Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Misteri Hantu Kuyang Kalimantan, Hilangnya Bayi, Episode 2

Horor Seram, Misteri Royal Princes Of Kuyang 


Horor Misteri : Setiap ada kematian yang tidak bisa ditemukan sebab logisnya, tuduhan langsung mengarah kepada Antang.

Sudah pasti, tudingan tersebut tidak pernah disampaikan secara terang-terangan didepan Antang. Sebenarnya dia bisa merasakan tatapan mata orang-orang yang penuh curiga, bahkan ketakutan saat berpapasan dengannya.

Reputasi Penjaga Ilmu Hitam


Antang Badiang sendiri tidak ambil pusing dengan gosip murahan tersebut. Ia tidak pernah membantah atau pun mengiyakan. Bukan karena dia tidak peduli dengan nama baiknya atau takut. Ia yakin penduduk desa tidak akan menyerang kediamannya. Beberapa dari mereka pernah diam-diam datang ke rumahnya dimalam hari untuk meminta bantuan, termasuk kepala desa.

Reputasi Antang di dunia ilmu hitam sebenarnya sudah sangat terkenal. Namun dia pantang mempraktekkan ilmu tersebut kepada penduduk desanya sendiri. Dia selalu menolak halus jika ada yang datang untuk mencelakai warga Ayawan dan tidak ada yang berani melawan penolakannya.

Antang hanya tidak ingin nasibnya berakhir mengenaskan seperti Diang Ama yang mati dibakar oleh penduduk desa. Diang ketahuan sedang memakan ari - ari bayi. Tragisnya, korban tersebut adalah supupu 8 kali Diang Ama sendiri.

Siapa kira di tengah hutan yang menawan, jamrud kwatulistiwa rupawan, menyimpan misteri yang mengerikan yang tersembunyi di balik keindahan, Bumi Boerneo Kalimantan

Malam Perburuan Tumbal Ilmu Hitam 


Malam itu, Diang berdiri dengan gelisah di balik tirai kamar. Setelah membaca mantra, terlepaslah kepalanya dari tubuh dengan usus yang menjuntai.

Bau amis anyir   dari darah yang menetes terbang melesat kedalam hutan untuk menunggu seorang bayi lahir malam itu. Aungan hewan didalam hutan pecah oleh angin dingin menderu tidak karuan.

Malam yang gelap tenang menyimpan suatu misteri yang mengerikan.

Sedang di dalam kamar, sepupunya tengah menunggu kelahiran anak pertamanya.

"Akhirnya apa yang kutunggu selama ini akan terwujud, bayi segar akan segera lahir," kata Diang.

Kehadiran Diang tidak diketahui oleh siapapun, termasuk adiknya sendiri. Tidak ada orang lain di dalam rumah saat itu pun yang tau, jika Diang yang didalam hutan siap memangsa korbanya.

Suara tangisan bayi memecah sepinya malam.
"Anakku telah lahir," kata ayah dari bayi yang baru lahir itu gembira. 

Diang bertambah gelisah. Bau amis darah yang menyeruak  ke udara hinggap di hidungnya, tercium bak aroma madu segar yang baru saja dipanen.
"Emm khaa haa.. aku sudah tidak tahan lagi.." ujar Diang dengan wajah gemetar, rasa laparnya makin liar.

Sesuatu melesat dari hutan gelap melesat seperi api yang begitu terang mengitari rumah itu. 
Whuuuuuuusss .... 

Tanpa bisa ditahan lagi, Diang menyerbu masuk ke dalam kamar. Ari-ari bayi laki-laki yang baru saja dilahirkan oleh adik iparnya itu langsung dibawanya terbang.

Mata Diang seketika berubah menjadi merah api dan pupil matanya memipih, mirip dengan mata hewan buas ganas.

"Aaaaaakh ...," sebuah teriakan dari dalam pondok,  suaranya bikin bergidik. 


Dukun beranak dan ayah si bayi datang terlambat. Saat masuk ke dalam rumah, mereka di suguhi pemandangan yang sungguh mengerikan.


Sang bayi merah sudah tergolek lemas tidak bernyawa di atas meja makan, sementara mulut Diang berlumur4n d4r4h segar. Ayah si bayi yang melihatnya langsung pingsan di tempat.

"Tolong ... tolong ... tolong ... ada Kuyang!" 

Teriak histeris dukun bayi yang berlari ke tengah kampung dan suaranya membangunkan seluruh warga.

Hantu Kuyang Kalimantan Tertangkap Warga 



Seperti ada yang mengomando, semua warga desa, terutama laki-laki dewasa, bergerak menuju rumah Diang, mereka membawa mandau, tombak, sumpit, pulih, panah dan obor.

Juga tidak ketinggalan,  tidak ketinggalan jimat yang dipercaya bisa melindungi mereka dari kekuatan jahat Kuyang.

"Dasar bodoh, kenapa Diang tidak bisa mengedalikan diri? Kini semua warga sudah mengetahuinya," ucapnya Antang dalam hati.
 "Rasa lapar akan membunuhnya." 


Antang Badiang mengamati seluruh kejadian dari kejauhan. Mata tajamnya terus memandang dari kejauhan.

"Aku tak akan melakukan kesalahan yang sama seperti Diang Ama," ikrarnya lagi.

Pengalamannya mempelajari Ilmu hitam sejak remaja mengasah kemampuannya untuk bersabar dan mengendalikan hasratnya. Jangan sampai dirinya yang dikendalikan oleh hasrat memuaskan dahaga akan d4r4h.

Malam mencekam di desa tengah hutan kini menjadi keramain amarah warga yang sudah tidak bisa lagi dikendalikan.

"Bakar saja iblis itu!" teriak warga saling bersahutan. Warga kampung kampung yang marah terus mencari di setiap rumah warga.


Diang berhasil ditemukan bersembunyi di balik kamar semedinya. Bekas darah masih nampak di tangan dan mulutnya.

"Dasar iblis! Matilah ikau!" Warga yang marah langsung  menyerang dengan menebaskan mandau dan lempar tombak pada Diang.

Aneh, orang-orang seketika  itu terpental. Lalu majulah kepala suku dengan melempar jimat ke arahnya. Ia pun lemas, kesaktianya telah kalah.


Diang langsung digeret keluar rumah menuju ke lapangan tengah desa.

"Bakar saja rumah iblis itu!" teriak warga kampung.

Beberapa orang kemudian menyulutkan obor yang mereka bawa ke seluruh bagian rumah. Hanya dalam hitungan menit, rumah kayu itupun berubah menjadi api unggun raksasa.

Sepanjang perjalanan, penduduk desa beramai-ramai melemparkan batu ke tubuh Diang sambil melontarkan kata-kata cacian. Walaupun sudah dalam keadaan terdesak, Diang tetap tidak mau mengalah. 

Kalimat kutukan, sumpah serapah dan mantra keluar silih berganti dari mulutnya yang sudah berdarah-darah.

Tepat di tengah lapangan, Diang dibawa ke dekat sebuah batang pohon. Mulutnya masih mencaci maki, menyumpahi dan mengutuk.

"Tunggu kematian kalian, akan aku balas semua ini!" teriak Diang dengan amarah penuh.


Warga desa pun terus melempari tubuhnya dengan batu. Semendadak angin,  sebuah batu yang cukup besar melayang terbang tepat mengenai kepalanya. Keluar darah segar dari mata, telinga dan mulutnya, lalu Diang jatuh pingsan.


"Mati ikau iblis jahan4m!" teriak para warga dengan amarah. 


Beberapa orang lalu mengikat erat-erat tubuh Diang di batang pohon. Sedang yang lainnya menyiapkan potongan kayu dan meletakkannya di sekeliling pohon. Mereka kemudian beramai-ramai menyiramkan minyak tanah ke tubuh Diang.

Malam itu suasana riuh dan mencekam. Angin berhembus tidak beratur. Mencekam dan amarah menjadi satu.

Bau minyak tanah yang menyengat dan rasa dingin yang mendadak menerpa tubuhnya membuat Diang siuman.

"Hemmmhh..." Mendengus meronta penuh amarah.

Matanya garang gersang menatap orang-orang yang mengerumuninya. Diang membuka mulutnya lebar-lebar, lalu dari tenggorokannya keluar teriakan melengking yang menulikan telinga.

"Aaakkhhhh....!" 

Semua orang spontan menutup kuping mereka. Membuat pendengarnya gemetar.
Salah satu penduduk kampung berlari mendekati Diang dengan membawa obor dan langsung menyulut tumpukan kayu yang sudah basah oleh minyak tanah. Tindakan itu diikuti oleh penduduk lainnya. Mereka menyulut kayu dari sisi yang berbeda. Api mulai merambat dan menjilat tubuh Diang.


"Tunggu pembalasanku...! Kalian akan mendapatkan kematian yang sangat mengngerikan," kutuk Diang dengan penuh dendam.



Tepat di tengah kobaran api yang menyala-nyala, Diang tertawa mengejek dendam, seolah sedang merendahkan musuh-musuhnya. 

Suara tawa yang mengerikan membuat semua orang mengkirik. Satu per satu penduduk desa menyingkir dengan menyimpan rasa takut di hati, meninggalkan Diang yang terus tertawa yang menyayat-nyayat jiwa dalam kobaran api itu.

Aroma manusia panggang menyeruak ke udara. Semua binatang malam bersuara resah mencekam.

Hingga sebelum akhirnya membisu untuk selamanya. Tersisa suara gemeretik api yang masih membakar residu tubuh Diang Ama.

Perjalan Adelia di Pedalaman 


"Kenapa, Del?" Pangilan Chen Chen membuyarkan lamunan Adela seketika. Tubuhnya menggigil, keringat dingin membasahi bajunya. 

"Gak apa-apa, Kok," balasnya lirih. "Wajahmu terlihat pucat. Ni minum dulu ja."  Chen Chen menyodorkan minum botol yang masih tersegel. "Maaf merepotkan lu."
"Gak apa-apa."
Setiap kali penglihatan Adela terbuka, entah berapa besar energinya terkuras. Tubuhnya biasa dehidrasi dan membutuhkan minuman segar untuk membuatnya kembali pulih. 

"Ke Sambi kamu ingin menemui siapa?" pertanyaan itu meluncur begitu saja dari papanya Chen Chen. Refleks. 

"Mencari Om Agus, teman papa dulu," balas Adela gugub. "Nama papamu siapa?" 
"Namanya, Rico, Om."
"Rico ....?"
Mobil berdecit seketika berhenti. Gadis berusia belasan tahun itu kaget, bingung. Apa yang sebenarnya terjadi? 

"Apa nama namamu bernama Delima?"
Sebuah pertanyaan dari lelaki paruh baya itu seperti petir menyambar jantung Adelia. Bagaimana papanya Chen Chen tau nama mamanya? Padahal ia belum pernah bercerita sama sekali. 

"Apa Om mengenal Mama dan Papaku?" tanya balik Adela penasaran.
"Bagaimana kabar Alin dan Rahman? Kenapa kamu pergi sendirian?" tanya introgasi balik dari papanya Chen Chen.
Bagaimana Adel bercerita? Sedangkan ia justru penasaran pada lelaki asing yang begitu jelas paham akan keluarganya.
Apa yang akan terjadi?   Next

Daftar Isi Novel Siluman Kuyang 


Baca selengkapnya: INDEKS LINK

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Belajar Bersama Bisa dan Terimakasih. 



Post a Comment for "Misteri Hantu Kuyang Kalimantan, Hilangnya Bayi, Episode 2"