Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Bulan Bintang Pun Tau, Bagian 18, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa?

Cinta Terlarang yang Bikin Baper, Novel Serial Online 




Senja merayap puncak gunung, awan putih memerah merana. Demikian terlihat saat kecewa mendera. Saat kesetiaan telah sirna, apa lagi yang tersiksa kecuali rasa perih tiada terkira. Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? 


Bulan Bintang Pun Tau,  Perihnya Pengkhianatan Cinta 


Api dendam telah membara dalam jiwa membakar hati Eva untuk Urya. Keyakinan cintanya yang berlayar di lautan pasir terdampar gersang membakar semua kenangan indah saat mereka bersama.

Bulan bintangpun tau angin malam membisikan tanya pada siapa hati mengadu ketika kekasih jiwa telah berkhianat?


"Kenapa luka ini begitu sakit?"

Wanita Sesatya Reksa ing Embanan itu bertanya dalam hati. Tubuh semampai kulit putih bersih, rambut hitam lurus dengan wajah bersinar, bibir tipis manis, sedang kembar bukitnya tidak besar atau kecil itulah Urya menyebutnya Permata Merah Dalam Ikatan.

Keadaan Eva memang sudah membaik secara fisik, hanya enam bulan berlalu begitu saja namun tidak pada hatinya. Entah mengapa seberapa kuat untuk melupakan justru menjadi ridu. Eva selalu nyeri sesak dalam dada saat teringat pengkhianatan oleh suaminya itu.

Hatinya kini benar-benar rapuh dan mudah pecah berkeping-keping. Sakit memang jika ketulusan cinta dibayar dengan penghianatan dan hinaan semata.

"Apakah karena aku belum bisa hamil itu salahku?"

Eva menjerit dalam bisu, menyakitkan lagi adalah kenapa orang yang ia cinta justru dia lah yang paling menyakitkan saat hati terluka, kenapa?


Sementara itu Urya di Bali memutuskan ingin pulang ke rumah untuk menemui Eva yang sudah berbulan-bulan ia tinggalkan.


Perpisahan Membawa Luka



"Kapan balik ke sini, Kak Urya?"

Wanita dengan body seroja bergoyang bernama Alena sebagai istri kedua yang belum di akui hukum negara tidak berdaya menahan suaminya pergi.


"Pergi aja belum udah ditanya kapan pulang, Dek."

Urya masih mencenung di depan kaca, merapikan pakaian dalam kamarnya.

Beberapa bulan bersama, perasaan rindu kedua anak manusia kian tumbuh saban hari. Hari-hari laksana mimpi dipenuhi gairah mengolora membuat selalu belum puas.

"Besok aja ya perginya Kak," pinta Alena manja memeluk Urya dari belakang dengan mata nanar berkaca.

Belum puas rindunya? Justru rindu itu semakin dalam. Rasa takut kehilangan dan terabaikan kini menghantui pikirannya .

"Gimana kalau adek ikut Kakak sekarang?"
"Sekarang?"
"Iya lah masak besok."
"Tidak, Kak."
"Kenapa sayang?"

Urya mengecup kening mesra. Menarik tubuh wanita Seroja Bergoyang di tempat tidur dengan Alena duduk di pangkuannya. Keduanya saling melempar senyum mengiyakan. Lalu Alena merebahkan diri pelan-pelan, menarik tubuh Urya bersamanya.


Hal yang tidak pernah terbayangkan adalah perasaan misterius disebut rindu tanpa ujung. Mengalir seperti anak sungai, burung bernyanyi melantunkan kidung keindahan. 


Urya membiarkan dirinya terbawa turun. Ia menciumi lagi leher jenjang Alena menghirup wangi sabun mandinya yang segar seperti harum bayi. Lalu  mencecapi, menari  menggigit-gigit bahunya yang halus mulus.


Betapa melenakan lagi memabukkan  menyatu dengan dengan kekasih hati? Seketika amarah hilang, sekejap datangnya. 

Seroja Bergoyang menggeliat lagi. Mengerang dalam simponi hembusan nafas, halus dan  merdu. 

Lalu  tarian berlari keseluruh permukaan melandai-landai yang menantang itu. Membenamkan mukanya di antara kedua kura-kura kembar yang membukit indah.


Sebentar kemudian sudah kembali ke salah satu puncak bukit menemukan mutiara berharga di sana. Apakah mutiara itu yang membuatnya tidak sanggup berpaling? Menjadi candu, membelenggu rindu. 

Alena memang bukan pertama dalam hidup Urya. Apa mungkin menjadi yang terakhir? Sulit mengejawantahan sebuah perasaan. 

Alena langsung terbuai ke alam nirwana  yang seperti angin kencang membawanya terbang ke awan. 


Dirasakannya b1b1r  suaminya yang hangat mengurung batu permata di atas bukit, membuat Alena menjadi tegang dan tegak. Ujung batu permata itu seperti menjadi sumber bagi sebuah sungai surgawi yang mengalir deras ke seluruh tubuhnya.
 

Alena mengerng ketika ujung l1d4h itu bermain-main di ujung di sana.

Oh…, rasanya seperti ditarik-tarik ke sebuah pusaran birahi yang siap menelan seluruh tubuh

Apalagi kemudian Urya menelusuri pangkal batu permata itu,… berputar … berputar … pelan dan penuh perasaan.

Aaaah…, Alena menggeliat-geliat seperti ulat hendak berubah menjadi kupu-kupu.

Nafasnya memburu sangat keras.

Tangan Alena meremas punggung Urya dan kedua kakinya mengejang. Punggungnya mulai melenting lagi. Tidak sanggup mengendalikan diri, Alena kembali menindas Urya di atas ranjang.

"Kakak harus mengobati rinduku sebelum pergi."

Alena menyerang Urya. Baju yang baru saja dirapikanya 'pun berterbangan hingga akhirnya mereka menari bersama.

Kamar Alena tertata rapi dengan dominasi warna merah muda dan beberapa sentuhan furniture klasik perlahan dipenuhi suara derit ranjang.

Wanita body Seroja Bergoyang itu sejenak menghela napas disusul terengah-engah antara marah dan takut kehilangan Urya, lelaki yang menjadi hidupnya.

Betapa hati Alena terbakar cemburu bila membayangkan Eva dalam pangkuat Urya. Sekelebat terasa sakit sesakan dada. Sebagai wanita apakah egois jika lelaki yang dicintainya tidak rela dibagi?

"Jangan tinggalkan aku, Kak Urya!"
"Iya Sayang ...."

Urya terperangah. Apalagi kemudian samar-samar terlihat dua titik bening menggelayut jatuh membasahi pipi Alena. Ketika kesunyian meremas rindu dengan jemarinya yang kuat, apa tersisa? Kecuali hasrat menggebu-gebu.

Lalu tangan pria itu sudah merayap-menari ke bawah, menyingkap r0k yang sebenarnya sudah tersingkap setengahnya.


Telapak tangannya mengusap-usap p4h4 Alena merasakan betapa lembut dan licin kulit di bagian sana.


Alena menger4ng dan mendes4h dan tanpa sadar memperlebar jarak kedua kakinya, mengundang tangannya untuk naik lebih ke atas lagi. Dan tangan itu pun perlahan merambat ke atas …. membuat darah Alena berdesir berpuluh-puluh kali lebih cepat.

Membuatnya merinding, membangkitkan seluruh bulu di tubuhnya yang sudah mulai berkeringat.

Oh … lama sekali rasanya tangan suaminya
merayap ke atas. Lama sekali …..

“Wow” Urya terperanjat saat membuka yang tersembunyi di sana. Ia takjub melihat keindahan hut4n tert4t4 rapi, direboisasi.

Pertempuran dahsyat terjadi hingga sebelum akhirnya Urya pergi. Pergi pulang menemui istri tuanya?

Apakah akan di terima oleh Eva atau tidak? Tidak ada yang tau pasti yang jelas bukan Urya namanya jika tidak bisa meluluhkan hati wanita. Kini wanita Seroja Bergoyang itu kesepian lagi seperti sebelum-sebelumnya.

Next


Daftar Isi


Selamat membaca dan jangan lupa bahagia 

Post a Comment for " Bulan Bintang Pun Tau, Bagian 18, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? "