Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Kota Seribu Bunga, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 43

Episode 43 Kota Seribu Bunga  Novel Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa?





Novel Cinta Terlarang- Deru mesin mulai terdengar saat peswat lepas landas melayang ke angkasa. Angela meletakan kepalanya bersandar pada bahu pria bermata elang. Mata yang mampu membuat jelijihnya  meleleh berkali-kali.

Lukisan awan putih bergerak mulai nampak di luar jendala pesawat saat Penerbangan dari Bandar Udara Soekarno-Hatta menuju Sam Ratulangi Manado. Angela masih saja terekat seolah tidak mau lepas menikmati aroma harum tubuh lak-laki yang kini menjadi suaminya. 

Setelah menikah, Bayu memaksa Angela untuk pulang ke tanah kelahiran, Tomohon. Kota yang ditasbihkan sebagai Kota Bunga berkelas Internasional. Sebenarnya Angela  tidak yakin, kakaknya akan menerima kepulangan mereka. 

"Jangan takut. Kita pasti bisa meluluhkan kakakmu."  Bayu memeluk bahu Angela  sembari menciumi pucuk rambutnya.

"Tapi, Bang?"

"Sudahlah jangan dipikirkan. Percaya saja sama Abang."

Bukan kemarahan kakaku yang aku takutkan. sebenarnya  kenangan jahat di kota itu. Kenangan yang merengut keperawananku bahkan ke dua orang tua yang telah melahirkanku. Ratap Angela dalam hati. 

"Kalau Abang maksa, aku bisa apa?"

"Sayang... Kamu sekarang sudah menjadi istri Abang 'kan? Sudah semestinya keluargamu harus tau. Apapun hasilnya nanti,  terpenting kita sudah melakukan yang terbaik."

"Iya sih Bang. Tapi kan aku udah cerita bagaimana masa laluku yang kelam."

"Setidaknya kamu tau semua masa lalumu. Sedangkan Abang?" pekik tanyanya terhenti. Seolah tersirat pada lensa matanya akan ada sesuatu.

"Abang sudah ingat semuanya?" balik tanya Angela  mengintrogasi.

Mungkinkah Surya mengingat semuanya.  Angela  memang tidak terlalu tau tentang masa lalun Bayu. Ia  dulu salah satu pelanggan yang kecelakaan dan kemudian di nikahi Gina.

"Ya Abang ingat."
"Ceritakan semuanya padaku, Bang," pinta Angela  menatapnya serius.
"Bener kamu mau tau?" balasnya menantang.
"Ya Bang, Angela mau tau semuanya tentang Abang."
"Yakin?"
"Yakkin seribu persen."
"Baiklah. Abang ingat saat kamu selalu menatap aneh pada Abang."
"Maksudnya?"
"Saat Abang bermesraan sama Gina. Abang perhatiin kamu sebenarnya diam-diam suka 'kan sama Abang," balasnya menggoda puas.

Angela  hanya diam jengkel sekaligus malu. Ternyata selama ini  Bayu memperhatikannya. 

"Jangan tinggalin aku ya, Bang. Aku gak mau kehilangan orang yang aku cintai lagi." Angela  memeluk  eret-erat suaminya. 

"Ngomong apa sih sayang. Kamu dan Gina selamanya dalam hidupku. Aku cukup beruntung memiliki kalian. Bankan terkadang seolah tak percaya memiliki dua istri namun rukun."

"Bang Bayu hebat dong!" cebik Angela.
"Maksudnya?"
"Hebat bisa membuatku kewalahan saat di atas ranjang," goda Angela mencubit hidung mancungnya Bayu. 

Terasa cepat, tanpa sadar sudah satu jam pesawat melayang di udara. Angela melihat para penumpang sebagian banyak yang tidur dikursi masing-masing.

Kalau tidak ada halangan, biasanya sekitar dua jam penerbangan untuk Jakarta-Manado. Semendadak Angela teringat Lea di rumah bersama mamanya.

"Lea sedang apa sekarang ya, Bang?"

Entah mengapa aku sangat kangen pada si cantik mungil yang berusia dua bulan sepuluh hari itu. Padahal baru beberapa jam saja meninggalkannya. Gina memang yang melahirkannya, namun Lea adalah anakku. Keluh Angela dalam hati. 

"Paling nangis nyariin kamu."
"Gina yang nyariin Abang kali," balas Angela  mencebik. Bayu hanya manggut-mangut diam saja seolah tidak mendengar.

Tentram, dalam pelukan laki-laki yang keperkasaanya selalu membuatnya bertekuk lutut, kelonjotan hingga tepar, perlahan mata Angela  mulai terpejam memasuki alam mimpi.

Kota Manado, Selebes Bagian Utara 


Burung besi raksa melayang ke udara mulai mendarat hinngga membangunkan tidur nyenyak Angela.  Tanpa  terasa kini mereka  sudah sampai di Bandar Udara Sam Ratulangi Manado.

"Udah bangun sayang? Bentar lagi kita turun."

Angela hanya mengeliat dengan isi kepala yang sedikit pusing hingga akhirnya pesawat itu berhenti. Para penumpang sudah mulai bersiap-siap turun, sedang kakinya  masih memaku seolah tidak mau beranjak pergi.

"Ayo kita turun sayang," imbuh pintanya.

Setengah mengantuk, dengan malas terpaksa Angela  turun ke luar dari pesawat dengan memegang erat tangan  Bayu. Tangan yang selalu membuatnya  melayang ke ujung kutub utara.

"Bang kita cari penginapan Boulevard, ya. Besok kita baru ke Tomohon."
"Kenapa besok? 'Kan cuma satu jam saja dari sini?"
"Aku mohon please...."
"Apasih yang gak buat istri Abang," godanya seraya berjalan ke luar bandara untuk mencari Taxi.

"Ah gombal."

Hari itu sengaja aku  ingin bersenang-senang dulu dengan Bang Bayu di Kota Manado. Aku juga kangen makan pisang goreng dengan sambal pedas di pantai Malalayang. 

Seperti kata orang, belum bisa di katakan ke Manado jika belum Lima B; Bandara, Boulevard, Bunaken, Bubur Manado dan 'Bi bir Manado'.

Eits jangan salah dulu yah, bibir manado di sini adalah bibir pantai di sulawesi utara seperti yang di tulis oleh Pahlawan Nasional Sam Ratulangi. Dulu aku paling suka hang out di bibir Pantai Malalayang makan pisang goreng dengan sambal pedas khas Manado sembari menikmati indahnya pemandangan laut. Jelas Angela dalam hati. 

Setelah naik taxi mereka meluncur kota yang sudah tidak asing bagi Angela. Akhirnya mereka  menginap di salah satu hotel berbintang di sikitar jalan Piere Tendean, Wenang, kawasan Boulivard.

Angela  duduk manis di kursi bawah pohon ruangan lobby sementara  Bayu memesan kamar dan menyelesaikan segala adminitrasi. Perlahan tubuh Angela  sudah mulai segar meski hatinya di penuhi kenangan jahat masa lalu.

Bayu mendekat menghampirinya  kemudian di salah satu kursi seraya memandang Angela  tajam.

"Kamu gak capek?" Sebuah tanya memberi isyarat.

"Selama bersama Abang, mana kita orang ada capeknya, jo,'' balas menantangnya. Meskipun Bang Bayu sudah mengakuiku sebagai Magister Kama Sutra, sebenarnya aku sering di buatnya tepar tidak berdaya. Tertawa sendiri Angela dalam hati. 

Sekian menit kemudian, tidak beberapa lama staff resepsionis memanggil dan mengatakan kamar sudah siap. Sebab  Bayu sudah menantang,  mereka segera menuju masuk kamar.

Setibanya dalam kamar Angela menghamburkan tubuhnya di atas ranjang. Sementara Bayu tergesa mengunci pintu kamar hotel dari dalam.

"Aku capek, Bang. Gak usah ya?" Angela  mencebik seraya berjalan menuju kamar mandi untuk membuang air kecil dan mandi membersihkan diri.

Seperti biasa, pria yang keperkasaanya selalu menghuncam hatinya melayang ke angkasa sudah tidak sabar, akhirnya mereka mandi bersama.

Emang dasar mahkluk pejantan itu selalu tidak sabaran kalau ada maunya? Sama sekali gak peka dan gak bisa di katain. Sekali-kali coba ngerti sedikit kek, istrinya tu capek apa gak? Yah mau bagaimana lagi, aku selalu tak bisa menolaknya. Keluh Angela geli dalam hati. 

Perjalanan Cinta Seribu Bunga 


Mencintai memang butuh kerelaan dan keikhlasan. Selain perjuangan, cinta juga butuh pengorbanan. Bercinta dengan hati untuk sebuah keabadian, impian para pecinta sejati.

"Kamu suka?" Sebuah bisik tanya yang membuat Angela  geli merinding.

Begitu mesra, dalam dekapan Bayu yang hangat, Angela  memandangi pesona indahnya cahaya surya di atas laut dari beranda hotel. Di bawah pokok nyiur, angin menerpa manja memaksanya  untuk tidak ingin terlepas dalam pelukan pejantan tangguh itu.

"Selama bersama Abang, Angela suka," balasnya  lirih.
"Kamu sudah siap?" tanyanya meyakinkan.
"Sudah Bang, besok kita pulang ke Tomohon," tegasnya.

Setelah matahari terbenam, mereka  menyusuri kota Manado dan belanja di Mega Mall Boulivard. Membeli beberapa hadiah buat kemenakan dan kakak di rumah. Hanya Angela  sendiri tidak yakin mereka akan menerimanya atau tidak.

Bunga di taman ketika mekar semua mata memandanginya namun saat gugur siapa yang tau? Akulah bunga yang sudah gugur terbuang itu. Keluh Angela menangis dalam hati.

Setelah satu jam lebih perjalanan dari Kota Manado ke Tomohon, akhirnya mereka  tiba di depan sebuah rumah.

Rumah di mana Angela  menghabiskan masa kecilnya. Seolah terdengar lagu Bunda-Melly Goeslow mengiringi langkah kaki Angela  yang tertatih. Sebening tirta tanpa terasa melompat membanjiri pipi.

"Ma aku pulang!" pekik Angela sendu-sedan.

Kering kerontang dalam dada menyayat-nyayat jiwa. Angela seolah melihat gambaran papanya  yang dulu selalu memanjakannya. Papa yang menyerahkan seluruh hidupnya untuk ke bahagiaan putrinya.

"Pa aku pulang!"

Satu persatu kenangan seharusnya indah kini justru menjadi kenangan jahat. Kenangan yang menpora-porandakan minda Angela  saat ini.

Kejauhan, dari dalam rumah terlihat satu-satunya saudara yang masih Angela  miliki di dunia saat ini. Seketika terhenyak memandangnya dengan tatapan nanar berkaca. Waktu seolah terhenti dengan sebuah kepedihan di sana.

Mulut Angela  masih terkuci rapat sedangkan air mata meleleh bersamaan ingusnya yang tidak terbendung membanjiri wajah. Sebuah wajah yang paling di benci oleh Margareta Warauw.

"Maafkan aku, Kak." Angela gemetar sendu-sedan.

Segera ia  ingin bersimpuh di kaki kakaknya  dengan tangisan tergugu sebelum akhirnya Margareta Warauw menangkapnya, menuntun untuk duduk di kursi ruangan tamu.

"Kakak sudah memaafkanmu. Bagaimana seorang Kakak bisa membenci satu-satunya adik di miliki?" Margareta  menyeka air mataku.

Sementara Bayu hanya mengusap-usap pundak Angela yang duduk bersebelahan.

"Maafin aku, Kak..." Angela menangis  tergugu.

"Kakak yang seharusnya meminta maaf karena telah gagal menjagamu. Gagal menjaga amanah yang di titipkan Mama dan Papa. Jujur memang kakak butuh waktu untuk bisa berdamai dengan diri kakak sendiri," tegas jelasnya.

Mereka berpelukan dengan tangisan yang pecah untuk beberapa saat.

"Kak, ini Bang Bayu, suamiku." Angela  mengenalkan Bayu dengan  Reta dan suaminya.

"Kapan kalian menikah? Kenapa tidak ngabarin, Kakak?"
"Baru sepuluh hari. Maafin aku, Kak."
"Sudahlah gak apa-apa. Yang terpenting kalian semua sudah ke sini. Bagaimana kalau besok kita ke Pendeta agar kalian di berkati?"
"Maaf, Kak. Aku sudah pindah keyakinan," balas Angela memegang punggung  tangan Reta 
"Ya sudahlah kalau begitu. Biar nanti Kak Ary membeli makanan muslim untuk kalian."

Inilah pertama kali hubungan Angela dengan kakaknya mulai membaik setelah lima tahun yang lalu. Habis gelap terbilah terang.

Andai saja  Bang Bayu tidak memaksa  pulang, mungkin selamanya aku dan kakak masih salah paham.

Bunga di taman ketika gugur memang tidak ada yang tau. Sedangkan harumnya akan di kenang jua, seperti yang dikatakan Bang Bayu benar adanya. Yakinlah sebuah ketulusan harumnya akan di kenang juga apapun keadaanya. Batin Angela dalam hati dengan bibir menyunggingkan senyuman. 

Seperti bunga di taman yang terdiri dari berbagai warna, begitulah sebuah keindahan tercipta. Apapun warna bungamu, jadilah warnamu sendiri dengan tulus serta selalu bersyukur agar hidup lebih indah.

Musim Seribu Bunga Bermekaran 

Langit kembali cerah, cakrawala membentang luas dengan pegunungan menjulang dan danau menyuguhkan keindahan bagi siapa yang yang berkunjung ke Tomohon pagi itu. Waktu seakan berjalan begitu cepat saat kami menikmati kebersamaan. 

Hal yang selalu Angela impikan saat masih terjerembab dunia malam. Bisa bersama kembali dengan keluarganya dan membina rumah tangga bahagia.

Bagi Angela ini pertama kalinya ia seperti bayi terlahir kembali ke dunia ini. Pertama kali juga ia merasa hidup sebagai manusia. Selamat tinggal masa lalu, musim bunga bermekaran telah tiba.

Mereka masih  duduk berdua di pinggir ranjang. Bayu  memeluk bahu Angela  lalu mencium kening Angela.

"Kamu gak ikut kakak belanja ke pasar, Angela?"
"Tadinya mau ikut, tapi dilarang ma Kak Reta. Katanya suruh menjain Bang Bayu."
"Iyo jo. Sejak kapan istriku pinter begini?"

Angela  menggeliat menggoda, lalu membalas memeluk pinggang Bayu. Kemudian ia mendengar pria itu berbisik dengan nafasnya yang hangat menyentuh hidung Angela.

"Apa Bang Bayu gak kangen? Emm..."

Tangan Bayu cepat sekali telah membuka kancing-kancing. Angela diam membiarkannya semuanya mengalir, lalu dengan lembut tetapi agak memaksa, Bayu mendorong bidadarinya itu sehingga telentang di kasur.

"Enggak...."
"Ya udah pulang ke Jakarta sana. Yang dikangenin Gina 'kan?"
"Astaganaga merajuk. 'Enggak salah' maksudnya sayang. Jangan ngomong seperti itu lagi. Gina sudah memberiku Lea, malaikat cantik yang imut."
"Maafin Angela, Bang. Aku juga kangen banget dengan Lea..."

Belum selesai Angela menyelesaikan kata-katanya, Bayu sudah menyumpal bibirnya dengan pagutan dalam dan senyap.

Angela lalu jari-jarinya yang letik mulai mengelus-elus di bawah sana. Bergerilya cepat dan tepat. Bayu hanya bisa tersenyum dan membiarkan dengan apa yang akan terjadi berikutnya. 

Bayu  pasrah saja, sekejap dadanya yang bidang telah terbuka sama sekali. Lalu Angela  membungkukan badannya sedikit, dan …. Bayu menggeliat kegelian ketika tarian tidak bisa dihentikan. 

"Abang mau memaafkan aku 'kan?"
"Enggak. Enggak salah... kamu harus dihukum."
"Idih jahat sekali ma istrinya...."

Angela bergerlilya turun dan menangkap sasaran, tanpa ampun. Rasanya seperti disengat kenikmatan dan Bayu  mengerang gemetaran. 

Angela  bahkan tanpa ampun melancarkan serangan dadakan sehingga Bayu tidak lagi hanya mengerang tetapi juga merintih. Enak sekali, ternyata jika seseorang bermain-main dengan senjata utama. Pikirnya dalam hati. Bunga mulai bermekaran.... Apa yang akan terjadi dengan Gina di Bandung? 

Next

Daftar Isi Novel Cinta Terlarang 


Indeks link:  


(On Going) 


(On Going) 

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.

3 comments for "Kota Seribu Bunga, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 43"