Cerpen Humor, Angin Asmara
Cerita Pendek Humor Cocok Buat Kamu yang Lagi Galau
Cerpen Humor - Banyak cara untuk tetap bisa bahagia, caranyapun mudah cukup kau tertawa seperti gorila gila. Kawan lama saya yang satu ini, kemampuan menulisnya sudah tidak diragukan lagi. Apalagi menulis cerita humor? Salah satu cerita yang agak aneh bin ajaib menurut saya. Lantas bagaimana dengan Anda? Dari pada penasaran, yuk silahkan baca cerpen di bbb. Langsung saja silahkan dibaca sampai selesai sebagai berikut.
**
Judul; Angin Asmara
Oleh : Novie Purwanti
Aku sayang banget sama suami. Fisiknya pas-pasan. Cungkring seperti cacing kelejotan di tengah hamparan batako siang bolong. Bibir dower bagian bawah dan lancip di atas membuatku klepek-klepek nggak tertolong lagi. Semua yang ada pada diri Mas Atha aku suka, kecuali satu.
Dia suka kentut sembarangan.
Bangun tidur. Brot!
Makan bakso. Drot!
Nonton tv. Diuuut.
Kegiatan rutin Mas Atha setelah minum segelas air putih di pagi hari. Dia akan semedi di WC minimal 15 menit. Aku sampai hapal di luar kepala. Terdengar suara nyanyian syahdu angin kenceng banget. Sebelas dua belas sama tornado.
"Mas, kentutnya disekolahin sana, biar agak sopan." Aku berteriak sambil mengaduk tumis jamur. Letak dapur dan kamar mandi hanya dipisahkan tembok warna putih.
Aku selalu protes. Percuma, dia nggak pernah menanggapi dengan serius. Paling-paling bibirnya cuma mengerucut seperti Suneo. Aih, pengen nabok pake spatula.
"Kalau nggak kentut malah bikin penyakit, Dik. Beruntung angin nakal ini mau keluar dari perutku."
Lalu terdengar erangan tertahan.
Heran. Sebenarnya Mas Atha sedang buang air besar apa melahirkan, ya. Suaranya segitu amat. Mengejan mesra. Tak lama kemudian, terdengar suara air disiramkan. Rupanya dia sudah selesai.
"Mas, minggu depan jadi nginep di vila, kan? Aku sudah bete, nih."
Pintu kamar mandi terbuka. Mas Atha keluar dengan handuk kecil terbalut pada bagian tengah tubuhnya. Wangi sabun aroma lemon menguar. Segar banget!
"Ya, vila di ujung bukit daerah Batu sudah kusewa. Patungan dengan dua teman kantor."
"Asyik! Mas memang juara!" aku menabok bokong tipisnya pakai tutup panci.
Ah, nggak sabar liburan ke vila.
Bosen di rumah terus mengurus rumah tangga. Saatnya bakar-bakar jagung menikmati dinginnya suasana pegunungan. Sekalian bulan madu ke dua. Siapa tahu bisa jadi anak. Ingin rasanya menimang bayi lucu. Sayang sekali, rahimku masih kosong setelah dua tahun pernikahan.
Aku dan Mas Atha sudah cukup usaha segala macam cara. Puluhan dokter kami kunjungi. Nggak ada yang berhasil. Rupanya salah jurusan. Kami mengunjungi dokter gigi, dokter mata, dokter anak dan dokter cinta.
Ah, kukira semua profesi dokter sama saja. Ternyata beda-beda. Tapi intinya sama, dompet langsung langsing, kempot tiada tara. Dokter ginekolog mengatakan kesehatan reproduksi kami semua dalam keadaan prima. Hanya menunggu waktu.
Lama sekali waktu yang ditunggu nggak datang-datang.
Usaha selanjutnya ke pengobatan herbal tradisional. Aku harus minum ramuan yang pahitnya nggak ketungan.
Mas Atha sampai muntah-muntah meminum jamu kental berwarna hitam pekat. Fiks, kami memutuskan putus hubungan dengan jalur herbal. Nggak kuat lidah dan tenggorokan.
Biar mereka yang kuat saja menelan cairan super huwek itu.
Usaha terakhir ke seorang pintar. Ah, dari awal aku nggak setuju ke rumah orang pintar di pelosok dusun ini.
Karena desakan ibu mertua, kami akhirnya ke sini. Konon ada Mbah dukun pijit yang bisa memposisikan rahim cepet bisa dibuahi. Bayanganku Mbah itu sudah tua, peyot dan bungkuk.
Ternyata salah! Mbahnya masih segar usia akhir 40-an.
Aku jelas-jelas menolak dipijat si Embah. Dia ternyata berjenis kelamin laki-laki. Melihat wajahnya saja aku sudah ngeri. Nggak bisa membayangkan jemari hitam-hitam itu memijit perut. Hiii. Jangan harap, ya! Enak banget grepe-grepe gratisan.
Kami pulang dengan kikuk. Si Embah melotot pilu. Saat berdiri berpamitan, suara merdu dari bokong Mas Atha menggelora.
Dias!
Persis seperti bunyi petasan tahun baru.
Kami terbirit keluar dari ruang tamu si Mbah yang mukanya seperti udang rebus sambel sekilo. Apalagi waktu mengendus bau udara yang bisa menewaskan penghuni kebun binatang dan seisinya.
Busuk luar biasa. Kebetulan Mas Atha sarapan nasi dan tumis pete pedas kesukaannya. Nggak tanggung-tanggung! Satu wajan dia habiskan semuanya.
Setibanya di rumah, kami ngakak sampai perut kaku.
Mobil berhenti di depan sebuah vila bergaya modern-tradisional. Pagar yang terbuat dari kayu cokelat tua berplitur nampak mengkilap, Bentuknya unik, bagian bawah kayu nampak bercelah.
Aku bisa melihat sepasang kaki bersandal jepit tepat di baliknya. Seorang pria setengah baya membuka pagar yang setinggi leher orang dewasa. Dia cukup pendek sehingga nggak terlihat kepalanya.
Aku menggendong tas ransel warna hitam. Menggandeng tangan Mas Atha yang membawa gitar kesayangannya. Vila yang indah. Seluruh bangunannya terbuat dari kayu jati. Beratap model joglo namun sentuhan modern tetap menonjol. Jendela kaca dan interior futuristic mendominasi.
Garasi mobil berada di samping vila berkamar tiga ini. Sementara di halaman yang luasnya sekitar tiga meteran terdapat taman mungil. Tanaman hias berupa paku-pakuan dan bunga mawar nampak segar.
Tepat di sudut sisi kanan, terdapat kolam mungil lengkap dengan air terjun mini. Ikan warna-warni asyik berkejaran.
"Kami akan menginap semalam, Pak." Mas Atha melepaskan tanganku. Bapak setengah baya itu mengangguk.
"Selamat menikmati liburannya. Oiya, Mas, kalau bisa jangan bermain gitar antara jam 10.30-11.00 malam ya. Setelah waktu itu, Mas bebas genjrengan lagi."
"Kenapa, Pak?" aku menyahut. Penasaran.
"Nggak apa-apa, Mbak. Takutnya ada yang ikut nyanyi. Hahaha."
"Hahaha!" aku ikut tertawa garing.
Bapak panjaga vila undur diri. Kami segera sibuk dengan pemilihan kamar yang cocok. Para suami pasrah. Para istri bermain hompimpa demi mendapat kamar secara adil.
Hom pimpa alaihum tak it. Taaak it! Apes, aku dapat kamar paling kecil.
Setelah makan malam, kami semua duduk di atas tikar di halaman depan. Menikmati kemewahan malam yang nggak bisa didapatkan saat di kota.
Gemintang seperti jerawatnya Mas Attha saat masih muda. Memenuhi langit malam. Udara gigil membuat ingin nempel-nempel mencari kehangatan.
Mas Atha mulai memetik gitar, dia menyanyikan lagu dangdut koplo kesukaannya. Sementara yang lain mengiringi dengan suara menyayat hati.
"Mas, sudah jam setengah sebelas malam. Kata penjaga vila nggak boleh nyanyi pada jam ini." Kebetulan aku melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan.
"Gantian yang nyanyi. Aku capek dari tadi petik gitar." Mas Atha menatapku sekilas, ia memberikan gitar pada temannya.
"Lagu bojo galak ya, Bro!"
Kaum pria nggak mendengarkan peringatanku. Lagu terus didendangkan. Aku mendekatkan diri ke Mas Atha. Memeluk lengannya, hangat. Mataku tertumbuk pada seseorang yang sedang berada di luar pagar yang tertutup.
"Mas, itu ada orang yang ikut joget dangdut." aku berbisik ke telinga Mas Atha sambil menunjuk pagar.
Dia tertawa melihat sepasang kaki yang bergerak maju mundur. Badannya tertutup pagar kayu. Sementara kepalanya manggut-manggut penuh semangat. Jelas itu seorang lelaki.
Mungkin penduduk yang kebetulan lewat.
Mas Atha menepiskan tanganku. Dasar! Saat-saat romantis seperti ini harus terganggu. Dia menjauh, berjalan ke dekat pagar. Lelakiku memejamkan mata, memegang perut dan mulai mengejan.
Pasti kentut!
Setelah udara busuk keluar, Mas Atha membuka pagar sekitar satu meter lebarnya. Penduduk desa itu terus melangkah sambil bergoyang,mendekati pagar yang terbuka.
Saat sudah sampai batas pagar yang terbuka , terlihat sesuatu yang mengerikan. Sepasang kaki utuh namun tubuh bagian atas yang remuk sedang bergoyang. Kepalanya manggut-manggut hampir copot.
Bunyi gitar berhenti. Mas Atha terbelalak ngeri melihat penampakan. Makhluk astral itu terhuyung pergi sambil menutup hidung.
Ternyata kentut Mas Atha sakti juga.
End
Karya; Novie Purwanti
Diterbitkan Oleh Power Of Keren
Keren, kentutnya sakti 😂bikib ngakak mampir di sini
ReplyDeleteBikin sedap hidung
Delete😂😂😂
jos, makanya makan pete dijamin ampuh ngusir yg ngikut2
ReplyDeleteCocok itu, mantablah
DeleteSama aku juga kesel bgt kalau suami kentut. Hahaaa
ReplyDeleteIya, jangan bilang curcol ya
Delete😂😂😂