Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

My Best Friends, Cerita Cinta Remaja Persahabatan

Baca Cerpen  Remaja Persahabatan



Cerita Remaja Romantis :  “Eh Nur gua punya pacar baru!” Pekik gadis yang memakai kerudung pashmina warna abu-abu, sedangkan gadis berkerudung warna peach sudah jengah, dia sudah beribu-ribu kali memberi pencerahan kepada sahabatnya itu namun tak ada perubahan.

“Lu tobat napa Din! Lu tau kan itu dosa!” Peringat Nur dengan nada menahan amarah, bukan karena dia iri karena tidak punya pasangan tapi yang dilakukan sahabatnya ini salah. 

“Dih! Lu ngomong aja kalo iri,” ejek Dinda.
“Hadeh, gua udah punya jodoh! Tapi masih rahasia! Dan gua kaga mau spoiler tentng jodoh gua!” Balas Nur membuat Dinda terdiam membisu, kalah telak lu Din dari gua hahaha.

Lama mereka terdiam, karena keduanya sibuk dengan gadget masing-masing. Bedanya, Nur sedang membaca postingan di grup kajian Islam, sedangkan Dinda sedang di rayu oleh gombalan pacar barunya.

Nur, tipe cewek yang tidak pernah putus asa sebelum mencapai puncak tujuannya. Misal, dia sangat ingin mengubah kebiasaan sahabatnya ini yang sering gonta-ganti pacar tiap minggunya. Dan yang jadi bahan curhatan itu adalah Nur, setiap minggu pasti mendengarkan nama cowok yang berbeda. Jujur dalam hati Nur ingin sekali menghajar semua laki-laki yang mendekati dan merayu saabatnya bukan karena dia lesbi atau homo tapi karena dia sangat ingin bertemu sahabatnya di surga kelak.


Baca Juga : 
>  Cerpen Angin Asmara

Dia tidak tega jika kelak di surga ada seseorang yang memanggil namanya yaitu sahabatnya sendiri, karena harus mempertanggung jawabkan kelakuannya ketika di dunia. Dia sungguh tidak tega membayangkan hal itu terjadi.

“Eh Nur gua pulang dulu ya, mau ngedate, assalamualaikum,” pamit Dinda kemudian dia berlari ke arah lobi kampus di sana ada seorang lelaki memakai baju hitam, celana jeans hitam dan sepatu sneaker warna senada dengan baju. Mereka kemudian berjalan sambil bergandengan tangan.

Banyak pasang mata yang melihat mereka, ada yang menganggap mereka itu romantis dan ada yang menganggap perbuatan mereka mendekati zina, melakukan zina aja dosa apalagi mendekati zina? Dosanya numpuk dong, eh.



Nur sedang duduk di depan perpustakaan kampus, dia sedang mencari buku yang selama ini dia incar yaitu buku karya Tere Liye judulnya Sunset Bersama Rosie. Buku itu tak mudah didapatkan karena cetakan kelimanya terbit tahun 2013 dan Nur mencari di tahun 2018. Novelnya sudah tenggelam dengan novel-novel terbaru dari Bang Tere. Nur sangat ingin sekali membeli buku itu, karena buku itulah yang selalu membuatnya ingin pergi jalan-jalan ke Pulau Bali.

Tak lama kemudian datanglah seorang lelaki berparas rupawan, alis tebal, warna kulit yang cerah dan berkumis tipis mendekati Nur yang sedang serius membaca. “Assalamualaikum.”

“Wa’alaikumussalam, ya dengan siapa di mana?” Balas Nur ngelantur karena dia sedang seru-serunya membaca buku sehingga tidak sadar jika mulutnya berbicara tak tentu arah, layaknya kereta api tanpa masinis.

“Maaf mengganggu, saya mau berbicara.” Sontak Nur menghentikan kegiatan membacanya dan meletakkan novel itu di atas meja.

“Maaf ada keperluan apa?” Tanya Nur tanpa melihat siapa lelaki yang sedang diajak bicara, karena Nur selalu mencoba untuk tidak bertatapan dengan seorang akhwat karena itu merupakan zina mata.

“Aku ingin melamarmu.”

DEG!

“Maaf bisa diulangi?” Pinta Nur sambil mencoba mendengarkan baik-baik ucapan lelaki itu.
“Aku ingin melamarmu,” ulangnya sambil meremas remas tangannya karena gugup.
“Jika kamu memang ingin melamarku jangan datang kepadaku, datangi kedua orang tuaku. Assalamualaikum.” Kemudian Nur pergi meninggalkan lelaki itu yang sedang menghilangkan rasa gugupnya ketika duduk berdua dengan seorang wanita tanpa ada teman. Karena lelaki itu tidak pernah duduk berdua dengan seorang wanita kecuali keluarganya.

“Ya Allah permudahkanlah kita untuk bersatu dalam hubungan yang SAH.”


Pertemuan Kafe Romantis



Di sebuah kafe yang jauh dari hingar bingar kota yang padat sedang duduk berdua sambil bercengkrama melontarkan kata-kata romantis atau sekedar gombalan agar sang kekasih merasa senang dan bahagia. Dua cangkir minuman memaniskan suasana yang ada.

Suasana berubah menjadi tegang ketika sang kekasih sibuk dengan ponselnya, dan sesekali mengulum senyum ketika ada sebuah notifikasi. Dinda curiga dengan kekasih barunya karena lebih memprioritaskan ponsel ketimbang dirinya. Dengan perasaan curiga yang sudah diubun-ubun Dinda dengan lancang merampas ponsel kekasihnya dengan kasar, itu membuat emosi kekasihnya terpancing.

“Apa apaan sih kamu!” Bentak kekasihnya kepada Dinda yang melihat notifikasi chat di ponsel kekasihnya yang berisi Sayang kalo udah pulang beliin makanan kesukaan aku ya, Dinda membaca chat itu membuat emosinya memuncak.

“Ini siapa?!!!” Teriak Dinda sambil mengacungkan ponsel kekasihnya tepat di depan matanya, semua pengunjung kafe hanya diam melihat perteengkaran antara Dinda dan kekasihnya.

“Itu pacar gua kenapa? Cemburu? Lo siapa gua? Pacar aja bukan! Lo nya aja yang baper! Dasar cewek baperan! Gak malu apa sama tuh kerudung?!!” Sindir kekasih Dinda eh bukan kekasih sih tapi temen, kemudian dia mengambil ponselnya dari tangan Dinda dan pergi meninggalkan Dinda yang sudah menitikkan air mata dengan deru nafas yang memburu.

####

Di lain tempat ada yang sedang berbahagia karena ada seorang pria tampan yang membawa keluarganya ke rumah Nur untuk melamar Nur. Sungguh ini merupakan keputusan yang sangat berat untuk Nur, dan kedua orang tua Nur menyerahkan semua keputusan di tangan Nur karena yang akan menjalani itu Nur dan calonnya bukan kedua orang tuanya.

Dengan ucapan bissmillah Nur menerima lamaran lelaki tampan itu, nama lelaki tampan itu adalah Muhammad Miqdad Al-Mahdali. Dengan perasaan bahagia Miqdad memberikan sebuah cincin pertunangan kepada Nur. Dengan hati berbunga-bunga Nur menerima cincin itu dari tangan Miqdad.


Selamat Jalan Kafe Bersejarah 



Dinda sadar jika dirinya menjadi tontonan pengunjung kafe, dengan muka yang sembab dia pergi meninggalkan kafe yang sangat bersejarah untuk Dinda. Dinda menelepon Nur untuk menjemputnya.

“Nur jemput gua, sekarang gua ada di jalan Sudirman,”
“Oke, otw.”

Tak lama kemudian Nur datang, Dinda langsung masuk ke dalam mobil dan menangis sejadi-jadinya. Nur bingung dengan sahabatnya, kenapa dia tiba-tiba menangis padahal tadi siang seneng banget. Sambil menyetir mobil Nur menanyakan apa yang terjadi, sambil menagis sesegukan Dinda menceritakan semua yang terjadi di kafe. Nur turut bersedih dengan sahabatnya tapi ini juga salah sahabtanya sendiri. Berani berbuat harus berani bertanggung jawab.

“Lu nangis karena di tinggal si Tejo itu? Mending lu nangisin dosa-dosa lu itu lebih baik.”
“Namanya Alex elah ganti-ganti nama orang aja,” ralat Dinda.
“Sekarang mending lo kembali ke jalan yang lurus, pria itu siapa kekasih lo yang tadi? Tono? Tejo? Tarno?”

“Alex bukan Tejo elah,” ralat ulang Dinda sambil memasang wajah flat mendengar nama Alex di ganti menjadi Tejo.
“Oh iya-iya si Alex maksud gua, dia itu bantu lo untuk sadar Din gua malah berterimakasih sama dia karena udah menyadarkan sahabat aku yang tidak sadar-sadar, padahal gua dari dulu gua udah bacotin lu ampe mulut gua berbusa kaga lu dengerin, sekarang gua bersyukur lu dapat hidayah.”

“E kampret lu, btw makasih selama ini udah nasehatin gua, justru gua yang seharusnya bersyukur dapet sahabat kayak lu, sayang gua sama lu.”
“Tapi sayangnya gua sayang calon imam gua.”
“Tapi masih rahasia ya kan?”
“Udah nyata kok baru saja ngelamar.” Dengan perasaan bahagia Nur memamerkan cincin pertunangannya yang melingkar di jari manisnya, Dinda melotot kaget, “REALLY?? YOU KIDDING ME DEAR??”

“Iya, ini foto tadi dia ngasih cincin,” ucap Nur sambil memberikan ponselnya kepada Dinda karena dia juga harus fokus menyetir.

“Alhamdulillah sahabat gua kagak jones, tapi gua yang jones. Gapapalah yang penting gua memperbaiki diri dulu.”
“Hahahahaha, perbaiki diri lu mulai dari sekarang.”
“Terimakasih Nur, lu emang yang terbaik! You’re my best friend!”

The End

Author, Risqi Raoudutul Jannah 

Risky Raudlatul Jannah, panggil aja Rau atau Kiky. Hanya seorang gadis pecinta senja dan penikmat lagu-lagu indie. Gadis ini sangat haus akan pengalaman dan materi seputar dunia literasi. Banyak sekali ide gila yang ada di dalam otaknya namun terkadang hilang sia-sia karena lupa tidak ditulis dalam bentuk fisik.

Kegagalannya dalam urusan percintaan membuatnya semakin semangat menuangkan kisahnya ke dalam novel yang akan dibuatnya, entah kapan itu akan selesai dan terbit dalam bentuk novel. Ah, jika sudah bercerita tentang impian menerbitkan novel, dia sudah gila hanya karena itu. Salah satu ketakutannya yaitu novel dibaca oleh orang terdekatnya.
IG: @raudlatul_j

Disclaimer:  ilustrasi gambar cari google hanya sebagai pemanis, jika ada pihak-pihak yang merasa keberatan, silahkan hubungi admin pada disclaimer untuk dihapus.

2 comments for "My Best Friends, Cerita Cinta Remaja Persahabatan "