Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Menantu VS Mertua, Rahasia Wanita Part 4, Love Young Mom

Rahasia Wanita  Mama Muda, Novel Series 



Love Story Rahasia Wanita, Bagian 4 


Suara Mama membuatku menoleh. Mama datang menuju wastafel dan cuci tangan, lalu langsung bergabung di meja. Dia menyeret kursi dan duduk manis menunggu makanannya datang dengan sendirinya. Alias aku yang menyiapkan.

"Namanya makan itu ya nunggu yang tua dulu. Bukan asal ngunyah." Bibir Mama monyong beberapa centi. Matanya melirik Bang Wildan yang masih melanjutkan suapannya.

Jemari Mama mengetuk meja makan, pertanda sudah tidak sabar menunggu. Aku segera berdiri dan mengambilkan nasi juga lauk sambelan buat Mama.




"Ini, Mama."


Seperti biasa, tanpa berterima kasih, Mama pun segera mencuil daging ikan lele goreng.


"Hmm .... Bumbu lele Mama memang maknyus! Enak banget. Sambelnya juga terasa mantap." Mama memuji diri sendiri. "Lain kali Khaya yang menyiapkan semuanya. Mama tadi lagi longar jadi bisa membantu."


"Ya, Mama. Pulang kerja besok aku akan nyiapin makan malam sendirian. Mama gosah bantu apapun." Aku menyahut sembari duduk di samping Bang Wildan.

"Tumben Wildan pulangnya sore? Apa jangan-jangan setiap hari pulang jam segini tetapi mampir kemana dulu? Mama kasi tau, ya. Kalau pulang kerja itu segera pulang, bantuin istri rapi-rapi rumah. Nggak langsung makan gitu aja."


Aku menyenggol kaki Mama. Tapi Mama seolah tidak perduli, dia terus nyerocos. "Almarhum Papa dulu, selalu bantu Mama. Dia seorang suami yang ringan tangan. Nggak malu mengerjalan tugas istrinya."

"Aku sudah selesai, Mama. Mau masuk ke kamar dulu." Mas Wildan menyelesaikan suapan terakhir dan langsung pergi dapur tanpa menjawab nasihat Mama yang seratus persen benar.

Dia meninggalkan piring kotornya begitu saja di atas meja. Dasar! Baru saja Mama menasihati, tapi sama sekali tidak merasuk dalam hatinya Bang Wildan. Itu kuping apa sarangan teh, ya? Bang Wildan pura-pura tidak dengar, mungkin.


"Lihat itu suamimu. Masa pantas berbuat seperti itu. Nggak sopan itu, Khay. Masa mertuanya ditinggal begini nggak ditemani makan?" Mama protes. Ekor matanya melirik ke arah Bang Wildan pergi.




"Aku temani Mama. Aku juga belum makan." Aku teringat sudah makan bakso kabut. Perutku sudah kenyang sebenarnya. Tapi melihat Mama serem seperti ini, kalau aku cerita tentang bakso, bisa-bisa aku ditelan hidup-hidup sama Mama.

"Jadi tadi Wildan makan duluan? Enak saja datang-datang langsung makan. Dasar menantu nggak tahu diri. Sudah untung dia makan nebeng penghasilan kamu, Khay. Benar-benar baik anak Mama ini." Mama tersenyum manis kepadaku. Bibirnya yang bergincu merah tebal tertarik maksimal.

"Biarin, Ma. Kasihan dia katanya capek kerja."


"Kamu juga kerja, Khay. Capeknya sama. Memang dasar Wildan saja muka badak. Gimana dulu orang tuanya mendidiknya. Pantas saja sampai duda tiga kali. Palingan istrinya dulu nggal betah sama kelakuan Wildan yang seenaknya sendiri. Kamu ini, Khay, sudah dibilang jangan nikah sama duda ngeyel terus."


"Mama mulai lagi deh, ya. Sekarang aku sudah jadi istri Bang Wildan. Aku sudah hamil anak Bang Wildan. Nggak elok ah, selalu mengungkit masa lalu. Terima saja, Ma. Udah terlanjur juga." Aku bersungut-sungut. Mama ini pandai sekali membuat emosi tersulut.

"Kalau menantu bisa ditukar tambah gitu enak, ya, Khay. Wildan akan kutukar sama orang kaya."

Aku geli mendengar kata-kata Mama. Dia terkadang suka ngomong sembarangan. Mulutnya itu los saja tidak ada rem. Mungkin itu sebabnya Papa meninggal dunia. Tidak tahan dengan racun yang keluar dari bibir Mama.


"Aku juga kalau bisa tukar tambah Mama, mau Mama orang kaya juga. Biar nggak susah-susah bekerja." Aku mendesah.

Mendengar perkataanku, mata Mama mendelik. "Andai ada tukar tambah anak, Mama jug ingin anak yang punya perusahaan raksasa biar enak bisa belanja sepuasnya apapun keinginan Mama."

Blam!


Aku terkejut karena mendengar suara daun pintu terbanting keras.

Siapa berani membanting pintu sekeras itu? Apa dia mau mati?

Aku dan Mama terdiam. Memasang telinga lebar-lebar dan menanti apa yang terjadi. Ternyata tidak ada apa-apa. Suasana hening setelah suara blam yang keras itu. Kami meneruskan makan yang sempat tertunda.

"Lho, Bang Wildan mau ke mana?" Aku bertanya pada Bang Wildan yang tampak sekilas dari dapur.


Dia diam saja. Tak lama terdengar suara motornya melaju pergi.

"Ma, keknya Bang Wildan dengar kata-kata Mama mau tukar tambah menantu, deh."

Mama mengibaskan tangan di depan muka. "Halah, orang cuma bercanda. Kalau dia tersinggunh berarti beneran mau minta ditukar tambah si Wildan."

Aku terkekeh. "Benar juga, ya. Bang Wildan itu orangnya nggak gampang tersinggung, kok. Dia itu lembut dan sabar. Makanya aku suka sama dia."

"Sayangnya cuman satu."
"Apa itu?"
"Kere."
"Mama!"

Entah kenapa, mendengar Mama merundung Bang Wildan dengan kata-kata, membuatku terkikik geli. Mamaku itu orang yang paling lucu sedunia. Hari-hari bersama Mama sangat menyenangkan. 

"Tadi ada gosip apa, Ma?"
"Banyak, Khay. Kamu tau gak, anaknya Bu Desmi itu bunting dulu ternyata sebelum nikah. Ih, bikin malu keluarga saja. Masa nikah baru enam bulan udah lahir aja bayinya."

"Ya, nyelengi dulu, Ma."
"Berarti mereka gak pinter, Khay."
"Iya kali, Ma."

Lalu kami pun membicarakan berbagai gosip yang ada di komplek. Suara adzan Magrib yang menggema tak mampu membuat keasyikan kami terganggu. Sejujurnya aku dan Mama adalah muslim. Tapi hanya di KTP saja. Kami tidak pernah sholat, pakai kerudung hanya saat yasinan komplek. Eh, saat sholat hari raya juga, ding.






Terpenting, hubungan sama manusia terjalin dengan baik. Gosip jalan terus, teman-teman banyak dan semua kebutuhan terpenuhi. Ibadah nanti-nanti saja, itu bukan hal yang penting. Toh masih banyak manusia yang perbuatannya jauh lebih ngeri. Kalau ditimbang, aku dan Mama termasuk orang yang baik.


Mas Wildan beda lagi. Dia itu model dong dong ser. Kalau lagi dong, Bang Wildan alan sholat di masjid. Kalau lagi ser ya, bablas blong. Aku suka Bang Wildan tidak pernah menyuruhku macam-macan. Dia tahu aku tidak suka disuruh-suruh. Apalagi untuk urusan ibadah. Biarlah itu jadi urusan aku dengan Tuhan. Manusia tidak boleh mencampurinya. Daripada kadang sholat kadang tidak, kan, mendingan los dol sekalian.


Ya, kan?


Bersambung 

Daftar Isi Novel 


Baca selengkapnya;  INDEKS LINK 


Author, Novi Purwanti
 


Waw! Khaya dan mamanya ngeri banget! Kira-kira mereka bisa tobat gak ya? Gemes banget sama karakter mereka. Pengen ngobras mulutnya. Wkwkwkw

Happy reading dan salam bahagia senantiasa.




Post a Comment for "Menantu VS Mertua, Rahasia Wanita Part 4, Love Young Mom"