Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Hujan Kesedihan: Pergi untuk Selamanya, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 49

Novel Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Hujan Kesedihan Pergi untuk Selamanya, Episode 49



Novel Cinta Terlarang- Satu ranjang ada tiga nyawa apa salahnya? Mereka sudah terbiasa menghiasi malam-malamnya dengan melayang ke angkasa bersama ke ujung surga. Bagi Gina, tiga tahun menjadi istrinya adalah anugrah terindah dari alam semesta.

"Jika besok pagi aku tidak bangun lagi untuk selamanya. Aa janji ya. Jangan bersedih, tetaplah bahagia. Aku selalu hidup di hati Aa," pesan Gina pada suatu senja yang sudah mulai pudar. 
  

Perihelion vs Aphelion


Rasa kalbu berjalan seiring atmosfer mengitari waktu, kapanpun menyeret perihelion menghanghatkan cinta pada Bayu. Sedang ketakutan menyeret aphelion dingin membeku menjauh darinya.

Para penulis dan penyair berusaha memahami kebenaran tentang perempuan. Namun hingga detik ini, mereka tidak pernah memahami hati perempuan sama sekali karena hanya memandangnya melalui selubung hasrat nafsu belaka.  Kecuali yang nampak selaksa bentuk tubuhnya saja.

Setiap pertemuan selalu ada perpisahan begitulah kenyataan dunia berjalan pada orbitnya. Terbang laksana sebuah mimpi, melewati lembah-lembah yang berkelok di mana bunga-bunga meramu kelopak sebagai penghormatan dan rerumputan yang menunduk terbuai oleh tiupan nafas semesta.


Langit masih menggulung mendung. Senja sebentar lagi menyapa. Tidak ada mega, tidak ada sinar keemasan yang indah. Langit Kota Kembang, Bandung menjelaga sehitam hati Gina.

"Papa pulang, Sayang. Lea kangen nih, Pah."

Gina menyambut  Bayu sembari bicara  sendiri pada si kecil putrinya yang baru berumur satu tahun. Di mana usia Lea adalah saat-saat bayi paling menggemaskan

"Anak Papa udah cantik. Sini, Ma!"  pinta Bayu hendak menggendongnya sebelum akhirnya dilarang oleh Angela.

"Cuci muka dan cuci tangan dulu Bang! Baru boleh gendong Lea cantik," tegas perintahnya.

Hanya tersenyum, Bayu pergi melangkah menuju kamar mandi membersihkan diri tentu saja setelah di lepas baju kerjanya oleh Angela. Sekalipun mereka berbagi suami, nyatanya Gina selalu bersyukur dengan suhu perihelion hangat yang menghiasi rumah tangga mereka. 

Kini telah musnah segala kekhawatiran dalam kalbu, Gina sudah siap kapan saja waktu memanggilnya dalam keabadian. Perlahan-lahan ia sudah bersahabat baik dengan penyakit kanker leukimia dalam tubuhnya.

"Cantik, ayuk ikut Papa," pinta Bayu menimangnya.

Gina memberikan malaikat kecilnya pada  Bayu, sementara Angela menyiapkan menu makan dan minuman untuk berbuka puasa. 

Bagi Angela tahun ini adalah tahun pertama ia menjalankan ibadah puasa setelah menjadi mualaf. Tidak lupa, menyiapkan minuman hangat kopi hitam tidak terlalu manis dan juga tidak terlalu pahit kesukaan suaminya.

Menjadi Istrinya Adalah Anugerah Terindah 


Satu ranjang ada tiga nyawa apa salahnya? Mereka sudah terbiasa menghiasi malam-malamnya dengan melayang ke angkasa bersama ke ujung surga. Bagi Gina, tiga tahun menjadi istrinya adalah anugrah terindah dari alam semesta.

"Kamu baik-baik saja, Neng?" Bayu menyapa mesra. Terlihat senja itu Gina tubuhnya lemas seolah tidak bertenaga.

"Aku baik-baik saja, Aa," balasnya lirih. Gina menyandarkan kepalanya pada Bayu seraya memandangi suaminya layu.

"Jika lemes besok jangan puasa dulu, Neng."  

Sebuah kecupan hangat mendarat di kening Gina dengan mesra. Tidak peduli apa masa lalunya, Bayu sangat mencintainya.

Pejantan mana hatinya tidak termehek-mehek melihat pesonanya? Hadirnya wanita berdarah Sunda dalam hidup Bayu telah menyihir hari-hari seindah surga. Apalagi saat bibir mungil Gina memanggil manja? Sungguh Bayu di buatnya meleleh ambyar berantakan. 

"Ni bawa Lea sebentar, Angela!" seru Bayu pintanya. Segera perempuan Minahasa itu menggendong Lea dalam dekapan hangat.


Menunggu adzan magrib berkumandang, Bayu duduk di atas sofa. Sementara Gina yang merasa letih merebahkan tubuhnya pada pangkuan sang suaminya, bibirnya terus berdzikir menyebut Asma Allah Sang Maha Cinta. 

Perlahan samar terdengar oleh Bayu nafas Gina mulai melambat. Makin lambat hingga pujaan hatinya itu terlelap. Tidur?....

"Sebentar lagi buka. Bangun, Neng?"

Gina dalam pangkuanya hanya diam seribu bahasa tanpa kata. Perlahan ketakutan mengerogoti hati Bayu yang mulai gemetar.

"Neng..., Bangun, Sayang!!" Bayu  menggoyang-goyangkan tubuh istrinya. Gina masih saja membisu tidak menjawab pertanyaanya.

Melesak panas melalui kelopak mata tidak terbendung membanjiri pipi laki-laki yang ketegaranya mulai di pertanyakan. Perlahan perih melobangi hatinya.

"Neng..... !!"  Bayu menjerit  melolong panjang menyayat-nyayat jiwa. "Bangun, Neng. Jangan tinggalin Aa," tangisnya tergugu.

Tergesa Bayu membopong tubuh Gina ke dalam mobil untuk di bawa ke rumah sakit. Angela turut dalam juga dengan menangis sejadi-jadinya. Sedangkan Lea kecil tidak di ajak dan di rumah bersama Bibi pengasuh.


Mengumpulkan segala kekuatan yang tersisa, Bayu membawa mobil seperti orang kesurupan. Tidak butuh waktu lama, mereka akhirnya tiba di salah satu rumah sakit di Kota Bandung dan segera memasukan Gina dalam IGD.

Bayu sangat cemas dan ketakutan, pikiranya kosong tidak tau harus berbuat apa? Kakinya sudah tidak sanggup lagi menopang berat badanya, Bayu jatuh ke lantai, lemas. 

"Abang harus kuat!" pekik Angela sendu-sedan

Segera Angela memeluk menguatkan suaminya itu. Hujan air mata dari keduanya membasahi lantai geranit di ruang tunggu rumah sakit. Perlahan seolah terdengat alunan Cinta Sejati-Bunga Citra Lestari mengiringi tangisan mereka.

Suara sang malam dan siang seakan berlalu. Dapat aku mendengar rindumu memanggil namaku. Saat aku tak lagi ada di sisismu kutunggu kau dalam keabadian~ Cinta Sejati-BCL

Pergi untuk Selamanya 


"Gimana istri saya, Dok?" tanya Bayu gemetar setelah melihat Dokter keluar dari balik pintu ruang IGD. Dokter hanya membalas dengan mengelengkan kepalanya saja.

Semendadak angin aphelion dingin merasuk ke tulang belulang memaksa Bayu menggigil membeku. Kini ia hanya bisa memandangi tubuh istrinya itu terbujur kaku tidak bernyawa.

Hatinya meneteskan darah yang membakar perih. Porak poranda. Hancur lebur. Tidak berbekas dan tidak tersisa. Biarlah sejarah mencatat, cintanya sejati lagi suci. Kini Gina telah menunggu Bayu di alam keabadian.

Terimakasih Cinta, Kamu Selalu Hidup dalam Hati   


Neng terimakasih. Saat hati sudah tak tahan menanggung beban yang hendak di sembunyikan serta kelopak ini telah banjir bersimbah air mata, sedang dada sesak hancur oleh beban yang harus terpendam. Apa yang bisa dilakukan selain menangis dan meratap? Tangis batin Bayu tergugu.

Hikz...

Kepedihan yang teramat dalam terasakan oleh Bayu, seakan tidak percaya kekasih hantinya pergi begitu saja. Membetas hatinya, hancur porak poranda. Perih sakit tiada terkira. Masih saja ia belum ikhlas melepas kepergianya.

Hikz...

Baru saja tadi sore kekasih hati menyambutnya manja saat pulang kerja. Namun kini telah pergi untuk selama-lamanya.

Hikz...

Baru saja senja tadi bidadari surga menyapanya manja penuh kebahagiaan. Kini hanya tinggalkan tubuh kaku tidak bernyawa.

Hikz...

Baru saja ia hadir mengisi kekosongan hati, menyeri sebuah jiwa yang sepi. Kini ia pegi abadi di tengah kekosongan kalbu yang sunyi.

Hikz...

Kenapa kamu pergi tinggalkan kepedihan ini, Neng? Runtuk Bayu dalam hati pada dinding-dinding bisu. Menyeruak pecah ke udara aroma bangkai dari kamar jenazah. Baik suka atau tidak? Pada akhirnya sang waktu akan merenggutnya.

Hari itu Gina pergi untuk selamanya dalam pangkuan Sang Maha Pencipta di Surga. Tinggalkan Bayu bersama dengan segala kenanganya. Lea bayi mungil putrinya kini dalam asuhan Angela sahabatnya sekaligus madunya.

Selamat Jalan, Sayang. Mimpimu Kini Kamu Dapati 


Baru saja raga tidak bernyawa itu di tanam dalam tanah, di injak-injak padat, betabur kembang tertancap batu nisan. Mendung begulung memayungi para pelayat yang serba berpakaian hitam. Seperti itulah hitam tetaplah warna.

Warna kegelapan yang menyelimuti hati Bayu karena kekasihnya baru saja mati tadi sore. Mati meninggalkan kepedihan membetas minda akal warasnya.

"Bang Bayu." Panggil Angela lirih menepuk bahunya. Bahu yang dulu menjadi sandaran hidup Gina meski harus terbagi padanya.

Lelehan air mata Bayu menyimbahi tanah kuburan yang masih basah, mulutnya tercekat membisu dengan tenggorokan kering kerontang terbakar. Masih saja pria bermata elang itu meruntuki kepergian bidadari surganya.

Satu persatu para pelayat sudah lenyap di telan waktu tinggalkan mereka berdua di pemakaman. Masih saja Bayu mematung tergugu kala bayangan kebersamaan yang telah terlewati satu persatu hadir dalam visual otaknya.

"Gina sudah berbuka puasa di surga, Bang. Ayuk pulang," rayu Angela lagi.

Sebab tiada sepatah kata terucap dari suaminya selama setengah hari lebih, Angela memaksanya untuk pulang ke rumah. Kenapa Bayu bisa sedrepesi ini ditinggal pergi Gina Aulia? Sekalipun iblis tidak ada yang tau hati manusia.

Waktu terus berlalu namun Bayu masih saja membisu kehilangan arah akal warasnya. Sepeti burung kipasan angin yang patah sayapnya, ia meringkuk terlunglai di sudut kamarnya.

Alasan Bayu kenapa tidak kembali pada Eva adalah takut jika istri pertamanya mati bunuh diri seperti yang pernah di lakukan. Eva pernah mengancam jika sampai sekali lagi Urya mengkhiatinya maka akan menghabisi dirinya sendiri.

Itulah mengapa Bayu memilih tidak kembali pada Eva dan menghilang selama ini. Karena ia tidak sanggup kehilangan kekasih hati. Walaupun tanpa bersama, paling tidak Eva masih hidup dan baik-baik saja di muka bumi.

Tapi apa  terjadi? Justru yang ditakutkan malah terjadi, Gina pergi untuk selamanya.

"Aku mohon Bang Bayu jangan seperti ini terus!!" 

Angela  menyeka air mata Bayu. Kemudian mendekap kepala laki-laki tercintanya dalam dada. Merasakan kepedihan, penderitaan bersama. "Buat Lea. Buat putri kita, Abang harus kuat," imbuhnya lagi.

Rinai sebening tirta menhujani pipi bersamaan ingus yang juga ikut meleleh tidak terbendung lagi. Bersamanya melewati cadas beringas dengan kejam menghunjam hingga berdarah.

Apakah ada yang salah dengan rasa. Bukankah rasa cinta itu milik semua manusia? Mencintai itu tanpa pamrih!! Karena jika pamrih itu namanya perniagaan.

"Makasih sayang. Maafkan Abang," balas Bayu lirih  memeluknya erat.

"Apa Bang Bayu tau? Abang yang telah membuatku kuat selama ini. Tanpa Abang, aku mungkin masih menjadi wanita jalang dilembah terkutuk."

"Jangan berkata sepert itu lagi, Angela. Kamu adalah hidup Abang saat ini."

Angela melemparkan kecupan hangat bertubi-tubi pada kening Bayu dengan bahagia. Mereka saling menyeka air mata untuk menata masa depan yang lebih indah.

"Bawa ke sini malaikat kecilku, Angela!" perintah Bayu.

Angela memang terpaut tujuh tahun lebih muda dari pada Bayu suaminya itu. Akan tetapi  ketulusan cintanya yang tanpa pamrih telah mengurapi jalan hidupnya menjadi indah.

Persetan dengan para munafik yang dirinya merasa paling suci menjual agama demi penuhi ambisi egois kebenarannya sendiri. Adakah manusia di dunia itu tidak berdosa? Bahkan iblis pun tidak berdaya menggoda manusia.

Menyambut Hari Nan Fitri 


Setelah hari raya hari ketujuh. 

Baru saja Angela meletakan malaikat mungilnya di atas karpet lantai dalam kamar untuk belajar merangkak. Beberapa mainan dan boneka lucu tersebar tidak beraturan disertai derai tawa Lea menggemaskan.

Warna-warni pelangi karpet lantai memperindah ruangan dekorasi kamar dengan beberapa hiasan dinding menempel mempercantik suasana. Terpajang juga pigura foto pernikahan Gina Aulia dengan Bayu terbingkai frame besar berelemen kayu pinus dengan tema klasik.

"Lea udah bisa jalan, Pa!" Seru Angela bahagia memanggil suaminya.

Sebening tirta melompat bahagia dari dua kelopak mata Bayu yang melihat putrinya belajar berjalan untuk pertama kalinya.

"Neng.. Apa kau lihat itu? Putri kita sudah bisa berjalan!"  Bayu memandang foto almarhumah istrinya. Kebahagiaan dan penderitaan begitu tipis perbedaanya.

Bayu kemudian menggendong Lea seraya menciumi pipi lembut yang menggemaskan itu. Angela juga menyandarkan kepala pada lengan bahu suaminya.

"Gina.. Bahagialah kamu di Surga. Aku akan menyayangi Lea sepenuh jiwaku." Angela mengelus mesra pucuk kepala putrinya.

Mencintai dengan segenap hati untuk meraih asa menjemput cita. Ubah nestapa menjadai tawa untuk penghabisan yang indah. Jarak bisa saja memisahkan dan waktu bisa saja berlalu. Sedangkan ketulusan hati akan selalu abadi.

"Pa.. Lea mau jalan-jalan."

"Ya Ma," balas Bayu kemudian menurukan putrinya dari gendongan.

"Pa...!"

"Ya..., Ada apa?"

"Lea pingin adik kecil, Pa," cebik Angela.

Bayu hanya membalasnya dengan melemparkan senyum berseri. Memandangi debu kosmetik tipis di kelopak mata istrinya berwarna manja nan cantik. Meramu memuja merajut jiwa yang gemetar.

Sesaat kemudian Bibi pengasuh datang setelah di panggil Angela. Tinggalkan Lea bermain bebas di sana. Seolah tidak sabar, wanita cantik Minahasa itu menarik Bayu menuju kamar milik mereka.

"Gak sabaran amat sih," goda Bayu tertawa setelah mengunci pintu kamarnya.

Karena Angela sudah terbiasa dengan berbagai gaya yang 'nyleneh' tidak puas rasanya tanpa pemanasan. Di usia muda dua puluh tujuh tahun, bukan hanya gelar Magister Kama Sutra yang telah diraihnya. Angela juga piawai sebagai juru 'masak' di dapur dan di tempat tidur.

Bedanya, dulu sering selalu bersama dengan Gina saat mengapdikan cinta pada Bayu. Kini lelaki yang keperkasaannya selalu memaksa Angela kelonjotan tepar tidak berdaya, seutuhnya miliknya sendiri.

Apalagi hawa Kota Bandung yang dingin? Menjadi wajib 'menu' baru tersajikan setiap hari untuk menghangatkan suasana. 'Bumbu' biasa tentu tidak akan ada sensasinya. Berbagai gaya tentu menjadi warna.

Mumpung langit belum merona jinga di ufuk sana, itulah saat yang tepat mengalunkan senandung dari nirwana. Memainkan lagu cinta, pada dua insan yang di mabuk asmara. Berharap abadi selamanya.

Setelahnya, saat Magrib tiba mereka berjamaah bersama menghadap Sang Maha Pencipta. Tidak lupa mempersembahakn doa terindah untuk Gina yang kini ada dalam Pangkuan-Nya.

Next 


Rasulullah SAW telah bersabda, telah datang kepadaku Malaikat Jibril dan Ia berkata: 

"Wahai Muhammad, Hiduplah sesukamu (tapi ingatlah) sesungguhnya engkau akan mati. Berbuatlah sesukamu (tapi ingatlah) sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya."


Daftar Isi Novel Cinta Terlarang


Indeks link:  


(Episode Terakhir ) 


(On Going) 

Selamat membaca dan jangan lupa bahagia. Bersama Bercerita Bisa dan Terimakasih.


< Sebelumnya > < Selanjutnya>

Post a Comment for "Hujan Kesedihan: Pergi untuk Selamanya, Cinta Terlarang Ini Dosa Siapa? Episode 49"