Pergi Kau ke Neraka, Bagian 12, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa?
Baca Novel Online Cinta Terlarang yang Bikin Baper
Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 12, Pergi Kau ke Neraka
Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 12, Pergi Kau ke Neraka
Betapa menyakitkan saat kesetiaan cinta dikhianati? Remuk, kata sakit bahkan tidak mampu mengungkapkannya. Bagai dihantam godam, hancur berkeping-kepingin.
Tertangkap Basah Saat Bersama Istri Muda
Bercucuran air mata menyimbahi hati yang terbakar lantaran mengetahui suami tercinta selingkuh.
"Ini siapa, Urya?"
"Ini siapa, Urya?"
Eva menunjukan foto pada gadget milik suaminya itu. Jelas disana terlihat Alena sedang bercumbu mesra dengan Urya suami yang ia sangat percayai selama ini.
Seketika gadget melayang terbang menghantam dinding-dinding bisu tidak bersalah. Hancur berkeping beribu luluh- lantah seperti hati Eva yang terbakar amarah cemburu. Sakit.
Wanita bisa hidup dan setia kepada lelaki dalam keadaan apapun. Baik dalam miskin maupun kaya, tidak peduli saat susah sekalipun. Tapi jika suaminya menikah lagi siapa yang sanggup? Eva menggigil, tangan Urya dengan keras digigitnya seperti anjing gila kesurupan. Gila karena cintanya telah terkoyak-terserak sesakan dada.
"Sakit Va!!" teriak Urya dengan mendorong Eva agar terlepas dari gigitannya.
"Kamu sudah gila?"
"Gila katamu? Ya gila gara-gara kamu!" teriak Eva gemelegar histeris dengan menjambak rambutnya sendiri.
Menangis histeris guling-guling layaknya anak kecil yang marah karena minta sesuatu tidak dikabulkan. Tidak, ia lebih parah dari itu ...
Urya meringis kesakitan, gemetar wajah pucat-pasi. Bukan itu yang iya takutkan, ia tidak tau harus berbuat apa? Rahasia yang selama ini tersimpan rapi telah terkuak tidak terbendung lagi.
"Katakan siapa dia? Jawab Urya!"
"Ya dia juga isrtiku sama sepertimu."
"Wanita mana yang mau dimadu? Ba ng* sat kamu Urya."
Urya meringis kesakitan, gemetar wajah pucat-pasi. Bukan itu yang iya takutkan, ia tidak tau harus berbuat apa? Rahasia yang selama ini tersimpan rapi telah terkuak tidak terbendung lagi.
"Katakan siapa dia? Jawab Urya!"
"Ya dia juga isrtiku sama sepertimu."
"Wanita mana yang mau dimadu? Ba ng* sat kamu Urya."
Eva semakin memuncak amarahnya. Meledak dahsyat, lebih dahsyat dari pada letusan gunung merapi. Api yang membakar hatinya, membrangus semua kesabarannya.
Remuk hancur, sehancur rumah tangganya yang telah lama dibangunya selama bertahun-tahun.
"Kenapa kamu marah,Va? Bukankah agama kita mengijinkan laki-laki menikah lagi?"
"Ya aku tau, bukankah aku sudah bilang dari awal kita menikah bahwa aku tidak mau dimadu!" Tantang Eva dengan tatapan mata menghuncam.
"Apa aku salah jika ingin punya anak, Va?"
Sebuah tanya melesat begitu saja dari mulut Urya tanpa merasa dosa. Panah itu menusuk hati Eva dengan racun mengkoyak jiwa terlunta.
Rumah Tangga Kapal Pecah
Urya tau bahwa kebahagiaan seorang wanita adalah bisa memiliki keterunan. Namun saat wanita itu mandul? Hatinya begitu tipis dan mudah pecah. Istri mana yang tidak ingin hamil? Hanya mereka yang bodoh saja.
Lima tahun bahtera dibangun dengan perjuangan dan air mata kini diujung jurang. Kini mereka terjerembab dalam jurang kehancuran yang tidak bisa dihindari lagi.
Menyakitkan bila cinta dibalas dengan dusta sungguh menyakitkan. Lebih baik mati dari pada hidup menanggung beban yang begitu berat. Andaikan kematian bunuh diri bukanlah sebuah dosa tentu Eva akan memilih mati.
Mati? Tidak!! Terlalu mudah untuk Urya bisa hidup bahagia dengan wanita lain. Sementara cinta Eva menjadi dendam yang membara membakar keyakinanya. Kenapa Tuhan tidak membuat 'Anunya' Urya bengkak? Ini tidak adil.
Adakah di dunia ini yang adil? Tidak. Lalu apakah wanita tercipta hanya untuk disakiti?
"Ban g *sat kamu Urya!" Eva sudah tidak bisa terkendali lagi, mengamuk sejadi-jadinya.
***
Jam didinding masih berputar seperti biasa. Dentingan jarum jam yang berputar perlahan membuat mengantuk mendengarnya. Menunggu adalah hal yang membuat Alena resah dan tidak menentu.
Alena mencoba mengabaikan denting jam dengan memutar mp3 pada ponselnya. Alunan suara lembut Gama mengalun mengisi ruang kosong di otak, lagu 1 atau 2 menemaninya menunggu tetepon dari Urya.
Bukannya terjaga, Alena justru semakin larut dalam lirik lagu gama tersebut hingga di ambang alam mimpi sebelum suara dering ponsel membangunkannya.
Ternyata orang lain. Tertera nama Kima ( Kasih Lama alias mantan) memanggil, itu adalah julukan yang mengganti nama aslinya Dion. Entah ada perasaan marah dan senang yang menyelimuti kepala Alena akan panggilan telepon itu dan setelah dua panggilan tidak terjawab sebelum akhirnya ....
"Halo," suara diseberang mengawali pembicaraan
"Iya kenapa?" Sebuah jawaban dari Alena datar
"Gimana nih kabarnya?"
"Baik ..." Alena kemudian diam dan menyambung "kamu gimana?"
"Aku baik juga, sibuk apaan ni?"
"Nggak ada."
"Ohh ..." dia terdiam hingga beberapa detik
"Kamu masih kerja?" Imbuhnya membelah waktu
"Hemm ..." ucap Alena singkat dengan nada terpaksa
"Ya udah, kamu istirahat yah. Met sore."
Dion mengakhiri pembicaraan dan dengan segera Alena menutup ponsel sebelum sempat membalas ucapan salam.
"Menjengkelkan, mengapa aku mengangkat telepon dari Dion?" gerutu Alena dalam hati.
Alena adalah hatinya untuk Urya dan Eva adalah jiwanya. Tanpanya hati mati sedang tanpa jiwa juga mati, bagaimana Urya bisa menjelaskan pada Eva? Sedangkan saat ini istrinya membencinya. Oh itukah neraka namanya?
"Oh Tuhan ... aku hanya ingin keturunan bukan siksaan batin seperti ini. Apa aku tidak boleh memiliki malaikat kecil? Kenapa selalu lelaki yang salah?"
Bagaimana mungkin Urya bisa meninggalkan Eva? Sudah terlalu banyak kenangan indah dan susah-payah yang telah mereka lewati bersama.
Bukankah jumlah wanita itu lebih banyak dari pada laki-laki?
Lima tahun bahtera dibangun dengan perjuangan dan air mata kini diujung jurang. Kini mereka terjerembab dalam jurang kehancuran yang tidak bisa dihindari lagi.
Menyakitkan bila cinta dibalas dengan dusta sungguh menyakitkan. Lebih baik mati dari pada hidup menanggung beban yang begitu berat. Andaikan kematian bunuh diri bukanlah sebuah dosa tentu Eva akan memilih mati.
Mati? Tidak!! Terlalu mudah untuk Urya bisa hidup bahagia dengan wanita lain. Sementara cinta Eva menjadi dendam yang membara membakar keyakinanya. Kenapa Tuhan tidak membuat 'Anunya' Urya bengkak? Ini tidak adil.
Adakah di dunia ini yang adil? Tidak. Lalu apakah wanita tercipta hanya untuk disakiti?
"Ban g *sat kamu Urya!" Eva sudah tidak bisa terkendali lagi, mengamuk sejadi-jadinya.
***
Jam didinding masih berputar seperti biasa. Dentingan jarum jam yang berputar perlahan membuat mengantuk mendengarnya. Menunggu adalah hal yang membuat Alena resah dan tidak menentu.
Alena mencoba mengabaikan denting jam dengan memutar mp3 pada ponselnya. Alunan suara lembut Gama mengalun mengisi ruang kosong di otak, lagu 1 atau 2 menemaninya menunggu tetepon dari Urya.
Bukannya terjaga, Alena justru semakin larut dalam lirik lagu gama tersebut hingga di ambang alam mimpi sebelum suara dering ponsel membangunkannya.
Ternyata orang lain. Tertera nama Kima ( Kasih Lama alias mantan) memanggil, itu adalah julukan yang mengganti nama aslinya Dion. Entah ada perasaan marah dan senang yang menyelimuti kepala Alena akan panggilan telepon itu dan setelah dua panggilan tidak terjawab sebelum akhirnya ....
"Halo," suara diseberang mengawali pembicaraan
"Iya kenapa?" Sebuah jawaban dari Alena datar
"Gimana nih kabarnya?"
"Baik ..." Alena kemudian diam dan menyambung "kamu gimana?"
"Aku baik juga, sibuk apaan ni?"
"Nggak ada."
"Ohh ..." dia terdiam hingga beberapa detik
"Kamu masih kerja?" Imbuhnya membelah waktu
"Hemm ..." ucap Alena singkat dengan nada terpaksa
"Ya udah, kamu istirahat yah. Met sore."
Dion mengakhiri pembicaraan dan dengan segera Alena menutup ponsel sebelum sempat membalas ucapan salam.
"Menjengkelkan, mengapa aku mengangkat telepon dari Dion?" gerutu Alena dalam hati.
Lama tidak ada komunikasi setelah mereka putus. Padahal Alena sangat berharap yang menelepon adalah Urya bukan Dion. Alena merasa menyesal mengangkat telepon tersebut.
Termangu menatap awan di bibir pantai, senja setelah pulang kerja. Entah mengapa hati Alena resah tidak terkendali, sepertinya ada sesuatu terjadi pada Urya. Meski mereka telah bergaul rapat, kenyataannya secara hukum Negara belumlah diakui, cinta Urya dan Alena sudah tidak bisa di bantah lagi.
Kenangan indah bulan madu di Flores satu bulan yang lalu masih tergambar jelas dalam ingatan betapa lincahnya Urya memanjakan hati Alena dengan cintanya di atas ranjang. Tapi, saat kini ia bersama Va tanpa memberi kabar membuat hatinya sakit berkeping-keping.
Alena tidak bisa membayangkan bagai mana Urya bersama Eva di atas ranjang sedangkan ia di Bali kesepian. Jika seperti itu terus-menerus, Alena bisa mati berdiri merindukan Urya, gelisah ini benar-benar membunuhnya.
Termangu menatap awan di bibir pantai, senja setelah pulang kerja. Entah mengapa hati Alena resah tidak terkendali, sepertinya ada sesuatu terjadi pada Urya. Meski mereka telah bergaul rapat, kenyataannya secara hukum Negara belumlah diakui, cinta Urya dan Alena sudah tidak bisa di bantah lagi.
Kenangan indah bulan madu di Flores satu bulan yang lalu masih tergambar jelas dalam ingatan betapa lincahnya Urya memanjakan hati Alena dengan cintanya di atas ranjang. Tapi, saat kini ia bersama Va tanpa memberi kabar membuat hatinya sakit berkeping-keping.
Alena tidak bisa membayangkan bagai mana Urya bersama Eva di atas ranjang sedangkan ia di Bali kesepian. Jika seperti itu terus-menerus, Alena bisa mati berdiri merindukan Urya, gelisah ini benar-benar membunuhnya.
Istri Kedua di Ujung Jurang
Alena adalah hatinya untuk Urya dan Eva adalah jiwanya. Tanpanya hati mati sedang tanpa jiwa juga mati, bagaimana Urya bisa menjelaskan pada Eva? Sedangkan saat ini istrinya membencinya. Oh itukah neraka namanya?
"Oh Tuhan ... aku hanya ingin keturunan bukan siksaan batin seperti ini. Apa aku tidak boleh memiliki malaikat kecil? Kenapa selalu lelaki yang salah?"
Bagaimana mungkin Urya bisa meninggalkan Eva? Sudah terlalu banyak kenangan indah dan susah-payah yang telah mereka lewati bersama.
Bukankah jumlah wanita itu lebih banyak dari pada laki-laki?
Kenapa wanita itu serakah dan egois tidak merelakan suaminya berbagi? Padahal seharusnya kewajibanya semakin ringan.
Misalnya satu ada yang bersih-bersih rumah dan yang satu ada memasak. Sudah jelas segala pekerjaan semakin ringan jika dilakukan bekerjasama, lantas kenapa tidak mau berbagi?
"Di sini, di tempat ini, entah apa yang terjadi hingga sekarang jadi begini. Tidak sanggup kumengerti dari apa yang terjadi. Hanya duduk diam membisu menyelami kalbu, meningat hari-hari berlalu bersama kenangan."
Semua terasa begitu pilu membelenggu bagi Urya. Tanpa sadar butir-butir berhamburan air mata menetes perlahan tertahan oleh himpitan perasaan yang menyesakkan dada.
"Bukankah berbagi itu adalah sedekah? Sedangkan kenyataanya apakah ada wanita yang mau dimadu? Emang dasar semua wanita itu egois. Tidak ... aku tidak bisa seperti ini terus."
Mungkinkah Urya terlalu naif mencintai mereka berdua, lantas kenapa ada cinta menyapa jika akhirnya hanya menyakiti? Dari pada selingkuh kan lebih baik wayuh? Jawab!
Urya sudah tidak bisa terkendali lagi. Next
Misalnya satu ada yang bersih-bersih rumah dan yang satu ada memasak. Sudah jelas segala pekerjaan semakin ringan jika dilakukan bekerjasama, lantas kenapa tidak mau berbagi?
"Di sini, di tempat ini, entah apa yang terjadi hingga sekarang jadi begini. Tidak sanggup kumengerti dari apa yang terjadi. Hanya duduk diam membisu menyelami kalbu, meningat hari-hari berlalu bersama kenangan."
Semua terasa begitu pilu membelenggu bagi Urya. Tanpa sadar butir-butir berhamburan air mata menetes perlahan tertahan oleh himpitan perasaan yang menyesakkan dada.
"Bukankah berbagi itu adalah sedekah? Sedangkan kenyataanya apakah ada wanita yang mau dimadu? Emang dasar semua wanita itu egois. Tidak ... aku tidak bisa seperti ini terus."
Mungkinkah Urya terlalu naif mencintai mereka berdua, lantas kenapa ada cinta menyapa jika akhirnya hanya menyakiti? Dari pada selingkuh kan lebih baik wayuh? Jawab!
Urya sudah tidak bisa terkendali lagi. Next
Daftar Isi Novel
Baca selengkapnya: INDEK LINK DISINI
Post a Comment for "Pergi Kau ke Neraka, Bagian 12, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? "
Disclaimer: Semua isi konten baik, teks, gambar dan vidio adalah tanggung jawab author sepenuhnya dan jika ada pihak-pihak yang merasa keberatan/dirugikan silahkan hubungi admin pada disclaimer untuk kami hapus.