Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Asmara Istri Ketiga, Episode 36, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa?

Novel Cinta Terlarang Mama Muda Penuh Dosa 


Novel Cinta Terlarang- Apa yang diinginkan wanita setelah menikah? Adalah setiap perempuan memiliki banyak jawaban yang berbeda satu sama lain. Ada ingin dimanja, diperhatikan lahir hingga batin hingga ingin segera memiliki malaikat kecil. 

Matahari baru saja malu-malu menyapa bumi. Menyulap sepanjang pantai pangandaran cerah dan menjadi indah. Ia baru saja  bangun dalam kedinginan pagi yang menusuk tulang-menulangnya, kesejukan pagi itu menjalar-merambat tubuh. Terlihat pakaian awut-awutan di atas lantai. 

Bulan madu di pangandaran, membuatnya sesekali  meratap pilu mengenang sejarah yang ia  sendiri tidak dapat bedakan, antara kerelaan atau paksaan.

Wanita cantik asal Bandung itu bangkit, tubuhnya masih lemah dan layu, segera ia bungkus tubuhnya dengan lembaran selimut. Kedinginan pagi itu  amat sangat menggamit memori ingatan masa lalunya.

Adakah ia mampu  terbebas dari semua ini, atau justru sekadar terperangkap dalam memori masa lalu? Adalah jawabannya, tidak tau pasti. 



Bertahun-tahun ia di dalam neraka dunia dan di neraka dunia ia mempelajari kenikmatan yang manusia dambakan. Sayang semua itu semu sebelum akhirnya menikah. 

Jika sebelumnya dayungan, rintihan dan pelbagai lagi ia rasakan untuk sebuah materi. Sejak menikah, semuanya itu menjadi ibadah.

Apa itu berkah atau musibah? Jejak  watak utama dalam dunia nikmat itu, ia tidak mengerti, adakah rela atau terpaksa.

Siapakah ia? Adalah Gina Aulia wanita gelis  dari Bandung yang kini menjadi istri Bayu. Mencoba memperbaiki segalanya dari yang terserak, menyembuhkan lobang di dada. 




Dua bulan kemudian kebahagian Gina bertambah setelah testpac setrip dua menyapa pada suatu pagi. Tentu saja mamanya sangat lebih bahagia karena sebentar lagi, akan segera tiba bisa menimang cucu.

Berbekal uang tabungan  Gina  yang tersimpan, mereka merintis usaha baru dari nol lagi. Dasarnya memang  Bayu seorang pria cerdas dan pekerja keras, empat bulan kemudian usaha mereka mulai berkembang.

"Saat anak kita lahir, kasih nama siapa, Neng?" 
Bayu  meletakan kepalanya diperut Gina yang sedikit membuncit. 

"Terserah Aa saja. Neng juga belum dapet nama yang pas Aa," balasnya membelai rambut suaminya. 

"Anak kita udah nendang-nendang, Neng."
Wajah Bayu terlihat serius hanya sumringah, tangannya melingkar memeluk bahu istrinya. 

"Makasih ya, Aa."

Gina paham betul bayi itu belum bisa menendang, melihat suaminya penuh keyakinan membuatnya merasa menjadi istri yang sempurna. 

"Makasih apa, Neng?"
"Makasih sudah mau menjadi suami, Neng. Aa gak akan meninggalkan Neng kan?"
"Ngomong apasih, Neng. Aa kan suami, Neng. Masa ditinggalin?"

"Ya gak tau aja, siapa tau habis Neng melahirkan Aa, sudah gak cinta lagi?" 
Gina  menatap kosong nyalang  lagit-langit rumah.

Sebagai Bayu mungkin dia sangat mencintai Gina, lantas sebagai Urya siapa yang tau? Pertanyaan itu kerap muncul tidak tau diri.



"Bagaima jika kesadaran Aa Bayu kembali lagi dan dia meninggalkanku? Jika itu terjadi aku tidak sanggup hidup di dunia ini lagi.

Terkadang terlintas sekejap dalam benakku , jika saat melahirkan nanti, aku ingin pergi untuk selamanya . Dengan begitu, Urya tidak akan meninggalkanku. Tapi tidak, apapun yang terjadi nanti, aku akan tetap mempertahankanya.

Sekalipun pada akhirnya, jika harus berbagi cinta akupun rela. Tapi...

Apakah Eva dan Alena rela berbagi? Terutama pada istri pertamanya. Buktinya, Eva tidak bisa menerima Alena?

Bukan tanpa alasan aku berpikir seperti ini, aku ini istri ketiga. Belum lagi masa laluku yang kelam?"

Gina bergumam diiringi gemercik rinai air mata membasahi pipi.

"Kenapa Neng menangis?" Sebuah suara terurai dari bibir Bayu, begitu halus  lembut tanganya mengusap air matanya.

"Gak kok, Aa.  Neng gak nagis, cuma bahagia," balas Gina sembari mendaratkan kecupan hangat di keningnya.

Urya yang berganti nama Bayu itu membalasnya dengan kecupan yang lebih dalam, begitu tenang, begitu tentram.

Cinta telah menyeret Gina  mendekat pada Bayu,  kapan saja ketakutan menyeretnya  menjauh.




Rumah modern khas jawa barar dan asri itu terletak tidak  jauh dari Kota Bandung.  Jalan menuju rumah itu cukup ramai, akses juga begitu mudah.  Di depan rumah itu ada sebuah taman yang luasnya dua kali lipat dari bangunan rumah, tampaknya juga terawat baik dengan bunga-bunga aneka warna. 

Sebuah pintu gerbang besar terbuat dari pagar minimalis kayu-besi  kokoh tampak tertutup. Suasana dalam rumah sepi, mamanya Gina kebetulan sedang berkunjung ke tempat saudara. 

"Aa kangen banget sama Neng, boleh?"
"Jangan Aa...."

Bayu merebahkan istrinya dengan hati-hati di atas sofa ruang tengah. Gina kembali melihat ke atas, melemparkan senyuman terindah di Muka Bumi. 

"Emmm bener nih jangan?"
"Iya atuh Aa. Jangan hentikan."
"Aiss dasar ibu negara, pinter ya sekarang."
"Istri siapa dulu coba, Aa?"

Begitu lembut Bayu dengan penuh rindu  tertahan membelai mesra Gina istrinya, lagi mesra. 

Bayu  senang sekali menghitung pucuk-pucuk rambut bidadarinya,  bemanja-manja, canda tawa, berbagai segala hal yang telah terjadi dan juga harapan. 
 

"Istrinya pria paling tampan di penjuru dunia."
"Aa Bayu tampan? Enggak! Aa Bayu jelek, sangat jelek."
"Jika Neng gak percaya, tanyakan saja pada mamaku?"

Bagai petir menyambar hati Gina, bagaimana mungkin bertanya dengan ibunya Bayu? Sudah pasti rahasianya akan terkuak. 

"Iya Aa Bayu Sayang. Bawel. Tampanya Aa untuk Neng seorang aja atuh. Jeleknya untuk orang lain."
"Iya kitu, Neng?"
"Au Ahhh gelap, Aa Bayu nyebelin...."


Terkadang tidak peduli, walaupun tau bahwa wanita yang sedang Bayu  cinta  sedang isi  muda dan sangat berisiko. Hanya perasaan rindu yang merongrong, membuat mereka tidak sanggup mengendalikan diri. 

Apakah Bayu benar-benar hilang ingatan,  melupakan Alena dan Eva? Pertanyaan itu kerap muncul memutar-mutar di kepala Gina, takut dan was-was. 

"Aku hanya ingin Aa Bayu tau dan memahami.  Kakiku akan lebih kuat saat Aa ada di sisi. Jikapun ada halangan dan percobaan, tubuhku akan lebih kuat ada Aa Bayu menemani. 


Jangan pergi kemana-mana. Tersebab bagiku Aa Bayu begitu istimewa. Dekaplah aku dan peluklah aku dalam semua hal yang aku rindu."


Gina dalam hati begitu malu dan takut kehilangan.  Semuanya begitu sangat teramat dalam. Perasaannya pada Bayu begitu kuat.   


Seperti tersetrum listrik Gina mulai tidak sanggup hidup tanpa suaminya.  Dalam benaknya  tidak tau harus berbuat apa, ada takut kehilangan dan saat yang sama ada keraguan.


"Maafin Aa yang belum bisa membuat Neng bahagia." 

Sebening tirta jatuh begitu saja membasahi pipi pria berhidung bangir itu. 

"Sejak Aa menikahi Neng. Aa belum pernah memberikan apapun pada Neng. Semua usaha yang kita rinstis dari Neng."

"Milik Aa Bayu milikku,  milikku ya milikku sendiri.... Gak ya Sayang. Aa pekerja keras, buktinya sekarang usaha kita berkembang. Jadi jangan bicara yang bukan-bukan lagi."

Kedua tangan Gina mencengkram sandaran sofa, menatap tajam mata elang suaminya itu.




Saat rindu menjelma pilu, apa yang bisa dilakukan selain menyatu dalam pelukan? Sejak mengetahui dua garis merah, ia  tidak ingin terjadi sesuatu hal buruk pada istrinya dan selalu menahan diri untuk bergaul rapat. 

Kerinduan beberapa bulan telah membuncah, tidak bisa terbendung lagi. Ada semacam rasa aneh yang memenuhi dirinya; semacam perasaan tidak berada di planet bumi. 

Seperti dalam dunia hayal yang sewaktu-waktu bisa berubah atau lenyap. Seperti menjadi bagian dari sebuah mimpi terindah  yang sewaktu-waktu bisa membuatnya terjaga.

"Apa Aa Bayu tidak akan meninggalkan, Neng?"
"Apapun yang terjadi Neng istriku, hari ini, esok dan hingga maut menjemput."
"Tapi Aa Bayu tau kan? Neng gak sempurna."

Bayu tersenyum, lalu  sangat hati-hati  merasakan dirinya pelan-pelan tenggelam… berenang di dalam telaga surga loka.

"Apapun kondisi dan kekurangan Neng. Baik di dunia hingga alam keabadian nanti, Neng istriku. Bidadari Surgaku, for ever."

Begitu  memabukkan, bergetar… sesuatu yang menakjubkan mempesona melenakan. Memiliki Gina menjadi istrinya, hidup Bayu sempurna. 

"Jika suatu hari nanti aku tidak bangun lagi untuk selamanya. Aa Bayu berjanjilah  untuk hidup bahagia dan lebih baik lagi. Berjanjilah untuk berjalan di jalan yang benar, bisa?"

Gina paham dengan penyakitnya, hanya ia tidak sanggup bicara jujur pada suaminya. Tidak ingin membuat Bayu sedih. 

"Iya sayang, Demi Sang Maha Cinta, Aa akan hidup sesuai jalan yang benar."

"Aa Bayu, janji?"
"Iya Neng. Aa Janji. Udah ya, Aa gak suka Neng bicara seperti itu lagi...."


Gina berpikir jika setelah menjauh dari lembah neraka, bisa terbebas sepenuhnya? Tidak, emas untuk menjadi murni harus dibakar dan ditiup, seperti api membakar dirinya menjadi abu untuk menjadi pelita dalam gelap menanti datangnya fajar.

Bayu terhenyak dalam sekali dalam tarian terindah itu. Sebuah tarian begitu lembut alami yang tidak berujung tidak berpangkal. Rasanya juga seperti sulit untuk dijelaskan oleh kata-kata. 



"Apakah Eva mau memaafkan kesalahanku? Merenggut kebahagiaan yang seharusnya menjadi miliknya.

 Adakalanya aku harus merenung apa yang telah terjadi. Hal terindah atau kesalahan terbuat. Merenung untuk memperbaiki diri. 

Aku tidak tau, apa yang aku lakukan ini salah atau benar, satu hal yang pasti. Cintaku pada Aa Bayu suci."

Gina lebih pada bicara sendiri dalam hati. Memikirkan apa yang sudah terjadi. 

Lalu entah bagaimana keduanya mulai bergerak-gerak. Seperti perjalanan pernikahan mereka yang baru seumur jagung, mula-mula gerakan itu tidak beraturan. Tetapi kemudian mereka menemukan irama sendiri....


Next 

Daftar Isi Novel 


Baca selengkapnya di sini:  INDEKS LINK 

Post a Comment for "Asmara Istri Ketiga, Episode 36, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? "