Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Hujan Air Mata, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 46

Novel Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 46, Hujan Air Mata Alena



Novel Cinta Terlarang- Agra menatap istrinya yang melahap makan malam hingga tandas. Rupanya kesibukan keduanya menjalani aktivitas menguras keringat dan kejenuhan cukup membakar kalori hingga membuat keduanya kelaparan.

Senyum misterius terbit diwajah Agra ketika menatap lekat kecantikan Seroja Bergoyang, Alena. Agra masih sabar menunggu Alena mau melakukan kewajibannya sebagai istrinya.

Lentik bulu matanya begitu unik, hidung mancung tidak akan membuat halangan saat berciuman. Berat bukan beban menantang ditaklukkan, Alena memancarkan daya memikat. Rasanya Agra tidak salah jika tegila-gila pada istrinya itu. Wanita cinta pertama dan terakhir.

Alena mengamati Agra nampak gagah-sumringah malam ini. Suaminya itu menghabiskan  pesto chicken bake dada ayam  yang juicy dan diberi topping pesto segar, mozarela leleh serta tomat di atasnya.

Agra menghela nafas pelan sembari mengulurkan tangan membelai jemari lentik Alena.  "Apakah malam ini  'kita' boleh ke kamar?" Bisik Agra seraya meremas lembut.

"Ngapain ke kamar? Aku capek mau istirahat."
"Kok ngapain sih? Kita sudah tiga tahun menikah tapi aku belum pernah menjalankan kewajibanku sebagai suami."

 
Semendadak angin bola mata Alena membola dan pipinya merona merah. Apa yang dilakukan Agra tidak salah. Itu haknya. Ia lelaki baik dan juga perhatian. Mungkin aku perlu memberikannya kesempatan? Keluh Alena dalam hati. 

"Apakah itu harus malam ini?"

Agra menjawabnya dengan membopong istrinya menuju dalam kamar. Alena hanya bisa bergidik ngeri menatap suaminya. 

"Kamu tau, aku sangat mencintaimu sejak di bangku SMA dulu. Kamu satu-satunya wanita yang ada dalam mimpiku."

Agra merebahkan Alena di atas ranjang dan kemudian menutup kamar. Alena merasa risih mendapat perlakuan mesra suaminya. 

"Aku mau ke kamar Dita...." Sebelum Alena beranjak berdiri, Agra merebahkannya kembali. 

"Kamu mau main kasar? Aku bisa kok." Kesabaran Agra mulai meranggas, hanya sekejap semua kain sudah berserakan di atas lantai.

"Aku seorang wanita yang lemah. Aku juga istrimu. Tentu saja aku tidak berdaya menolakmu. Tapi kamu tau, hari ini sibuk sekali, aku capek."

"Jika kamu memang istriku, kenapa tidak mau mengakui aku sebagai suamimu?"

Tatapan Agra mulai mengancam, ada kilatan api amarah dan kecewa disana. Istrinya selalu menolak untuk didekati, sakit rasanya. 

Sejujurnya Aku yang Paling Patah Saat Kita Menikah 


Maafkan aku, Agra. Bukan maksud aku menolakmu. Aku juga ingin bebas dari penderitaan dan beban batin ini. Sangat ingin bahkan.

Andaikan saja kamu tau? Aku adalah orang yang tidak tau harus berbuat apa. Antara menjadi istri yang baik dan wanita terjahat di dunia. 

Aku sangat terluka tapi sangat merindukan Kak Urya. Aku bahagia kamu nikahi tapi jiwa ragaku untuk dirinya. 

Sakit tidak bisa menjerit, hidupku hancur terserak tidak sanggup berteriak. Aku ingin memberikan diriku untukmu, hanya perasaan yang memilih ada untuk dirinya. 

Perasaanku padanya tidak bisa aku berikan kepadamu. Bukannya tidak mau, hanya hatiku yang memilih dirinya. 

Aku hanya mencintainya. Aku hanya ingin dirinya. Sungguh semua itu diluar dayaku, takdir dan perasaan mempermainkan diriku.

Sesakit apapun, seperih apapun perasaan hadir tidak tau diri selalu memilih dirinya. Aku sayang kamu, kamu satu-satunya sahabat terbaik dalam hidupku, selalu ada untukku dan Dita.

Jika memang ada kehidupan dimasa depan, aku rela menjadi milikmu seutuhnya. Hanya untuk kehidupan ini jiwa ragaku untuk dirinya. 

Tersebab segalanya telah aku yakini bahwa aku milik dirinya, kemarin, hari ini dan selamanya. Jika bukan karena takdir dan tekanan sosial masyarakat, tentu aku akan memilih tidak akan menikah. 

Aku sangat berterimakasih dan berhutang budi untuk semuanya. Kamu telah menyelamatkan keluargaku dan Dita. Walaupun berkali-kali aku coba, tetap saja aku tidak kuasa menerima kamu sebagai suami seutuhnya. 


Setelah sekian lama kamu memilih ada, tetap saja tidak merubah semuanya. Aku terkadang merasa tidak percaya dengan semua yang terjadi. Terkadang aku tertawa dan menangis sendiri. 

Sekuat tenaga berjuang menerima kamu, hasilnya selalu sama aku selalu menginginkan dirinya. 

Demi air mata yang terus membanjiri pipi meski aku katakan berhenti. Kamu hanya bisa menjadi sahabatku saja, bukan suamiku seutuhnya. 

Wanita Lemah Tidak Berdaya 


"Lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Sekali lagi aku hanya wanita lemah tidak berdaya. Maaf dan terimakasih."

Bercucuran air mata Alena membasahi pipi. Hatinya remuk kering-kerontang tidak berdaya. 

"Aku menikahimu bukan guling benda mati!"

Suara Agra meninggi memenuhi ruangan kamar. Kamar ber-AC itu seharusnya dingin kini panas seperti dalam neraka. 

"Luapakan saja semua amarahmu, aku menerimanya."

"Yakin menerima, hah? Jika kamu menerimaku sebagai suamimu, jalankan kewajibanmu."

Alena bangun, selanjutnya menuju laci mengambil gunting. Wanita itu sudah tidak sanggup lagi menanggung beban kian mendera.

"Tolong aku titip Dita. Sayangi dan jaga dia...," belum selesai Alena menyelesaikan kata-katanya Agra segera merebut gunting itu.

"Maafkan aku, Sayang. Aku akan sabar menunggumu tapi jangan pernah melakukan hal gila lagi."

Alena hanya bisa menangis, bibirnya terkunci. Pikirannya kosong sebelum akhirnya jatuh tidak sadarkan diri. 

Agra merebahkan Alena kembali ke atas ranjang dan membungkusnya dengan selimut. 

"Aku memang tidak pernah ada dihatimu, aku tau itu. Tapi kamu juga tau, aku tidak bisa mencintai wanita lain selain kamu."

Agra mencium kening istrinya. Penantian selama tiga tahun gagal total.

"Jangan khawatir, Sayang.  Asal kamu baik-baik saja sudah membuatku cukup lega. Aku akan menunggumu lagi."

Mata Agra yang sebelumnya menyala membakar kini berubah mendung gelap dan menjadi hujan air mata.  Seperti ribuan belati menyayat-nyayat hatinya.

Senja dan Luka yang Membalut Dada 



Pertemuan Agra dan Alena pada suatu senja telah membawa sebuah cerita yang membalut dada. Impian pernikahan penuh kebahagiaan hanyalah perjalanan suram. Apakah takdir telah mempermainkan atau sedang mengajari arti ketulusan? 

"Menyedihkan! Aku memilih diam meski aku tidak bisa menerima bahwa kenyataannya kamu tidak merasakan hal yang sama."

Sorot mata Agra masih memandangi kecantikan Alena yang tertidur pingsan. Ia bisa saja tidak peduli dengan semuanya. 

Sekejap ada dorongan kuat untuk segera meluapkan semua rasa pada istrinya. Tidak peduli apakah Alena itu sebentuk tubuh boneka. 

Sekejap pula rasa itu hilang, buat apa bergaul rapat dengan guling jika tanpa rasa. Itu sejatinya adalah perang batin antara kebutuhan badani dan jiwa layu membisu...

Ternyata apa yang aku takutkan akhirnya terjadi juga. Kamu benar-benar tidak bisa menerimaku sebagai suami. 

Pernikahan kita hanya bayangan semu yang aku simpan dalam sendu. Canda dan tawa masih lekat dalam minda, tubuhmu bersamaku tapi hatimu untuk dirinya. Lantas apa artinya semua ini?

Taukah kamu apa yang paling pilu? Adalah aku selalu terbelenggu rindu olehmu. Sementara aku tidak lagi sanggup menggantikan posisi dirinya dihatimu. 

Aku terdampar oleh perasaanku sendiri. Aku takut kehilangan dirimu meski aku tau kamu tidak akan pernah aku miliki. 

Segalanya kini  terasa menyesakkan dada, kamu masih tetap setia pada pria yang sudah meninggalkanmu. 

Lebih sakit lagi, aku tidak bisa membencimu wanita yang aku cinta. Andai saja dengan membenci bisa membuatku lega, aku akan membencimu. Tapi tidak, hanya melihat kamu baik-baik saja aku bisa lega.

Sejujurnya aku adalah orang  paling tidak bisa menerima kenyataan bahwa kamu istriku yang mencintai pria lain. Hanya saja berjuang sendirian itu sangat melelahkan. 

Semakin lama kita bersama, kita semakin dalam terluka. Terimakasih sudah pernah ada, meski tidak pernah menganggapku ada.



"Maafkan aku, Gra." Alena mengerjabkan matanya. Ia siuman dari pingsan. 

"Maaf katamu? Tidak. Kamu harus menjalankan kewajibanmu sebagai istri baru aku maafkan." 

Ia membuka kembali selimut itu. Terpampang jelas keindahan lukisan maha karya alam semesta. 

Lukisan itu memancarkan aura seperti listrik yang menyegat. Sebuah daya dengan kekuatan tinggi, membuat  dada gemetar. 

Alena hanya bisa pasrah tidak berdaya. Kering sudah hujan air mata wanita bergoyang itu hingga tidak bisa lagi membasahi pipinya. 

Apa yang akan dilakukan Agra? Next 


Daftar Isi Novel Cinta Terlarang 


Indeks link:  


(On Going) 


(On Going) 

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.


< Sebelumnya > < Selanjutnya >

Post a Comment for " Hujan Air Mata, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 46"