Cinta Terlarang, Gadis Asa Perawon, Episode 34
Gad1s Asa P3rawon, Episode 34, Novel Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa?
Cinta Terlarang- Bagaimana mungkin seseorang bisa menjadi dekat sementara mereka tidak jauh? Sementara semua yang terjadi di muka bumi bagian galaxy Bima Sakti ini adalah rancangan Empunya Kehidupan, Sang Maha Cinta?
Manusia hanya bisa berencana, tetap saja Sang Maha Produser Kehidupan yang menentukannya. Lantas bagaimana jika jalan itu terkadang gelap dan pekat?
Kota Bandung Saksi Bisu Konspirasi Cinta Terlarang Dimulai
Terhampar taman kecil penuh bunga tertata rapi di bagian depan rumah klasik-modern khas jawa barat. Bentuk atap tinggi menyesuaikan keadaan alam pegunungan di Bandung, lantai panggung memadupadankan sentuhan modern dan minimalis, menampilkan semangat baru seperti pernikahan Bayu dan Gina.Malam berjalan menuju pagi, udara masih dingin di luar sana. Sementara dalam kamar rumah itu justru semangat hangat.
"Kenapa jantungku berdetak tidak tau diri seperti ini ya?" Gina bergumam dalam hati, merasa ada yang ganjil dan aneh.
Kamar yang putih itu bertabur kelopak bunga mawar merah dan sebuket mawar putih di sisi nakas ranjang. Gina nampak gugup ketika Bayu menatapnya lekat, detak jantungnya porak-poranda berantakan.
Gina seolah masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ia kembali menjadi seorang wanita, bisa menikah dan menjadi seorang istri.
"Kenapa menangis, apa menyesal menikah dengan Aa?"
"Bukan gitu, Aa. Neng teh menangis bahagia."
"Bukan gitu, Aa. Neng teh menangis bahagia."
Begitu lembut Bayu memulai hingga tanpa sadar, gaun pengantin sudah berantakan di atas lantai. Gina begitu menggairahkan dengan balutan kamisol berenda putih.
"Neng gelis pisan, i love you." Bayu menatap lekat sepasang bola mata bidadari, ada pelangi yang terjalin sebentuk cahaya penuh warna.
Gina begitu gugup, jantungnya berdetak berantakan tidak terkendali. Lidahnya kelu, ia mematung gemetar ketika jemari Bayu menyentuh bibir merekah semerah strabery itu.
Satu hal yang dulu tidak pernah dibayangkan oleh Gina bisa menjadi seorang istri dari lelaki pujaan hati. Gina tidak lagi merasa muntah dengan keringat busuk dari lelaki hidung belang. Tidak lagi merasa muntah dalam pelukan lelaki-lelaki yang muak memandangnya.
"Iya gitu, Aa? Dasar pandai ngegombal."
"Emang atuh, Neng. Emm gombalnya boleh....?" Bayu meminta izin untuk membantu melepaskan segalanya.
Gina mengangguk sembari menelan salvia dengan berat dan terdengar nafasnya sedikit tersengal.
Gina begitu gugup, jantungnya berdetak berantakan tidak terkendali. Lidahnya kelu, ia mematung gemetar ketika jemari Bayu menyentuh bibir merekah semerah strabery itu.
Satu hal yang dulu tidak pernah dibayangkan oleh Gina bisa menjadi seorang istri dari lelaki pujaan hati. Gina tidak lagi merasa muntah dengan keringat busuk dari lelaki hidung belang. Tidak lagi merasa muntah dalam pelukan lelaki-lelaki yang muak memandangnya.
"Iya gitu, Aa? Dasar pandai ngegombal."
"Emang atuh, Neng. Emm gombalnya boleh....?" Bayu meminta izin untuk membantu melepaskan segalanya.
Gina mengangguk sembari menelan salvia dengan berat dan terdengar nafasnya sedikit tersengal.
Perjalanan Gad1s Bukan Peraw4n Menjadi Istri
Sekejap merasa bahagia karena ini adalah malam pertama pengantin, awal memasuki bahtera rumah tangga, membangun peradaban umat manusia. Sekejap kenangan jahat masa lalu kehidupan malam datang membuat merasa sebagai wanita tidak sempurna, sekejap pula merasa bahagia menjadi istri dan siap untuk dihamili, saat yang sama pula merasa bersalah karena melakukan konspirasi merenggut suami dari istri yang lain.
"Iya gitu, Neng?" Bayu mencondongkan kepala, menatap istrinya mesra.
"Tunggu sebentar, Aa." Gina kabur ke kamar mandi. Bayu dibuatnya gemas dengan polah istrinya.
Kabur ke kamar mandi samar-samar membawa ingatannya pada seorang wanita ketika malam pertama di Ungaran. Kepingan-kepingan masa lalu ia coba kumpulkan namun gagal belum bisa mengingat tentang Eva atau Alena.
Dua puluh menit berlalu, Bayu cukup lama menunggu istrinya keluar dari persembunyiannya.
"Neng minta maaf sudah membuat Aa Bayu menunggu lama."
"Maaf kata, Neng? Ngak mau. Neng harus dihukum..." belum selesai Bayu menyelesaikan kata-katanya, Gina membungkam bibir Bayu dengan pagutan tanpa ampun, lagi mendalam.
Nafas keduanya tersengal dan jari Bayu mulai membelai mesra.
Gina bahkan tidak meyadari kamisol berenda sudah terlukai menyusul gaun pengantin di atas lantai.
Gina kini antara sadar dan tidak sadar, pikirannya membumbung tinggi ke angkasa, terbang melayang sebentuk kebahagiaan.
"Aduh malu, Aa. Jangan pantengin seperti itu." Tangan gina menutupi, sesuatu yang sangat berharga.
Bayu hanya melemparkan senyuman lebih manis dari pada madu.
Kabut gairah terpancar ketika Bayu mengungkungnya dengan kerinduan. Gina jantungnya bergetar, porak-poranda berkali-kali, tubuhnya mendamba kasih sayang, bak musafir yang berjalan di tengah gurun menemukan oase.
Gina yang sudah tidak sadarkan diri, tidak tinggal diam. Segera melepaskan rasa hausnya itu, berenang ke telaga surga loka.
Seperti halnya Tugu Monas tegak lambang semangat 45, berkobar menyanyala dan gedung DPR siap melahirkan undang-undang baru untuk peradaban umat manusia, kedunya sudah siap menjalankan tugasnya.
"Angela maafkan aku telah meninggalkanmu. Kamu tau kan? Peradaban umat manusia harus berlanjut. Sementara jika kita terus bersama tidak mungkin itu akan terjadi.
Kedua Istri Bang Urya, memaafkan aku terpaksa melakukan semua ini.
Sangat sadar aku salah, jika perbuatanku dianggap salah, aku siap menerima hukuman dengan ikhlas, karena mencintai Aa Bayu kerelaanku.
Sekali saja ijinkan aku menjadi wanita sempurna, menjadi istri yang berbakti pada suami dan melahirkan keturunannya.
Aku bersumpah seluruh hidupku hanya akan hanya menjadi istri Aa Bayu, sekalipun ingatannya kembali menjadi Urya dan meninggalkanku, aku tidak akan menerima lelaki lain atau kembali ke lembah hitam seperti dulu, aku akan tetap menjadi istrinya seumur hidup."
Gina bergumam dalam hati, menabah-nabahkan dan membulatkan tekad untuk menjadi wanita baik walaupun belum bisa baik.
Ranjang pengantin yang tertata rapi sudah awut-awutan. Bayu begitu menikmati perjalanan senyap pada taman berbunga-bunga merekah. Harum semerbak wangi aroma membius saraf di kepala.
Gina begitu lembut dan dalam seperti menikmati es krim di tengah padang pasir siang hari, mengobati dahaga musafir. Tidak peduli betapa gersang, musim hujan sudah tiba, basah hingga akhirnya banjir.
Bayu sebelumnya sudah minum madu murni yang dipanen dari pegunungan, energinya seolah tidak habis, semangat juangnya masih berkobar.
"Makasih ya sayangku, apa Neng suka?"
"Enggak. Enggak salah maksudnya."
"Aisss dasar negara republik indonesia. Neng nyebelin banget." Bayu mencubit pipi dengan gemes.
Ada canda, tawa, manja, sedikit kebodohan, terkadang juga semangat dan lengkap. Melebur menjadi satu dalam keindahan asmara yang begelora.
"Malam ini aku milik Aa Bayu seutuhnya. Bawa aku terserah Aa." Gina menelan jelijihnya berkali-kali, dadanya bergetar dahsyat, alangkah indahnya dunia terasa.
Ayo masuk, masuklah diiringi petikan nada jeritan dari Gina, memekik nyeri. Tidak sia-sia ia mengeluarkan biaya operasi untuk mengembalikan menjadi perawan.
Sebening tirta jatuh begitu saja membasahi pipi Gina ketika Bayu mengcup keningnya.
"Peluk aku yang kuat. Jangan tinggalkan aku ya, Neng. I love you."
Tubuh Gina terhentak-hentak saat menari melintasi sembilan samudera, berdarah malah pasang kuda-kuda, wanita memang aneh luar biasa.
Getaran kenikmatan membuat minda melayang-layang di udara, bulu-bulu halus diseluruh tubuh meremang bersama tarian-pergulatan jasmani. Keduanya berenang ke telaga kenikmatan belaka.
Sembilan puluh menit kemudian... mungkin lebih, terjadilah gempa dengan skala richter, menimbulkan banjir hanya tidak bandang.
Bagaimana menjelaskan dengan rangkaian aksara itu tercipta? Adalah mengerang menaburkan benih di sawah kehidupan. Bayu memeluk bidadarinya dengan erat dan wajahnya berada di lekukan leher Gina. Nafasnya tedengar menderu lagi hangat. Mendesing seperti pasien asma yang membutuhkan vintolin.
Malam berganti pagi, entah berapa kali mereka berenang, tepar lagi memabukkan melintasi sembilan samudera nirwana.
Sejatinnya bukan malam pertama bagi Celline dan Urya karena memang sebelumnya mereka telah bergaul rapat sejak di Surabaya. Konspirasi kecil menjadi Gina dan Bayu tentu yang pertama kali, menjalani kehidupan baru.
Cinta tidak mungkin mempertanyakan apa lagi meragukan, mengharapkan apalagi menuntut imbalan. Satu-satunya hal yang bisa Gina lakukan adalah mengabdi.
"Sayang, Neng suka?" Sebuah suara merdu yang membuat Gina menoleh pada suaminya, pagi baru saja menyapa.
"Aa udah bangun?" Gina mencebik manja, menatap lekat wajah kekasihnya.
Bagi Gina, itulah pertama kali tidur dengan laki-laki yang dicinta sebagai ibadah bukan berkubang dosa. Bayu telah memberi nafas baru dalam hidupnya.
Gina masih merasakan peluk hangat dalam perutnya, dalam sekejap dia sudah menyandarkan kepala dipundak Gina.
Gina masih merasakan peluk hangat dalam perutnya, dalam sekejap dia sudah menyandarkan kepala dipundak Gina.
Dulu Gina berpikir Bayu akan dingin namun tidak disangka ternyata pria bernama asli Surya itu, bisa menjadi suami yang hangat.
"Ini kopi ke sukaan Aa."
"Kenapa ya aku seperti dejavu? Seperti pernah mengalami hal ini?" tanya Bayu setelah melepaskan pelukannya, lalu duduk di kursi meja makan.
"Ya, kan dulu aku yang buatin kopi buat Aa. Apa Aa Bayu sudah mulai ingat?" Gina pura-pura tersenyum manis. Ia tau, pasti itu ingatan akan istrinya yang dulu.
"Iya mungkin? Entahlah aku tidak ingat apapun. Maafin aku ya sayang, jika menyinggung perasaanmu," ucapnya setelah kembali mengecup pipi istrinya.
"Udah Aa gak usah ngerayu. Itu kopinya diminum keburu dingin, entar."
"Kan Neng tau, aku sukanya minum kopi dingin."
"Ya Aa, itukan kalau di Surabaya, udaranya panas. Nah di sinikan Bandung, udaranya dingin."
"Oh iya ya... Bener juga kamu sayang," ucapnya lalu menikmati kopi manis buatan Gina Aulia.
Batin Gina berkata: Ternyata seperti ini berumah tangga? Kebahagiaan, kententraman tetap ada meski itu dari perdebatan kecil. Kenapa tidak dari dulu aku menikah dan harus salah jalan ya.
Alangkah bahagianya bisa menjadi seorang istri, terbebas dari lembah nestapa dunia malam. Dengan bahagia Gina berjalan dari dapur menuju halaman depan luar rumah menemui seseorang tercinta, mamanya.
Setelah Gina menikah, terlihat jelas mamanya nampak bahagia dan hidupnya lebih bersemangat.
"Udah mama istirahat aja. Biar Gina nanti yang nyiramin bunga-bunga itu," ujarnya serambi memeluk dari belakang.
"Itu suamimu, udah Neng urus belum?"
"Udah, Ma. Santai aja, gak usah kwatir."
"Aku tau semuanya, Neng ... " Wanita itu menghentikan kata-katanya.
"Itu suamimu, udah Neng urus belum?"
"Udah, Ma. Santai aja, gak usah kwatir."
"Aku tau semuanya, Neng ... " Wanita itu menghentikan kata-katanya.
"Maksud mama?"
"Mama tau pekerjaanmu selama ini!" Seru Mamanya bagai petir menyambar.
"Mama tau pekerjaanmu selama ini!" Seru Mamanya bagai petir menyambar.
Apa yang akan terjadi? Next
Daftar Isi Novel
Baca selengkapnya di sini: INDEKS LINK
Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Belajar Bersama Bisa dan Terimakasih.
<Sebelumnya> <Selanjutnya >
Post a Comment for "Cinta Terlarang, Gadis Asa Perawon, Episode 34 "
Disclaimer: Semua isi konten baik, teks, gambar dan vidio adalah tanggung jawab author sepenuhnya dan jika ada pihak-pihak yang merasa keberatan/dirugikan silahkan hubungi admin pada disclaimer untuk kami hapus.