Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Merajuk Hamil Muda, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 39

Baca Novel Cinta Terlarang On Going 




Novel Cinta Terlarang- Kota kembang, Bandung,  awan semakin menawan dilangit,  mendung menggulung mulai cerah oleh cahaya matahari pagi. Dalam rumah, pukul delapan, Gina menyiapkan sarapan untuk suami terkasih, Bayu dan duduk didepanya sembari menyuap makanya dengan lahap. 

Getaran menggoda, Bayu mengamati perubahan bentuk pipi Gina yang caem dan semendak angin gemas ingin mencubit hidungnya. Begitu imut lagi meneduhkan. 

"Sabar atuh, Neng. Aa janji pulang cepat setelah dari lokasi proyek akan  menjemputmu, Sayang dan lanjutin lagi tadi malam...," goda Bayu mengamati kecantikan istrinya dengan intens, entah mengapa istri hamil muda rasanya berbeda. 

"Aiss itukan maunya, Aa. Gak ada! Tega banget buat istrinya tepar," balas Gina mencebik manja. Kemudian melanjutkan menyuap asupan dalam mulutnya. 

Bayu mensesap kopi hitam tidak terlalu manis juga tidak pahit tiga kali teguk dan perlahan bangkit untuk pamit. Sejujurnya ia masih sangat rindu dan enggan pergi, masih ingin berlama-lama dengan bidadari surganya. 

Kehamilan Gina membuat Bayu merasa hidupnya sempurna dan tergenapi. Rasanya itulah impian yang sejak dulu ingin diwujudkan. Dadanya selalu gemetar, selalu ingin menciptakan suasana romantis dan membuat bahagia Gina. 


Terlebih pada hari minggu, seharusnya istirahat di rumah. Rasanya tidak adil rajin bekerja pada saat weekend. Hanya ada pekerjaan yang harus diselesaikan. 

Sejak menjadi istrinya Bayu, nempel seperti perangko Gina tidak bisa lama berjauhan dengan suaminya. Apalagi saat hamil, mungkin hiperbolis ia sedetikpun tidak ingin berpisah. Maunya dimanja dan bercinta romantis. 





Gina bangkit dan mengantarkan suaminya mencapai mobil. Hati Bayu mengharu-biru oleh sikap cebik manja Gina, ia memeluknya dan mendaratkan kecupan hangat di kening.


"Sayang Aa. Cepet pulang ya Sayang."
"Aiss seperti mau brangkat perang saja, Aa hanya pergi sebentar."
"Biarin, mau aku nangis?"
"Emm dasar negara republik indonesia. Siap tuan putri."

Bayu mencubit hidung Gina, sambil mencium bibirnya singkat dan pergi. 


Setelah mengantar suaminya pergi, Gina pergi ke taman menyirami bunga-bunga bermekaran. 

Maaf Aku Mencintai Suamimu 


Apa aku jahat telah mengambil Urya menjadi Bayu? Aku merasakan kebahagiaan yang berlimpah, sementara disana ada hati merindu dan terluka. 

Haruskah aku mengatakan yang sebenarnya pada Aa Bayu? Aku tidak sanggup kehilangan suami, apalagi sampai ditinggalkan pergi. 

Begitu egoiskah dan jahatnya diriku? Hatiku yang memilih Aa Bayu, aku sungguh tak mampu berpaling. 

Maafkan aku, Mbak Va... Sekali lagi maaf. Jika bisa, dikehidupan berikutnya aku rela kamu balas, kamu boleh memarahi sepuas hati, tapi aku akan tetap menjadi istrinya. 

Demi air mata membasahi pipi, maaf aku mencintai suamimu....

"Kenapa Neng menangis?" Sebuah suara dari mamanya yang membuyarkan lamunan Gina, menoleh kemudian tersenyum. 

"Gak ada apa-apa, Ma. Aku menangis bahagia."
"Mama tau semuanya.... satu pesan Mama, apapun yang terjadi nanti, kamu sudah memilih dan memutuskannya maka jangan pernah menyesalinya."

Iya, Ma. Neng tau...." Gina memeluk mamanya, tangispun pecah. 


Merajuk  Sepasang Bidadari 


Tengah hari telah lewat, Bayu belum juga pulang. Gina yang sudah berdandan cantik untuk pergi jalan-jalan mulai kesal. 

"Katanya sebentar di proyek, kok gak pulang-pulang." Wanita pasundan itu mondar-mandir dalam rumah. 

Terdengar bunyi rington memanggilnya dari gadgetnya.

"Aa jadi jemput Neng gak sih. Lama banget," ucap Gina setelah mengangkat telepon tanpa memperhatikan nama kontak. 

"Gimana kabarmu, Celine?"

Seketika Gina terhenyak, ternyata Angela yang meneleponnya. 

"Emm... baik. Maaf aku kira Aa Bayu tadi."

"Gak apa-apa. Mama sehat 'kan?"

Bagi Angela mamanya Gina seperti mamanya sendiri. Perasaan yang begitu kuat dan sulit dijelaskan. 

"Kabarku baik. Mama juga sehat, semuanya baik-baik saja. Oh iya sekarang kamu dimana?"

"Aku masih di Surabaya. Di hotel saat kita bertiga bersama...."

Seperti petir menyambar, memporakporandakan jiwa. Apa maksud Angela bicara seperti itu? Mengungkit masa lalu. 

Pertanyaan Angela membawa ingatan Gina tentang Urya. Begitu jelas didepan mata bayangan saat Angela dan Urya bergaul rapat. 

Dada Gina gemuruh cemburu, marah dan nyesek. Sebening tirta melompat begitu saja membasahi pipinya. 

"Oh begitu rupanya. Maafin aku, Angela. " 

Gina menabah-nabahkan hati. Bagaimanapun juga Angela berhak marah karena telah dikhianati olehnya. 

"Kenapa minta maaf? Aku justru berterimakasih kepadamu."

"Maksudnya?"

"Kamu tau, sejak kamu menikahi Bayu aku juga berhenti dari lembah kelam. Kini aku merintis usaha sendiri dengan cara yang benar. Andaikan aku sedikit punya keberanian dan lebih cepat. Jika bukan kamu maka aku yang akan menikahi Bayu."

Begitu mudah Angela mengurai kata-kata, seakan tidak peduli dengan perasaan. 

"Kenapa kamu bicara seperti itu, Angela?"

"Tenang, kamu jangan marah dulu. Walaupun aku juga cinta ma Bang Bayu. Aku tidak akan merebut darimu.  Berkat kamu dan Bayu, aku bisa hidup lebih baik adalah kejaiban.  Lagi pula perasaanku mungkin hanya sesaat?"

"Aku doakan kamu segera mendapatkan jodoh yang baik, yang kamu cintai. Kapanpun kamu ke Bandung, pintu rumahku terbuka untukmu."

"Terima kasih. Kamu bukan hanya sahabat terbaik, kamu selalu spesial untukku. Ya udah, kirim salam buat, Mama."

Angela mematikan teleponnya. Suasana menjadi hening penuh tanda tanya. 


Pulang Pelebur Gersang 


Denting jam terus berputar, hari menjelang sore. Sesampainya di rumah, Baru segera menemui istrinya. 

" Maafin Aa telat. Ayuk brangkat, Neng."

Gina masih membisu dalam kamar. Bibirnya manyun bisa dikucir. 

"Sayang jadi gak jalan-jalanya?"
"Emmm..."
"Kalau ngambek Neng tambah cantik loh."
"Emmm...."

Bayu mengelus punggung istrinya yang tidur tengkurap. Gina masih tidak bergeming. 

"Ap AC-nya rusak, Neng. Kok panas banget?"
"Emmm..."

Bayu merasa kesal tersebab istrinya masih ngambek. Ia segera menutup pintu kamar. 

Berbagai macam jurus rayuan sudah dikeluarkan, Gina masih membisu. Dari pada kepanasan, semuanya kain yang menempel pada bididarinya dilepas. 

Awalnya Gina tambah marah, hingga akhirnya menyerah. 

Bayu menepis rambut panjang Gina dan mencium tengkuk leher bidadarinya yang wangi. Menggoda tanda cinta disana, rayuan ampuh menggemaskan. 

"Aa sayang gak sih ma, Neng?"

Akhirnya Gina berbicara pada Bayu, hatinya sudah mulai mencair. 

"Enggak.... Enggak salah maksudnya."
"Aku masih ngambek ma Aa."
"Sebagai permintaan maaf, Neng mau apa?"
"Mau jalan-jalan."
"Ya udah pakai bajunya, kita jalan-jalan."
"Males... maunya jalan-jalan melintasi sembilan samudra."

Gina berusaha menghindari jemari Bayu, tetap saja tubuhnya gemetaran. Perjalanan kecil di bawah sana, meluluhkan amarah. 

Pertunjukan drama pergumulan dimulai, menumpahkan segala marah, kecewa, cemburu dan bahagia menyatu bergaul rapat. 

Gina menyadari suaminya merupakan salah satu pria sulit terpuaskan hingga tubuhnya menggelegar merasakan hentakan demi hentakan Bayu mengirim perjalanan sensasi dahsyat dalam perutnya.

Bayu selalu mampu menghadirkan rasa mengharu, musnah segala gundah dan cemburu. Kasihnya hangat, memikat hati istrinya. 

Gina merasa damai secara lahir batin, tiada lagi yang perlu dicemaskan. Ia memejamkan mata,  meruntuhkan cemburu. 

Apakah Angela mencintai Bayu? Gina sudah siap dengan segala resiko terburuk sekalipun. Apa yang akan terjadi? 

Next 

Daftar Isi Novel 



Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. 

Post a Comment for "Merajuk Hamil Muda, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 39"