Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Berbagi Belajar Bersama Bisa, Begini Keseruanya!


Motivasi  : Mengasiani orang lain sama dengan membuatnya menderita, sedangkan mengasiani diri sendiri sama dengan menyiksa diri. Apa yang harus dilakukan pada sesama? 

Apatis, tidak mau tau, tersebab dianggap merugikan atau berbagi karena saling membutuhkan? Demikian sebuah pertanyaan demi pertanyaan yang terkadang terlupakan. 

Setiap kebaikan selalu diselubungi kejahatan, demikian juga kejahatan selalu tidak lepas dari kebaikan. 

Bagaimana mungkin ada kebaikan, jika tidak ada keburukan? Sesuatu bisa disebut buruk karena ada yang baik. Masalahnya baik dan buruk menurut siapa? 

Seperti biasa, sebelum melanjutkan jangan lupa subcribe agar tidak ketinggalan informasi keren selanjutnya dan jangan lupa bahagia. 

Pernah berpikir,  Buat Apa Berbagi pada Sesama? Sebagai berikut: 


Adalah secara perhitungan matematika sederhana dan awam mungkin berbagi pada sesama itu rugi. 

Semisal, bertahun-tahun melakukan riset dan berbagai percobaan untuk menemukan trik dan teknik yang merupakan sebagai pengetahuan. Begitu mudah kita bagikan begitu saja. 

Bisa juga udah susah payah mencari rezeki mengumpulkan uang, kemudian diberikan kepada orang lain begitu saja. 

Bila pola pikir seperti itu, tentu sangat rugi dan menyebalkan. Tersebab memakai matematika neraca duniawi yang sempit. Sebelum penyakit pikiran itu semakin menyenyebar, coba lihat beberapa peristiwa duniawi dengan neraca berpikir besar sebagai berikut: 


1. Kenapa para pemain sepakbola atau orang kaya eropa suka berbagi? Alasannya agar mereka terhindar dari pajak tinggi


Karena uang pajak yang dapat nama pemerintah, sementara jika diberikan yayasan amal maka nama individu tersebut yang harum.  Terlepas orang itu ikhlas dan tidak ikhlas. 


Saat berpikir besar,  secara matematika duniawi saja berbagi sangat bermanfaat dan mendapatkan balasan lebih banyak. So saling berbagi pada sesama bisa disebut kebutuhan. 

Baca Juga : 

2. Kenapa saat bisa memberi dari pada meminta hati merasa bahagia? 


Siapapun orangnya, saat ia berbagi pada sesama, otak kanan akan merespon, membuat psikologis lebih bahagia.  Apalagi jika tanpa pamrih, tentu lebih menakjubkan. 

Demikian jika diukur dengan neraca duniawi berpikir besar, banyak manfaatnya. Bagaimana jika memakai neraca alam semesta, Empunya Kehidupan? 

Saat memberikan satu, semesta membalas dengan memberikan sepuluh. Logika sederhana, bak mandi perlu dibersihkan agar bisa di isi air baru yang lebih jernih. 


Ketika berbagi hanya karena Sang Maha Cinta, tidak lebih semua itu adalah keindahan yang begitu luar biasa. 

Berbagi sebagai jalan melayani Sang Pemilik Kehidupan dan saat Empunya Kehidupan senang dengan pengabdian kita, apalagi yang harus di butuhkan? 

Berbagi pada sesama juga sebagai  jalan spritual,  melatih batin agar selalu damai. Jadi saat berbagi menjadi tradisi, sebetulnya bukan untuk menolong orang lain, melainkan menolong diri sendiri. 

Lebih menakjubkan lagi, saat kita memberi ternyata bukan berkurang  justru bertambah. Berbagi ilmu, maka menambah ilmu. Berbagi rezeki, menambah rezeki. 

Berbagi suami menambah isri, eh bukan ya. Intinya kenapa berbagi ya karena ingin mengkali.  Ingat rumus matematika? Lawan berbagi adalah kali. 

Saat berbagi satu, mendapatkan sepuluh kali. Apalagi bisa di jalankan secara disiplin dan konsisten? 

Bagaimana menurut sahabat Bebeb? Punya pendapat lain diskusikan di sini yuk!


Post a Comment for "Berbagi Belajar Bersama Bisa, Begini Keseruanya! "