Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Sunrise dan Sunset di Ende, Bagian 6 , Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa?

Baca Novel Online Cinta Terlarang yang Bikin Baper 



Novel Cinta Terlarang- Menghela nafas pelan, Alena metatap  mata  Urya di dalam mobil. Saling bercumbu-rayu dalam rangka berbulan madu di flores tanpa sepengtahuan Eva yang mungkin sedang risau di rumah dengan mimpi-mimpi pertanda anehnya.


Sunrise dan Sunset di Ende 


Setiba di Flores, Alena dan Urya juga berskesempatan mengunjungi Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada. Sebuah kota  sangat cantik yang indah seindah bulan madu. Kota ini yang dikelilingi bukit dan pegunungan, membuatnya seolah dalam sebuah mangkuk.

Mangkuk cawan suci Alena  siap menerima cairan cinta dari  Urya yang saat ini sedang dimabuk asmara   melintasi sembilan samudra.

"Maafkan aku,  Mbak Va?  Kak Urya hari ini adalah milikku."

Menurut cerita setempat Bajawa berasal dari kata 'ba' yang arinya mangkuk dan Jawa konon diambil dari salah satu pulau jawa. Alkisah pada zaman majapahit banyak orang jawa yang berhijrah pada pulau ini.



Apakah Urya  hatinya benar-benar hijrah pada Alena? Ataukah ia  hanya tempat liburan cintanya saja? Sebagi istri simpanan, tentu pertanyaan itu selalu muncul dalam minda Alena. Berkeliling kota Bajawa menemukan rumah-rumah dengan atap berbentuk limasan, khas rumah adat Jawa. Beberapa terlihat persis seperti atap rumah joglo.


Kampung adat dareah ini berbeda dengan yang mereka  temui kemaren di Ruteng. Jika di Ruteng kampung berbentuk melingkar mengelilingi makam para leluhur di Ngada bentuk kampungnya memanjang saling berhadapan.

Penginapan di Ngada Bajawa


Hari itu mereka memutuskan untuk mencari penginapan di Ngada Bajawa. Setelah mendapatkan hotel yang sesuai,  memutuskan menginap di sana.

Baru saja masuk kamar hotel,  Urya langsung mengunci pintu dan siap tempur mengisi mangkuk suci.



"Kak ... Mandi dulu," rengek pinta Alena manja.

Urya tersenyum, sorot matanya berbinar, menatap mengancam sekaligus meneduhkan. Ia mendekat, mendorong perlahan Alena sehingga rebah di atas kasur, sementara kakinya menjuntai di pinggir dipan. 

Degub jantung berdebar kencang, berantakan memompa darah memenuhi minda. Bibir mungil begitu ranum seperti magnet menarik lumatan-pagutan saat lidah menari salsa, jelijih menyatu, legit dan nikmat.

Sementara itu jemari lentik Alena mulai mencari-cari melepaskan satu persatu kancing baju yang mengganggu sebelum akhirnya ditangkap oleh tangan Urya  ....

"Sabar ini ujian!" goda Urya tersenyum puas. Ia membopong Alena masuk ke kamar mandi. Menyalakan kran air berbasah-basah dalam desah. 

Betapa malunya, itu  pertama kali dalam hidup Alena mandi bersama seorang lelaki, semua mengalir seperti air shower kamar mandi, jatuh ke lantai tidak bisa di hentikan. 

"Kaaaaaaak ....." Alena menjerit manja. Urya terhenyak kaget mendengar jeritannya, kalu menyumpal bibir itu dengan sesuatu yang menakjubkan, kuat dan tahan lama. Hanya terdengar emmemmm emm emmm emm emmm emm emmm emm emmm emm emmm emm suara tidak jelas. 


Karena tidak terkendali, memang sudah panas 'pertempuran' itupun tidak bisa dihindari lagi. Berkali-kali menghunjam, menguras tenaga. 

Bukan hanya di dalam kamar mandi, setiap sudut ruangan menjadi penonton tarian perdaiman, berantakan, ruwet-awutan sekaligus bergetar dalam debar.  Bahkan sekedar untuk bagun dari kamar saja, rasanya mereka tidak berdaya. Urya benar-benar membuatnya menggelepar, kelonjotan tepar.


Sekarang Alena  mengerti seharusnya  Eva berterimakasih  karena tugasnya di pikul berdua. Bukankah itu lebih ringan? Seharusnya.

Pertempuran itu terus berlanjut seolah tidak ada letih,  semangat juang untuk mendapatkan malaikat kecil bergitu berapi-api. Depan - belakang - merangkak hinga berdiri dan menari-nari gemulai Urya benar-benar mengajari Alena  berbagai gaya seni bercinta yang luar biasa.

Tidak usah menunggu bertahun-tahun atau berbulan-bulan hanya sekejap saja Alena  bisa mengimbagi. Iya benar,  gelar sarjana kamasutra  Alena  dapatkan.

"Dek kamu hebat, bunga mawarmu begitu nikmat."
"Ya iyalah bunga mawar siapa dulu?"
"Makasih ya sayangku!"
"Iya. Tapi ...."

"Tapi apa, Dek?" tanya Urya miring.
"Bunga mawar siapa yang lebih indah, punyaku atau punya Mbak Va?"

Seketika Uya terhenyak dan hanya diam seribu bahasa. Sebuah keheningan tercipta membakar kerongkongan hingga ... tanpa kata ia langsung memboyongnya   dengan cepat dan ....

Urya menyeka air mata Alena yang mendongak menatapnya dengan detak jantung sudah tidak beraturan. Betapa terkejutanya, apa ia sedang mimpi? Perih dalam dada sebagai wanita simpanan, seketika lenyap begitu saja saat dalam pelukan hangat lelaki berhidung bangir itu.  Lagi dan lagi, tentu saja Alena tidak bisa menolak dan  hari itu dunia benar-benar milik mereka berdua, sisanya numpang.



"Selamanya kamu jiwaku, Alena!"

Suara lirih mesra terdengar samar-samar, perlahan membuka mata dengan mengernyitkan kening terlihat sesuatu yang sangat asing dan tidak seperti biasanya.

Apa yang sebenarnya terjadi? Alena yakin itu  bukan mimpi. Ia lupa jika sekarang gadis sudah tidak perawan. Terserah dunia berkata apa? Alena  istrinya Urya, begitu juga dengan Eva.

"Selamat pagi! Hari udah siang, Dek. Mandi dulu sana, gih!"

"Gendong!" pintanya mencebik manja.
"Emm ...."

Lagi dan lagi Urya mengangkat tubuh mama muda  dan membawa masuk ke kamar mandi. Alena  yang tadinya malas bangun, kini lebih bersemangat dan bergairah untuk menyambut hari yang lebih cerah.


Menikmati Sunrise dan Sunset di Ende 





Oleh karena bersama Urya,  Alena bahagia. Hanya Urya yang paling mengerti tentangnya,  satu kemauan yang sangat sederhana. Tidak ingin berpisah hingga di ujung senja.



Singgasana terus terbangun dari rindu dalam hati yang tidak kunjung usai. Setelah di Bajawa, mereka  mengendarai mobil ke arah timur selama 4 jam dan akhirnya tiba di Ende.

Kota ini cukup bersejarah, pasalnya kota itu adalah tempat Presiden Seokarno pernah diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1938. Rumah sederhana yang dulu pernah ditinggali oleh Presiden Soekarno hingga kini masih berdiri tegak, di Jl Perwira Kota Ende.

"Apa Kakak akan menikahiku secara hukum negara?"


Urya menghela napas, bibirnya mengunci, seperti ada sesuatu tersembunyi dalam hatinya. Ia menatapnya miring, kemudian melempar kecupan hangat dikening Alena bertubi-tubi.

"Adek tanggung jawabku," katanya sembari membelai mesra pucuk rambut.

Tidak ada ketergasan, Alena  hanya memandangi Kota Ende  berbentuk tanjung yang menjorok ke arah Laut Sawu selatan Flores  lewat jendela mobil.

 Urya segera menghentikan mobilnya, Alena  kemudian ke luar untuk menghirup udara segar.



Keindahan dua pantai di sisi timur dan barat membuat Alena dan Urya bisa menikmati Sunset dan Sunrise selama di Ende.

Begitulah sunrise dan sunset sama-sama menikmati keindahan dari peralihan terang dan gelap. Seperti cintanya  pada Urya hari itu begitu cerah, sedangkan kegelapan siap menyambut di depan sana atau sebaliknya, hari ini hubungan mereka  gelap, akankah ada hari yang cerah di masa depan? Pada akhirnya sisakan jawaban, entahlah. 

Next

Daftar Isi Novel Cinta Terlarang 


Selengkapnya Part 1- 50 :   INDEK LINK DISINI

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia 

Post a Comment for "Sunrise dan Sunset di Ende, Bagian 6 , Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? "