Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Berakhir Perpisahan, Bagian 22, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa?

Baca Novel  Online Cinta Terlarang yang Bikin Baper 



Novel Cinta Terlarang- Tetesan air mata terkadang menjadi jejak hujan-hujan yang tersembunyikan dan menjadi kenangan menyakitkan lagi mengasyikkan.


Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Berakhir Perpisahan, Episode 22

Marah Tanda Sayang 


Dedaunan berguguran gemerisik  terbawa angin, melewati ruang di antara Eva dan Urya yang berdiri berhadapan di bawah pohon tanpa menyediakan rindang. Butiran debu ikut terbang, lengket dimana-mana. Juga di baju Eva dan di muka Urya yang berkeringat. Sangat tidak nyaman berdiri diam dan kering-kerontang seperti percobaan rumah tangga mereka alami saat ini.

"Adek masih ngambek sama, Mas?" Akhirnya keluar pertanyaan tanpa menghafal sudah diketahui jawabannya.

Eva terkadang begitu penyanyang, memberikan senyuman untuk membuat Urya melayang sekaligus gersang saat bersamaan.

"Apa gunanya Adek marah, Mas?" Eva tersenyum miring, memancarkan tatapan aneh.

Malang-melintang mengembara Urya sudah menjadi kebiasaannya sejak muda hingga menikah.

Semua menjadi berbeda sejak cinta terlarang itu terbongkar. Urya kini terkekang  dipenjarakan Eva dalam  rumahnya sendiri.



Merangkai misteri dalam dalam bingkai cerita yang penuh tanda tanya akan tetap setia berjalan seperti apa adannya atau cinta bisa berubah menjadi benci terang benderang seketika berubah menjadi gelap gulita.

Apakah misi balas dendam Eva akan segera terwujud? Tentu setelah  melahirkan anaknya kelak baru akan meninggalkan Urya.




Bagi Eva itulah cara balas dendam  paling pantas untuk menyiksa Urya yang selama ini sangat menginginkan keturunan.

Waktu terus bergulir, dua hari-hari bersama dilakoni dengan drama yang sangat tidak lucu sama sekali.

Beruntung angin tenggara berpihak kepada wanita berkulit seluruh salju itu, akhirnya strip dua garis merah terpapar jelas pada testpack menyapa cinta tanda kehamilan.


"Emmuah ... I love you, Mas."
"Ada apa ini, neh?"
"Gak mau tak sayang? Ya udah bay ...!"
"Sini Dek ... Jujur ada apa, kok kelihatannya bahagia banget?"
"Gak ada apa-apa,  Mas," balas Eva Pusita Sari tersungging manja, "cuma pingin nyayang aja, emang gak boleh?"

Laki-laki berhidung mancung itu tidak menyadari sama sekali bahwa Eva  saat ini sedang mengandung darah dagingnya, jawaban atas doanya, malaikat kecil yang sangat didambakan selama ini.

Seandainya istri pertamanya itu mau berkata jujur tentu Urya tidak akan punya niat pergi ingin menemui Alena di Bali yang sudah tiga bulan lebih tak memberinya kabar.

Bukan niat Urya tidak memberi kabar pada istri keduanya. Hanya mata elang sapam istri pertamanya tetalah merantai hinga laki-laki berhidung mancung itu tidak  bisa lepas dari ketiak istrinya.

Bukan pula karena suami  takut istri, Urya tidak  ingin kehilang istri janur ajurnya yang dulu pernah disakiti.

"Om menangis?" Sebuah suara anak-anak membangunkannya dari lamunanya.

"Gak Za ..." Urya mengusap puncuk rambut anak laki-laki berusia 8 tahun itu.

Namanya Reza anak malang yatim piyatu semenjak bayi dibuang oleh orang tuanya yang kini tinggal di panti asuhan dimana Bayu Seruyansyah atau libih akrab dipanggil Surya adalah donatur utama di panti itu.

Diraihlah Reza dalam pangkuan Urya lalu sebuah ciuman mendarat dirambut anak kecil bernasib malang. Entah apa yang terpikirkan oleh orang tua kandungnya yang tega membuang darah dagingnya sendiri sementara ada orang yang sangat mendambakan seorang anak bertahun-tahun.

"Suatu hari nanti Om pasti akan punya anak!"

"Amin.  Makasih ya doanya, Za."

"Kalau Om udah punya anak sendiri apa Om Urya akan melupakan Reza," entah apa yang membuat anak ini berpikir seperti itu?

"Gak-lah Za. Om selalu merasa damai saat di sini.  Melihat kalian bisa tertawa ria itu cukup buat Om bahagia."

"Om janji gak akan pergi ninggalin Reza 'kan?"
"Ya enggaklah Za! Emang Om Urya mau kemana?" Sahut Eva mendekat membawa mainan dan makanan untuk dibagikan pada anak panti.

"Gak tau. Nanti kalau Aunty hamil, lupa ama Reza."
"Emm ... Sini sayang ..."

Urya dan Eva memang orang lain, kasih sayang mereka pada Reza  melebihi orang tua kandungnya sendiri. Selama ini Eva tidak tau jika ternyata Urya donatur utama di panti itu. Semenjak nikah hingga sekarang memang suaminya itu selalu mengaku hidup sederhana meski berpunya.

Balas Dendam Berakhir Perpisahan 



Sebagai seorang istri Eva sebenarnya senang dengan mempunyai suami yang dermawan. Anehnya, kenapa selama ini Urya harus kerja jauh meninggalkannya? Padahal keluarganya cukup berada. Alasanya ingin berdiri diatas  kaki sendiri.

Harga dari semua itu, Urya mengorbankan istri. Satu bulan menikah langsung ditinggal pergi kerja apa itu tidak kejam?

Banyak hal janggal tentang kehidupan Urya yang mana bahkan Eva sendiri tidak mengetahuinya. Semua itu sudah tidak penting lagi bagi wanita berkuit putih dengan gaya rambut pendek itu.

Hanya ada satu dalam hidupnya yaitu balas dendam. Kekayaan serta kebaikan Urya tidak akan mampu memadamkan bara api yang telah mengangah selama ini.


Suruh siapa menikah lagi? Iya kalau Alena bisa hamil, kalau tidak?

Seumur hidup Eva tidak akan pernah memaafkan mereka berdua sekalipun harus ke ujung neraka. Mendengar namanya saja membuat telinga panas terbakar.

"Aunty lagi mikirin apa?"

"Gak sayang ... Oh ya, besok Om Urya mau ke Kalimantan, kamu  mau minta oleh-oleh apa?" Eva sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Pokoknya Om Urya harus bawain oleh-oleh dari sana!"

"Iya." Urya hanya tersenyum bahagia melihat Reza, mungkin saja itu yang terakhir kalinya. Hari esok siapa yang tau? Setidaknya keganjilan itu juga dirasakan oleh istri pertamanya. Besoknya pun Surya pergi ke Kalimantan.

Satu Bulan Sebelum Urya ke Kalimantan


Sementara Alena sudah dua bulan berlalu, kekasih hatinya seperti ditelan bumi tiada kabar sama sekali. Mau tidak mau, suka tidak suka, dia harus rela melepaskan Surya untuk Eva. Hanya kerinduan dalam kesepian ketika menyapu debu-debu kebencian adakah cinta untuk mereka yang kalah dalam cinta? Hanya kebingungan memutar-mutar tiada bertepi tiada henti

"Aku rindu keceriaanya. Aku merindukan kasih sayangnya. Aku merindukan semua hal akan dirinya. Kebenciannya padaku tidak akan menggores luka pada hati yang penuh pelangi cintanya. Tuhan apakah cinta sejati tidak berpihak pada kita? Engkau yang bisa menjawab misteri ini."


Alena dengan memandang foto dirinya dengan Urya. Tatapan bola matanya kosong jauh Entah kemana.


Waktu begitu terasa lambat bagi wanita Seroja Bergoyang bagaikan ribuan tahun menungu dan terus menunggu. Kering sudah air matanya karena menangis berbulan-bulan, inikah hukum karma karena jatuh cinta?

Kenapa selalu wanita kedua yang menjadi korban? Bukan hanya dianggap hina oleh masyarakat,  parahnya oleh sesama wanita juga didiskriminasi.

Andaikan cinta bisa memilih maka dari awal Alena tidak perlu jatuh cinta dengan suami orang.

Tiada maksud untuk menjadi perebut laki orang, baginya hanya ingin mendapatkan sedikit cinta. Bahkan merelakan jika cinta kekasihnya harus terbagi karena memang cintanya tidak bersyarat.

"Kalau aku bisa membencimu Kak, aku sudah membencimu dari dulu. Tapi kenapa hatiku selalu menginginkanmu,   kenapa, Kak Urya?"

Alam semesta tidak bertanya pada waktu untuk berputar dan memberikan jawaban. Demikian waktu memainkan perananya hingga badai menghantam.

"Eva adalah jiwaku dan Alena adalah hatiku," itulah setidaknya ucapan Urya yang terakhir sebelum akhirnya kabarnya bak hilang ditelan bumi.  
Apakah yang sebenarnya terjadi? Next. 

Daftar Isi Novel 


 Baca selengkapnya:    INDEK LINK DISINI

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Thanks you very much. 

< Part Sebelumnya < > Part Selanjutnya >

Post a Comment for "Berakhir Perpisahan, Bagian 22, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? "