Berbagi Ranjang, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 42
Novel Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 42
Novel Cinta Terlarang- Benarkah wanita tercipta hanya sekedar tempat penitipan benih pria saja? Demikian kata mereka pada Gina saat masih berkecimpung di dunia perjelijihan. Di mana antara hitam dan putih begitu tipis perbedaanya.
"Menikahlah dengan Aa Bayu, Angel."
Sebuah permintaan bodoh dari seorang yang bibir mungilnya tidak asing menari-nari di leher dulu sebelum akhirnya di nikahi laki-laki bernama Bayu.
Sebagai sesama wanita tentu Gina masih punya hati dan rasa. Sebuah perasaan sejatinya sudah terkubur ribuan tahun bersama waktu yang sudah terlewati.
Masih pantaskah ia disebut manusia? Tanpa harapan, tanpa masa depan. Semua segelap mendung menelan awan menutupi mentari.
Kehidupan Gina mulai berubah saat bertemu laki-laki yang bibir merekahnya tidak asing menyusuri setiap inci dari tubuhnya, mulai ujung rambut hingga ujung kaki. Segala cara sudah ia tepiskan nostalgia semalam surga di Surabaya waktu itu.
"Baik," balasnya lirih seraya menatap pria tampan yang baru saja menjadi seorang ayah. Mata, alis, hidung bahkan bibirnya mampu membuatnya bertekuk lutut.
Apa harus aku katakan bahagia atau sedih? Jujur, aku bukanlah wanita munafik dan memang aku sudah jatuh cinta saat pertama menari bersama.
Perbedaanya, Gina berani melangkah lebih cepat mengambil sikap. Sedangkan diriku terlalu takut untuk jatuh cinta lagi dan menerima kenyataan hidup ini apa adanya. Bukan apa adanya? Sepertinya takdir membuat konspirasi untukku. Batin Angela dalam hati.
"Makasih ya, Gel."
Dua bulan berikutnya Angela menikah dengan Bayu secara syah hukum agama dan negara. Memang tidak ada pesta yang meriah bahkan ia tiak bisa memberikan kabar pada kakaknya di Manado.
Hanya ada beberapa tamu dari beberapa teman dan tetangga. Bagi Angela saat itu hanyalah meluruskan niat agar ke depan bisa hidup lebih baik lagi.
Angela masih memandangi diri depan cermin, masih cantik. Riasan wajah berkilau, rambutnya digelung sederhanana mengenakan kebaya putih lambang kesakralan pernikahan.
Kedua kaki Angela masih terekat di lantai, tidak mampu beranjak pergi meski sudah waktunya bersiap-siap menuju altar. Di hari paling bersejarah dalam hidupnya, tidak ada satupun keluarga menemani.
"Pa... Ma... Apa kalian di surga bisa melihatku di sini?"
Saat upacara sakral itu usai dan satu persatu tamu mulai pergi, Angela masih saja seolah tidak percaya bahwa kini sudah menikah.
"Malam ini milikmu, Angela. Maaf telah memintamu mengantikan kewajibanku untuk Aa Bayu," kata Gina memegang jemari Angela.
"Kenapa kita gak sama-sama aja. Seperti biasanya dulu?"
"Ngaco kamu! Ini malam pertamamu."
"Lagian aku juga masih mengeluarkan flat darah. Memang sih sudah lewat massa nifas tapi gak tau belum juga bersih," jelas Gina.
"Tapi aku gak punya malam pertama yang bisa kupersembahkan untuknya."
"Emang aku punya? Udahlah kita sama-sama tau, Sayang."
Mungkinkah Gina tidak cemburu padaku atau memang urat sarafnya sudah putus? Segalanya ganjil. Malam Pertama atau bukan, satu hal yang pasti. Angela menyerahkan seluruh hidupnya untuk Bayu.
Malam pertama tidak perlu membaca kitab kamasutra karena bisa dikatakan Angela ahlinya. Lucunya, ia justru dua kali lebih nervous saat kini tingal mereka berdua di atas ranjang.
Sudah dua jam mereka berdua mematung membisu tidak ada sepatah katapun yang terucap. Padahal sangat terpancar jelas lukisan semesta tubuh Angela yang mengenakan lingerie tipis lembut berwarna putih.
"Kalau Abang capek, istirahat saja."
Angela mencoba untuk mencairkan suasana.
"Kenapa kamu mau menikah denganku?" Suara Bayu serak-parau, tubuhnya gemetaran.
Angela hanya memandangnya dengan mulut yang masih terkunci. Haruskah ia berkata jujur? Semendadak otak menjadi kosong.
"Aku cinta ama, Abang. Meskipun itu bukan permintaan Gina, jujur aku memang cinta sama abang dari pertama aku datang kerumah ini," balas Angela lirih.
Sebenarnya Angela sudah jatuh cinta saat pertama bertemu di Surabaya. Sebuah pertemuan yang merubah perjalanan sejarah hidupnya.
"Aku tidak bisa menjanjikanmu bisa berbuat adil sebagai suami. Aku hanya bisa berjanji untuk menjalankan kewajibanku sebaik mungkin. Masih ada kesempatan sebelum semuanya terlambat," jelas Bayu tegas.
"Aku mengerti dan siap dengan segala resikonya, Bang."
"Apa kamu mencintaiku?"
Mendengarnya Angela hanya bisa menelan jelijihnya sendiri. Sedikit ia sibakan dua liuk melandai-landai memberinya sinyal. Lagi-lagi Bayu hanya mematung tidak beranjak.
Rasanya otakku sudah mulai gila menahan gejolak rindu dalam dada. Secepat kilat semua rajutan benang sudah terbang di atas lantai sebagai jawaban atas semua pertanyaannya.
Karena sudah pernah mencoba berbagai gaya 'nyeleneh', tidak akan puas rasanya jika belum membuat Bang Bayu mengakuiku sebagai Magister Kama Sutra pada malam pertama. Tekad Angela dalam minda.
Angela menyusuri dada bidang yang memberinya rasa nyaman sekaligus terancam. Ia mengecup-mengembus, menggigit kecil, menghela nafas menghirup semerbak tubuh pria gagah. Rasa terimakasih memicu semangat dan bimbang membuat keraguan meranggas.
"Stop ….," lirih ujar Bayu, tetapi kata itu seperti kehilangan makna. Angela tidak mau berhenti, malah semakin bersemangat menelusuri lapang dada bidang itu.
Novel Cinta Terlarang- Benarkah wanita tercipta hanya sekedar tempat penitipan benih pria saja? Demikian kata mereka pada Gina saat masih berkecimpung di dunia perjelijihan. Di mana antara hitam dan putih begitu tipis perbedaanya.
"Menikahlah dengan Aa Bayu, Angel."
Sebuah permintaan bodoh dari seorang yang bibir mungilnya tidak asing menari-nari di leher dulu sebelum akhirnya di nikahi laki-laki bernama Bayu.
Sebagai sesama wanita tentu Gina masih punya hati dan rasa. Sebuah perasaan sejatinya sudah terkubur ribuan tahun bersama waktu yang sudah terlewati.
Masih pantaskah ia disebut manusia? Tanpa harapan, tanpa masa depan. Semua segelap mendung menelan awan menutupi mentari.
Kehidupan Gina mulai berubah saat bertemu laki-laki yang bibir merekahnya tidak asing menyusuri setiap inci dari tubuhnya, mulai ujung rambut hingga ujung kaki. Segala cara sudah ia tepiskan nostalgia semalam surga di Surabaya waktu itu.
"Baik," balasnya lirih seraya menatap pria tampan yang baru saja menjadi seorang ayah. Mata, alis, hidung bahkan bibirnya mampu membuatnya bertekuk lutut.
Apa harus aku katakan bahagia atau sedih? Jujur, aku bukanlah wanita munafik dan memang aku sudah jatuh cinta saat pertama menari bersama.
Perbedaanya, Gina berani melangkah lebih cepat mengambil sikap. Sedangkan diriku terlalu takut untuk jatuh cinta lagi dan menerima kenyataan hidup ini apa adanya. Bukan apa adanya? Sepertinya takdir membuat konspirasi untukku. Batin Angela dalam hati.
"Makasih ya, Gel."
Gina menghamburkan tubuhnya dan mereka saling berpelukan. Tangis keduanya pecah tidak terkendali.
Apakah itu sebuah tangis bahagia atau tangis kepedihan? Sulit untuk dibedakan.
Permainan apalagi dilakukan waktu untuk kedua wanita cantik itu? Setidaknya, tubuh jalang mereka kini hanya akan diabdikan pada satu pria saja.
Tenggorokan Angela terbakar tercekat terdiam seribu bahasa untuk beberapa saat. Terlihat Bayu juga meneteskan air mata. Entah itu air mata bahagia karena akan punya dua istri atau air mata kepedihan karena akan memikul tanggung jawab yang besar?
Gilanya adalah Gina nampak lebih bahagia saat Angela menerima rela dinikahi Bayu suaminya itu. Sungguh pemandangan konyol dan tidak masuk akal sama sekali.
Orang lain bukanlah kita, tersebab itu tidak perlu membuat perbandingan. Dua wanita jatuh cinta pada pria yang sama. Punya perjalanan dan cara berbeda dalam menyikapinya.
Tenggorokan Angela terbakar tercekat terdiam seribu bahasa untuk beberapa saat. Terlihat Bayu juga meneteskan air mata. Entah itu air mata bahagia karena akan punya dua istri atau air mata kepedihan karena akan memikul tanggung jawab yang besar?
Gilanya adalah Gina nampak lebih bahagia saat Angela menerima rela dinikahi Bayu suaminya itu. Sungguh pemandangan konyol dan tidak masuk akal sama sekali.
Orang lain bukanlah kita, tersebab itu tidak perlu membuat perbandingan. Dua wanita jatuh cinta pada pria yang sama. Punya perjalanan dan cara berbeda dalam menyikapinya.
Apakah wanita adalah musuh wanita lainya atau rela berbagi keindahan untuk sebuah pengabdian tanpa tersentuh pamrih? Jadi memang tidak bisa dibanding-bandingkan.
Siapakah anak manusia yang ingin hidup dalam lembah nestapa? Tidak satupun menginginkannya. Terkadang beberapa orang salah jalan dan dipaksa keadaan. Sementara apa yang terjadi tidak bisa dihindari, hanya bisa diperbaiki.
Nakal boleh asal ingat jalan pulang, apakah itu salah? Batupun membisu tanpa jawaban. Apa yang terjadi, ya terjadilah.
Pernikahan Angela Warauw
Dua bulan berikutnya Angela menikah dengan Bayu secara syah hukum agama dan negara. Memang tidak ada pesta yang meriah bahkan ia tiak bisa memberikan kabar pada kakaknya di Manado.
Hanya ada beberapa tamu dari beberapa teman dan tetangga. Bagi Angela saat itu hanyalah meluruskan niat agar ke depan bisa hidup lebih baik lagi.
Angela masih memandangi diri depan cermin, masih cantik. Riasan wajah berkilau, rambutnya digelung sederhanana mengenakan kebaya putih lambang kesakralan pernikahan.
Kedua kaki Angela masih terekat di lantai, tidak mampu beranjak pergi meski sudah waktunya bersiap-siap menuju altar. Di hari paling bersejarah dalam hidupnya, tidak ada satupun keluarga menemani.
"Pa... Ma... Apa kalian di surga bisa melihatku di sini?"
Gumam Angela sendu-sedan. Tanpa terasa sebening tirta meleh membanjiri pipi.
Satu-satunya keluarga aku miliki tidak pernah menganggapku ada. Kakak, masih saja menyalahkanku atas kepergian Papa dan Mama. Keluh Angela lagi dalam hati.
Angela menghela nafas dalam-dalam, sedikit demi sedikit tubuhnya mulai bisa bergerak. Susah-payah caranya harus Angela tepiskan segala keraguan dalam minda.
"Angela, kamu sudah siap?"
Satu-satunya keluarga aku miliki tidak pernah menganggapku ada. Kakak, masih saja menyalahkanku atas kepergian Papa dan Mama. Keluh Angela lagi dalam hati.
Angela menghela nafas dalam-dalam, sedikit demi sedikit tubuhnya mulai bisa bergerak. Susah-payah caranya harus Angela tepiskan segala keraguan dalam minda.
"Angela, kamu sudah siap?"
Gina berjalan mendekatinya, hanya terlihat senyuman. Sesuatu sangat kontras, umumnya saat suaminya menikah lagi, istri sebelumnya pasti merana.
"Sudah."
"Aku minta maaf jika membebanimu," ucap Gina sembari menyeka air mata Angela. Menguatkan.
"Gak usah ngomong seperti itu, Celine. Bukankah kita sudah biasa berbagi ranjang?"
"Ah, kamu bisa aja."
"Sudah."
"Aku minta maaf jika membebanimu," ucap Gina sembari menyeka air mata Angela. Menguatkan.
"Gak usah ngomong seperti itu, Celine. Bukankah kita sudah biasa berbagi ranjang?"
"Ah, kamu bisa aja."
Kemudian mereka tertawa getir bersama seperti biasanya. Bedanya sekarang mereka berbagi ranjang karena kerelaan dan cinta.
Gina dengan perlahan menuntun Angela menuju Bayu. Laki-laki yang juga akan menikahi Angela. Jodoh itu unik, di kejar menjauh, yang jauh mendekat. Inilah awal dalam hidup Angela menjadi istri Bayu. Terserah kata orang meski harus berbagi ranjang.
Saat upacara sakral itu usai dan satu persatu tamu mulai pergi, Angela masih saja seolah tidak percaya bahwa kini sudah menikah.
"Malam ini milikmu, Angela. Maaf telah memintamu mengantikan kewajibanku untuk Aa Bayu," kata Gina memegang jemari Angela.
"Kenapa kita gak sama-sama aja. Seperti biasanya dulu?"
"Ngaco kamu! Ini malam pertamamu."
"Lagian aku juga masih mengeluarkan flat darah. Memang sih sudah lewat massa nifas tapi gak tau belum juga bersih," jelas Gina.
"Tapi aku gak punya malam pertama yang bisa kupersembahkan untuknya."
"Emang aku punya? Udahlah kita sama-sama tau, Sayang."
Mungkinkah Gina tidak cemburu padaku atau memang urat sarafnya sudah putus? Segalanya ganjil. Malam Pertama atau bukan, satu hal yang pasti. Angela menyerahkan seluruh hidupnya untuk Bayu.
Hebatnya lagi, Angela belum malam pertama sudah punya putri cantik bayinya Gina. Malaikat kecil Lea memang bukan darah dagingnya hanya sangat menyayanginya lebih dari pada dirinya sendiri.
Malam Pertama Istri Keempat
Malam pertama tidak perlu membaca kitab kamasutra karena bisa dikatakan Angela ahlinya. Lucunya, ia justru dua kali lebih nervous saat kini tingal mereka berdua di atas ranjang.
Sudah dua jam mereka berdua mematung membisu tidak ada sepatah katapun yang terucap. Padahal sangat terpancar jelas lukisan semesta tubuh Angela yang mengenakan lingerie tipis lembut berwarna putih.
"Kalau Abang capek, istirahat saja."
Angela mencoba untuk mencairkan suasana.
"Kenapa kamu mau menikah denganku?" Suara Bayu serak-parau, tubuhnya gemetaran.
Angela hanya memandangnya dengan mulut yang masih terkunci. Haruskah ia berkata jujur? Semendadak otak menjadi kosong.
"Aku cinta ama, Abang. Meskipun itu bukan permintaan Gina, jujur aku memang cinta sama abang dari pertama aku datang kerumah ini," balas Angela lirih.
Sebenarnya Angela sudah jatuh cinta saat pertama bertemu di Surabaya. Sebuah pertemuan yang merubah perjalanan sejarah hidupnya.
"Aku tidak bisa menjanjikanmu bisa berbuat adil sebagai suami. Aku hanya bisa berjanji untuk menjalankan kewajibanku sebaik mungkin. Masih ada kesempatan sebelum semuanya terlambat," jelas Bayu tegas.
"Aku mengerti dan siap dengan segala resikonya, Bang."
"Apa kamu mencintaiku?"
Mendengarnya Angela hanya bisa menelan jelijihnya sendiri. Sedikit ia sibakan dua liuk melandai-landai memberinya sinyal. Lagi-lagi Bayu hanya mematung tidak beranjak.
Rasanya otakku sudah mulai gila menahan gejolak rindu dalam dada. Secepat kilat semua rajutan benang sudah terbang di atas lantai sebagai jawaban atas semua pertanyaannya.
Karena sudah pernah mencoba berbagai gaya 'nyeleneh', tidak akan puas rasanya jika belum membuat Bang Bayu mengakuiku sebagai Magister Kama Sutra pada malam pertama. Tekad Angela dalam minda.
Ingin rasanya ia mendekap dan memeluk tubuh hangat yang ditindihnya kini. Bayu tertawa kecil menerima perlakuan Angela.
"Stop ….," lirih ujar Bayu, tetapi kata itu seperti kehilangan makna. Angela tidak mau berhenti, malah semakin bersemangat menelusuri lapang dada bidang itu.
Angela naik merambat ke dagu Bayu, menyusuri bawah rahangnya, lalu turun lagi sampai ke pangkal leher.
"Angela …. Apa yang kamu lakukan?" Akhirnya Bayu hanya bisa pasrah dan perlahan membentangkan tangannya.
Angela semakin berani, mengangkat mukanya, sejurus tatapannya lekat di mata Bayu yang sudah mulai tidak sanggup lagi mempertahankan diri.
"Jangan.... Angela...." tapi tangannya tidak juga sanggup mendorong kepala Angela lepas dari dadanya.
Bayu hanya bisa berkata tidak bisa berbuat. Ada penolakan hanya tidak punya daya, sebuah penyerahan yang tidak terelakkan. Apalagi ketika Angela mengeliat? Sungguh pejantan manapun dibuat tidak berdaya.
Beginikah seorang bidadari minahasa menari? Pikir Bayu akhirnya mulai melakukan pembalasan. Derit ranjang menjadi melodi malam dengan menyanyiakan deru nafas ke udara.
Next
Daftar Isi Novel Cinta Terlarang
Indeks link:
(On Going)
(On Going)
Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.
<Sebelumnya > < Selanjutnya >
Post a Comment for "Berbagi Ranjang, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 42"
Disclaimer: Semua isi konten baik, teks, gambar dan vidio adalah tanggung jawab author sepenuhnya dan jika ada pihak-pihak yang merasa keberatan/dirugikan silahkan hubungi admin pada disclaimer untuk kami hapus.