Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Semilir Hangat Bidadari, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 45

Novel Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Semilir Hangat Bidadari,  Episode 45 

Novel Cinta Terlarang- Jarak kerap kali membuat hati terserak, menciptakan sepi memporak-porandakan jiwa. Perih rasanya hatiku saat kamu berpeluk mesra dengannya. Ingin rasanya aku berteriak, tapi apa? Hanya air mata yang bisa bercerita. 

Air mata juga mengalir membawa kehangatanmu dalam minda. Sementara raga mengaduh menahan dinginnya rindu. 

Gina Aulia dengan Segala Perasaanya 

Waktu  membuat aku mengerti tentang semua perihal kamu, aku dan dirinya yang sudah disepakati. Aku harus sabar menanti dan berjiwa longgar untuk menyimpan segala cemburu. 

Paling tidak aku bersyukur tersebab kamu menikah lagi. Jika tidak, bagaimana kamu akan menemukan wanita yang begitu dalam mencintaimu.

Paling tidak lebih lega, jika besok aku tidak bangun lagi untuk selamanya, ada dirinya yang akan menemanimu dan menjaga putri kita. Sungguhpun demikian, aku tetap saja masih cemburu saat kamu bersamanya. 

Perjuangan ini memang tidak mudah, hanya bukan alasan untuk jengah. Pada akhirnya, segala hal  terjadi kini hanyalah bagian dari perjuangan yang harus dinikmati. 

Aa Bayu..., aku dan Lea merindukan kamu. Cepet pulang, cepat kembali dan jangan pergi lagi. Keluh Gina dalam hati. 

Wanita pasundan itu tersenyum getir, mencium putri kecilnya. Lea satu-satunya alasan untuk membuatnya bertahan dari sakit yang dideritanya.

"Papa dan Mamamu Angela akan memberimu adek baru suatu hari nanti. Berjanjilah pada Mama, kamu akan menyayanginya."

Lea yang masih belum bisa bicara, itu hanya tersenyum menggemaskan. Seakan bayi mungil itu mengerti apa yang dikatakan oleh mamanya. 

"Mungkin kamu juga punya kakak, Lea. Walaupun mama tidak tau, tapi entah mengapa Mama  merasa Papa  punya anak dari istrinya dulu."

Gina menghela nafas panjang, sorot matanya jauh keluar jendela. Tangannya memegang hangat malaikat kecil itu dalam timangan.

Kabut di langit mulai menghilang, seakan berbicara untuk menyimpan misteri yang sulit dimengerti. 

Bulan Madu Bayu dan Angela 


Pandangan Angela lekat dimata Baju terjalin bagai benang-benang sutra tipis tidak kasat mata, membentuk berlembar-lembar hamparan rasa rindu yang membuat keduanya merasa sangat-sangat dekat luar dalam, berujud maupun semu, lahir dan batin.

"I love you, Bang...," ucap Angela manja menggoda. Rasa bahagia membuat air matanya tertumpah mesra.

Jemari Bayu membelai mesra pipi Angela yang bagai batu pualam licin oleh air mata meski tanpa pupur.

"Apapun kenyataan pahit dimasa depan, kamu tidak akan kembali ke masa lalu 'kan?"

Bayu memaku, membiarkan istrinya memeluk hangat lagi kuat. Membiarkan wanita minahasa itu mulai menyusuri leher, dagu dan juga hidung. 

"Aku berjanji seumur hidupku, hanya Bang Bayu suamiku. Bang Bayu memang bukan yang pertama, tapi akan menjadi yang terakhir dalam hidupku," bisik Angela ditelinga suaminya. Air matanya terus mengalir  bagai sepasang  jerami bening di hutan pagi hari. 

"Sekalipun Abang meninggal dunia duluan. Sementara kamu masih muda, apa menikah lagi?" 

Bayu melemparkan pertanyaan untuk mengetahui jawaban sebing apa hati Angela. Keduanya membiarkan hanyut semakin dalam.

"Iya. Lagi pula aku sudah lebih dari puas merasakan banyak pria. Berbagai jenis pisang rasanya sama saja. Tapi cintaku ke Bang Bayu itu dari hatiku yang terdalam. Aku saat ini sudah tidak lagi punya hati. Karena hatiku untuk Abang. Jadi tidak ada alasan untuk aku menikah lagi."

"Ooh begitu, percaya gak ya?" 
"Kalo tidak percaya buka saja semuanya," balas Angela memberikan lampu hijau. Bayu segera menuruti perintah bidadarinya.

Bukan tentang tidak percaya. Bayu hanya dhantui rasa khawatir, apa yang akan dilakukan Angela saat bertemu Eva dan Alena? 

"Aisss..., ada-ada aja. Emm... iya gitu, Angela?"

"Abang tidak lagi percaya padaku, buat apa aku hidup?" Balik tanya Angela dengan deraian air mata. Sorot mata itu bagaikan telaga luas di mana air berlimpah ruah membanjiri bumi.

"Iya.... percaya ma manusia itu tidak boleh. Percaya ya hanya ma Tuhan Yang Maha Esa."

"Abang  nyebelin banget. Aku gigit tau rasa."

Angela mendorong Bayu terlentang di atas atas kasur. Ia membuktikan kata-katanya. Tentu saja bukan menggigit sampai putus, bisa cilaka. Hanya sebuah gigitan yang bisa melayang, dibawah sana.

"Geli..., geli sekali rasanya. Rasanya tidak masuk akal, sulit dijelaskan dengan kata-kata. Kenapa ada wanita bodoh mencintaiku seorang pria brengsek begitu dalam."

Angela seakan menutup telinganya, membiarkan keluar-masuk begitu saja. Baginya menjadi istri Bayu hanya ada rasa syukur yang berlimpah. 

Ia merem-melek melihat kenyataan dalam keterasingan yang menentramkan. Manis, asin, masam perjalanan kehidupan ramai rasanya. 

Waktu terus berpacu hingga kegelian itu akhirnya memuncak. Menyemburkan getar dahsyat antara cair dan ketal berbagai macam pertanyaan. 

Angela menelan semuanya tanpa sisa. Segala getir pahit menyelimuti menjadi lega. Puas sekali rasanya bisa hidup menemukan orang yang tersayang. 

"Apa Abang masih meragukanku?"

Angela mendudukkannya dari atas ke bawah untuk  memasukkan pertanyaan tegang dan tegas. Hanya sekejap semuanya tenggelam. 

"Sama sekali tidak, keraguan dalam cinta itu dosa, Sayang."

Bayu terkesima melihat kecantikan Angela bagai alam semesta luas tanpa batas. Sejatinya kecantikan itulah bumi pertiwi. Kecantikan itulah rumah tempat ia pulang. Kecantikan itulah obat segala gundah. 

"Apakah aku hanya sebuah beban untuk Abang?"

"Seumur hidup aku tidak pernah minta diringankan beban. Aku hanya memohon pada Allah untuk diberikan bahu yang kuat."

"Berarti Abang sudah siap mendapat segala beban-guncangan?"

"Sangat siap, bahkan bahagia."
"Goncangan siapa lebih kuat, Bang. Aku atau Gina?

Pertanyaan seperti apa itu? Tentu saja cinta Bayu pada Gina berbeda dengan cinta Bayu pada Angela, Eva dan Alena. 

Mereka para bidadari bumi yang memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Pun juga Bayu. 

"Bukankah Gina yang memintamu untuk menikah denganku?"

Bayu balik bertanya, menghuncam dari bawah ke atas naik-turun hingga dada Angela bergetar. Walaupun Angela tiada kebencian pada Gina, tanpa sadar rasa cemburu datang tidak tau diri dan sulit terkendali. 

"Maafkan aku, Bang. Abang mau memaafkan aku 'kan?"
"Tidak...,tidak salah maksudnya. Kamu harus dihukum."
"Iihh jahat banget sama istrinya."
"Biarin. Suruh siapa membuat orang gemes."
"Ya udah, hukum aku sekuat Abang. Jangan ditahan....,"

Sebuah pertempuran dahsyat terjadi sebagai bentuk hukuman Bayu pada Angela. Setiap perbuatan akan mendapatkan balasan. 

Demikian pula keduanya saling berbalas hukuman melenakan  hingga akhirnya tepar tidak berdaya. 

Alena , Agra dan Dita  


Sementara dibagian tempat lain, peristiwa pendadakan kepergian Urya ke kalimantan yang berakhir menghilangkan bagai ditelan bumi, tiga tahun lalu. Alena terus saja menyibukkan diri dalam pekerjaan. 

Pernah hidup bersamamu telah menjerat hatiku. Membuatku tidak sanggup berpaling. Rindu ini terus membelenggu. Seluruh jiwa dan ragaku selamanya untukmu. 

Tiga tahun telah berlalu, tapi aku belum bisa sedetik saja melupakanmu. Aku sangat merindukan kamu.

Hanya satu hal yang tak pernah aku bayangkan adalah menjalani hari-hari tanpa ada kamu lagi.  Tidak ada lagi yang bisa membuatku marah sekaligus bungah, tidak ada lagi mencari kamu di pagi hari. 

Perih rasanya, aku tidak tau lagi apa yang akan terjadi nanti. Aku hanya bisa membayangkan dari masa lalu dengan masa depan suram.

Memang aku bisa hidup tanpamu, hanya saja..., walaupun kwalitas cintaku belum sempurna, aku juga telah menghadirkan lelaki lain untuk putri kita. Namun ketulusan dan kesetiaan ini menyempurnakan cinta kita.  Keluh Alena dalam hati.  

"Kak Urya..., tidakkah kamu lihat putri kita. Mata, alis, hidung semua mewarisimu?"

Alena memandang Dita putrinya itu dengan air mata membanjiri pipi. Putrinya kekuatan hidupnya. 

Tiga tahun telah berlalu. Masih saja bayangan Urya memenuhi mata, dada dan tidak terkendali dalam hati Alena.

"Sayang..., makan dulu yuk. Nanti kamu sakit loh." Entah sejak kapan pria itu ada dibelakangnya. Alena tersenyum. 

Agra satu-satunya pria paling tidak masuk akal ada dimuka bumi ini. Hanya kebodohannya yang mau menikahi Alena. 

Sejak menikah, pria itu harus pura-pura tersenyum untuk menyimpan segala rahasia tentang istrinya. 

"Kamu makan aja dulu, Gra. Nanti aku menyusul," balas Alena menoleh ke belakang.  Pura-pura tersenyum. 

"Ya udah aku turun duluan." Agra kemudian keluar kamar menuju lantai bawah ke ruang makan. 

Apakah aku wanita yang begitu kejam pada Agra? Ia pria yang baik, hangat dan juga perhatian. Agra juga menyangi Dita seperti putrinya sendiri. Batin Alena dalam hati 

Apakah Agra bisa mendapatkan Alena sebagai istri yang sesungguhnya? Next


Daftar Isi Novel Cinta Terlarang 


Indeks link:  


(On Going) 


(On Going) 

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.

Post a Comment for "Semilir Hangat Bidadari, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 45"