sesuatu yang membuat hati Alena sakit yaitu mengetahui Eva bersamanya lagi. Sebagai wanita kedua, tentu ia tau akan kenyataan itu. Tetap saja yang namanya makhluk betina jiwanya menjerit, perih tiada terkira.


Goen sudah diputus seperti permintaan Urya. Menjadi wanita yang sudah gersang dipandang hina bak bunga di tepi jalan, hidupnya seolah tiada arti.


"Merasa sepi dalam keramaian itu sakit, Dek." Sebuah kata tanpa penyesalan dari Urya lewat percakapan smartphone.


"Kan ada Mbak Va yang menemani, Kak Urya."


Sekuat hati mencoba bertahan dengan rasa sakit  perih. Nyesek. Istrinya kembali lagi dalam pelukan Urya, itu kenyataan yang tidak bisa Alena terima.


"Ya Kakak tau, tapi... Hanya kamu hatiku, Na."

Bedebah Urya mencoba meyakinkan hati Alena yang kesepian. Apa isi otaknya? Mudah berbicara tanpa perasaan.


"Lantas, Mbak Va?"

Mata Alena berkabut. Bungkahan besar seolah merengsek memenuhi dadanya. Susah bernafas.


"Dia adalah jiwaku."
"Dengar! Aku bukan wanita bodoh, tau?"

Jatuh ketiban tangga, Alena merasa remuk, dadanya sakit. Tentu saja ia bukan wanita bodoh. Menurut Urya hanya Alena hatinya dan Eva jiwanya. Stupid akut. Bagaimana bisa ada ya laki-laki seperti itu?


"Udahlah. Semoga Kakak bahagia bersama Mbak Va."

"Dek. Tolong dong ngeriin, Kakak."

"Wegah! Ora Urus!" Geram, Alena sekita menghentikan pembicaraan lewat telephone.


Urya begitu mudah bicara seperti itu, lantas Alena itu apa? Sayub-sayub hati Alena bicara sendiri.....



Taukah kamu apa yang paling menyiksaku? Adalah saat semalaman penuh menangis memikirkan suami orang itu menyakitkan, Jendral.


Bodoh, bodoh, bodoh !!!


Kenapa aku masih saja ingin dalam pelukan Kak Urya? Stupid full, entahlah.

Perasaan apa ini? Aku bisa gila jika seperti ini terus. Sihir hipnotis cintanya telah mempora-porandakan akal waras dalam minda.


Kesunyian dalam malam, aku duduk terdiam termangu menatap sepi langit yang enggan berbicara. Entah mengapa ia diam membisu seribu bahasa, apakah ia juga tau akan kesedihanku?


Luka yang selama ini aku pendam, sakitnya makin mendalam. Sakitnya tidak tertahan lagi, memakan jantung mengunyah hati, tersayat-sayat sembilu tersiram garam. Ia kini pergi bersama semua kenangan.


Jauh....


Jauh dan semakin jauh meninggalkanku sendiri di sini bersama luka dalam hati. Runtuknya dalam hati terdalam. 


Menjadi Bunga Liar Semak Belukar 


Perlahan bulir-bulir bening bercucuran membasahi pipi, membentuk pulau keterasingan seperti hidup Alena yang tercampakan. Hari berikutnya, para cowok ditempat Alena bekerja mulai mendekat, mereka tau wanita itu tengah kesepian.


"Kamu baik-baik saja, Na?" Melemparkan senyum lesung pipi termanis, Goen pagi itu mencoba menyapa.


"Baik." Alena hanya menjawab dengan teramat malas.
"Hidup sudah susah tak usah di buat susah." Goen mulai melancarkan siasaatnya.
"Emm... Begitu?"
"Makan yuk, Na," ajak Goen mencoba mengalihkan pembicaraan.


Alena hanya mengiyakan dengan anggukan kecil. Setelahnya pembicaraan pun mulai mengalir hangat diantara mereka. Goen hari itu menyatakan perasaan pada Alena.


Seperti mendapatkan angin segar, Alena ingin membalas perlakuan Urya dengan menunjukan telah jadian dengan cowok lain.


Sungguhpun kenyataan masih banyak laki-laki yang mau mencintai Alena, sebenarnya dalam hati hanya ada Urya. Cintanya pada Goen tidak lebih hanya pelampiasan saja. Itung-itung isi slot mumpung kosong sebelum di boking nanti ke pelaminan.


"Masih memikirkan Urya?"
"Emm... Iyah."


Bibir Alena menjawabnya dengan jujur dari hati terdalam. Masih dengan bodohnya memikirkan Urya yang sok keren, songong dan sombong tingkat dewa.


"Ingat hubungan kita belum serius walaupun aku sudah menerimamu," lanjutnya seraya memutar-mutar gadget.

"Maaf. Cuma canda, Say." Goen mengendorkan suara rayuanya.

Semua laki-laki sama saja. Modus wedus. Buaya darat. Itu yang ada dalam pikiran wanita bertubuh seroja bergoyang.


Aneh ya? Buaya itu hewan yang setia namun buaya darat itu pria brengsek. Ah tidak nyambung ya biarin saja kenyataanya semua orang berkata seperti itu.


Goen ganteng dan gagah, kulit bersih wajah terawat dan ia termasuk lelaki yang maliter. Sangat peduli dengan penampilan hanya saja Alena tau kalau dia itu playboy cap kadal bukan cap cicak.


Jika bukan untuk membuat Urya cemburu, jelas Alena tidak sudi berpacaran denganya.


Waktu terus berlalu,  hubungan mereka semakin dekat, Goen memberi perhatian lebih pada Alena dan untuk sejenak Urya bisa terlupakan. Kebetulan hari itu libur kerja, mereka memutuskan  mencari hiburan datang ke pasar malam.


Raga Alena memang bersama Goen, sementara hatinya tidak. Harusnya wanita itu bersyukur ia masih sendiri dan tidak ada masalah jika menjalin cinta dengan Goen.
Anehnya, hanya senyum jelek Urya menghiasi visual isi dalam otak Alena. Berbagai cara ia lakukan untuk menepis perasaan terlarang itu.


"Ijinkan aku membahagiakanmu, Na."
"Makasih." Alena bersandar di bahunya.


Goen membelai rambut Alena dengan jemarinya mesra. Meski tidak selembut belaian Urya, ia berusaha menikmati jemari yang tidak sama, biarlah menari asal bisa menghibur hati, tidak apa, mungkin lain waktu cinta bisa tumbuh.


Zian  diam-diam mengawasi dan melihat kemesraan Alena dengan Goen, ternyata menaruh benci. Ia memberitaukan hubungan mereka pada bedebah Urya.

Harus Memilih Siapa? 



Sebuah pesan masuk dari Kak Urya :

"Kamu lagi pacaran sama Goen ya?"
"Emang kenapa? Bukankah Kak Urya udah tau? Waktu nerima Goen kan udah dapat ijin Kakak."


Tut tut tut.


"Iya tapi katamu cuma hiburan saja"
"Ya memang benar, lagian kita gak ngapa-ngapain kok."


Tut tut tut.


"Ingat janjimu. Siapa yang boleh mencium bibirmu hanya suamimu dan itu hanya aku. Urya."
"Emang Kakak suamiku? Ye ... aneh."


Sungguh Alena berharap hanya Uryalah pasangan hidupnya hingga maut menjemput.

Tut tut tut.

"Putuskan Goen malam ini juga. Jika masih ingin bersamaku. Ingat janji kita!"
"Kak Urya enak di situ. Bisa tidur bersama Mbak Va. Lantas aku di sini?"


Tut tut tut.


"Walaupun aku di sini bersamanya, tapi hatiku untukmu, Na."
"Ah ... Aku gak butuh hati. Aku butuh Kak Urya bersamaku."


Tut tut tut


"Ya udah kita nikah siri aja. Adek 'kan tau untuk bisa nikah resmi harus mendapat ijin Eva atau aku bercerai dengannya. Pilih aku atau Goen?"


"Ya... Aku akan putus dengan Goen."

Pada akhirnya cinta Urya yang menang.

Karena cinta seperti memberi mahkota maka, demikian ia akan menjadi beban takdir demi pertumbuhan dan demi pemangkasan seperti halnya dia membumbung mengecup puncak-puncak ketinggian lembutnya cinta yang bergetar dalam cahaya bulan purnama.

Demikian akan menghuncam pada dasar akar jiwa kemudian menggoncangnya dari ikatan sukma. Tanpa sadar detik jam terus berjalan tanpa bertanya. Malam semakin larut.


"Pulang yuk, Goen."
"Sebentar .... Aku mau ngomong penting ama kamu, Na."
"Apa?"
" I want to kiss you, please."
"No."


Kepalang basah, betapa malu lelaki ditolak wanita. Harga dirinya seperti direndakan. Goen ingin mencium Alena dengan paksa sebagai balasan.


Benar seperti  Alena pikirkan. Dasar laki-laki otak mesvm, hanya nasfsu saja. Tidak bisa melihat wanita cantik dan seksi. Jangankan wanita, kucing dibedakin aja kalau lewat pasti diembat.


Plakkk Plakk Plakk


Tamparan tangan Alena mendarat di wajah Goen begitu saja. Angin malam seharusnya dingin justru memanas. Goen hatinya terbakar penghinaan. 


"Kamu gak usah munafik, Na!" 

Goen marah, mata merah seakan menyala dan siap membakar segalanya. 

"Kita putus."
"OK, kita putus. Siapa juga mau dengan wanita sepertimu? Sama laki-laki beristri aja mau. Sama yang single menolak, dasar wanita rendahan!"


Kalimat meluncur dari bibir Goen bagaikan petir menyambar lalu membakar tubuh Alena  hancur berkeping-keping. Bagaimana tidak? Mungkin benar apa yang di katakannya.

Sementara cinta Alena pada Urya itu murni dari hati. Wanita mana  tidak sakit hati direndahkan seperti itu?

Alena pulang ke rumah membawa  sakit di hati, mengangah panas membakar relung-relung jiwa. Sakitnya tiada terkira. Air mata sudah tidak terbendung lagi. Tumpah.


Semua laki-laki sama saja, tidak dapat dipercaya. Aku memang wanita apaan? Sungguh ini penghinaan yang tidak akan termaafkan.
Inikah harga  harus aku  bayar untuk mendapatkan cintamu Kak Urya? Sial.
Apapun yang terjadi kak Urya harus menjadi suamiku. Titik.

Persetan dengan kata orang. Mau di bilang apa saja tersarah. Cinta yang tumbuh dari orang-orang yang membenci, inikah cinta deritanya tiada akhir? Indah bunga di taman saat mekar setiap mata memandang memujinya namun saat gugur, siapa yang tau? Jawab. Runtuknya dalam hati. 


Rasa sakit pinghinaan dan pengkhianatan membetas hati Alena. Sesungguhnya ia  sudah tidak mampu mengendalikan diri lagi. Apa yang akan terjadi?

Daftar Isi Novel 


Selengkapnya Episode 1- 50   

INDEK LINK DISINI

Post a Comment for "Hati yang Kecewa, Episode 4, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa?"